Dia datang lagi, wanita tua berambut panjang berwarna hitam pekat. Kembali menakuti dirinya, jika kalian lupa tidak apa-apa. Thya berusaha untuk tidak melihat sosok itu, tetapi nihil! Tidak bisa.
Dia menampakkan seluruh tubuhnya di hadapan Thya yang tampak creepy. Refleks Thya mundur ke belakang, "Sudah berapa kali aku bilang. Jangan mendekati ku!" teriak Thya.
Mata perempuan itu terus melotot, membuat Thya semakin ketakutan. Teman kecil limanya hanya menatap kebingungan dari belakang samping kiri dekat ranjang. "Mama ..." ucap salah satu anak perempuan dari mereka yang matanya terus mengalirkan air berwarna hitam.
"She is My Mom. What should I do? between them?" lanjutnya, sambil menengok ke kanan dan mendapati anak lelaki yang sebaya dengan dirinya.
Wajah anak lelaki itu sungguh muram. Bisa digambarkan, kepalanya seperti tengkorak hidup, kelopak matanya berwarna hitam. Tidak memiliki hidung dan rambut, tetapi memiliki mulut yang sangat kecil. Perlahan-lahan dia menoleh ke anak perempuan itu. "Aku tidak tahu, sebaiknya kamu pulang saja bersama Ibu mu. Dia merindukanmu, walaupun ini rumahmu juga. Tapi kamu jangan berpisah darinya." tuturnya.
Anak perempuan itu mengangguk.
"Kembalikan anakku!" pinta sosok wanita kepada Thya.
Thya mundur ke belakang, dia menyender pada tepi ranjang tempat tidurnya. Dia menggelengkan kepala, dan menekukkan kedua lututnya. Wajah Thya sudah memucat pasi.
Wanita itu membuka mulutnya lebar-lebar. Terlihat di dalam kerongkongan miliknya, terdapat banyak hewan kecil seperti cacing, belatung yang menggelayut hidup-hidup.
Anak perempuan tadi menarik secarik ujung baju putih wanita itu. Dan wanita itu pun menoleh ke belakang, dilihat itu adalah anak semata wayangnya. Lalu, ia berkata. "Pergi sama Mama! Kenapa kamu selalu betah di rumah ini!?" bentaknya.
Anak itu menunduk, "Jangan sakiti kakak Thya Ma, dia teman ku."
Thya mulai menangis. Dia benci kejadian seperti ini! Padahal Thya bukan keluarga diantara mereka. Thya merasa dirinya dipenuhi dengan kesial-an, ketika mereka datang tiba-tiba dan mengatakan hal yang tidak sama sekali Thya ketahui.
"Pulang bersama Mama. Rumah ini telah menghacurkan keluarga kami! Kalian berempat juga! Jangan pernah kembali ke rumah ini, atau kita akan lebih sengsara didalamnya!!"
"Ini rumah saya. Kalau kalian tidak suka, pergilah. Saya juga nggak minta kalian datang ke rumah saya." ujar Thya sambil mengusap pipinya yang basah.
Wanita itu menatap tajam pada Thya. "Jadi kamu telah berani berucap seperti ini kepada saya?! Siap-siap lah. Saya akan mencekik mu, dan mati bersama kami!" kata wanita itu, dan gerakannya semakin maju mengarah ke Thya. Matanya pun terus melotot.
"Tolong!" ringis Thya. Wanita itu sudah berada di hadapannya, jaraknya hanya satu langkah. Thya semakin meringis ketakutan, wanita itu sungguh seram.
Tiba-tiba, "Thya lo kenapa?!!!" Bella bertanya dan menghampiri Thya.
Kemudian, wanita berambut panjang itu pergi, diikuti oleh lima teman kecil Thya.
Untung saja Bella datang, kalau tidak Thya sudah terbaring lemas bersama cekikkan wanita itu. Thya langsung memeluk Bella dan Bella pun membalas pelukannya. "Aku takut Bel. Mereka ingin membunuhku," lirih Thya dengan air mata yang saling berjatuhan.
Bella mengusap pelan kepala Thya. "Gue gak tau harus ngomong apa. Intinya lo sekarang masih baik-baik, aja."
Thya mengangguk seraya melepas pelukannya dengan Bella. "Sekarang lo tarik napas dalam-dalam. Terus buang, dan tenangin diri lo." ucap Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
TerrorAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...