Shiren dan Rafa hanya bisa tertunduk diam, dan mencari jawaban untuk pertanyaan Thya. Sedangkan Bella dipenuhi tanda tanya, mungkin dia bisa menjawabnya. Dengan jujur alhasil dia membuka mulutnya yang sedari tadi diam.
"Ta-tadi Martin ada disini sama gue dan Rafa. Eh abis itu dia ngilang lagi," Bella merespon, walaupun yang ditanya adalah Rafa.
Thya langsung membenarkan posisi tidurnya, yang tadinya terbaring menjadi duduk diranjang. Aduh, rasanya sulit sekali untuk bangun. Tetapi dia mencoba untuk duduk, dan berkali-kali tubuhnya merosot ke ranjang.
Shiren yang melihat aksi adiknya itu, berusaha mencegah. Namun Thya masih tetap pada pendiriannya. "Jangan duduk dulu Thya. Nanti kamu kesakitan lagi." pinta Shiren panik.
"Nggak kak. Aku bisa kok,"
Sama halnya seperti Bella. Dia menggigit jari telunjuk kanannya dengan ekspresi kebingungan, entah apa yang harus ia lakukan. "Raf, gue mau nyari Martin." Bella berbisik pelan dan hilang dari hadapan mereka.
"Eh. Tunggu sini ya, gue kebelet pipis hehe." Rafa mencari alasan lain dan melangkahkan kaki untuk keluar dari kamar rawat Thya.
***
Bella berlari secepat-cepatnya. Rafa yang masih melihat punggung Bella dari kejauhan, mengejar Bella. Walaupun dirinya sempat kesandung sendal seseroang di tengah lorong rumah sakit.
"Bella tunggu gue woi!" Rafa berteriak keras pada Bella.
Bella menengok sekilas ke belakang dan melanjutkan pencariannya.
"Dasar budeg! Nih kaki kalo kesandung lagi, awas aja." Rafa menyeletuk dirinya sendiri.
Tak disangka, Bella sudah berlari sangat jauh. Bahkan sampai ke lantai empat. Dia menaiki tangga darurat, bodoh 'bukan? Situasi seperti ini tak dapat memedulikan keberadaan dirinya. Dia tidak ketakutan sama sekali, optimis, dan pantang menyerah merupakan kelebihannya.
Ketika dia tengah berada di jalan buntu, dan hanya ada satu kamar kosong yang tersisa. Dia mulai kebingungan, dia tidak tahu sepenuhnya peta atau arah jalan dari rumah sakit ini.
"Waduh. Ini gue dimana nih. Udah didepan gue kamar kosong yang banyak sarang laba-labanya. Ya Tuhan! Beri bella petunjuk jalan yang benar." Bella berujar dan berdoa.
Keringat dipelipis berjatuhan dan mulai membasahi wajahnya. Keringat dingin dari sekujur tubuhnya, yang tampak ketakutan. Dia bukan takut dengan hantu, yang ia takuti yaitu tidak tahu arah untuk kembali.
Dia bersender pada dinding yang putih nan kotor. Dia berpikir keras, dimana jalan keluar dari tempat ini. Pintu yang berada tepat ditengah-tengah posisinya, terbuka sedikit.
KREEKKK......
Mata Bella terbelalak spontan, refleks detak jantungnya hampir tak berbunyi dengan normal. Dia memegangi dadanya itu, "Mampus gue!"
Dia menoleh cepat ke kanan dan ke kiri. Matanya mulai memicing ke kiri, dan mendekati perlahan-lahan. "I-itu ada lorong kecil. Gue kesana aja deh, daripada disini. Bikin jantung mau copot."
Akhirnya dia memutuskan ke sana yang mana jaraknya agak dekat dengan dirinya, dan ada tangga darurat untuk turun ke bawah. Bella mengeluarkan napas sekejap. "Yes. Gurl! I found it. Thanks." ucapnya.
Menuruni tangga dengan langkah kecil namun lebih cepat. Bulu kuduk Bella meremang, dia merasakan ada seseorang yang mengikuti dirinya. "Duh kok gue merinding sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
УжасыAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...