Part 27

1.1K 59 4
                                    

Shiren terus mengikuti para polisi itu dari belakang. Ia mengendap-endap seakan-akan mereka tidak melihatnya. Betapa seramnya lorong di rumah sakit ini, baru saja Shiren sampai dilantai 5 ia dibuat merinding.

Hanya sampai lantai 4 terbuka. Dan lantai 5 ke atas tertutup. Jelas-jelas pasien atau perawat disini akan penasaran, entah apa yang terjadi sebelum mereka berada disini. Yang pasti Thya melihat itu semua.

Pak polisi sudah berada di lantai 6, sebuah jasad mayat yang telah membusuk begitu mencolok hidung Shiren. Ia tidak membawa masker, benar ini bau sekali. Seperti bau darah atau semacam lainnya yang sudah membusuk.

Shiren menjepit hidungnya menggunakan dua jari kanannya yaitu ibu jari dan jari telunjuk.

Para polisi membuat tepi untuk mayat itu. Dua orang untuk di depan dan belakang, dan satu orang untuk menjaga di samping kanan kiri. Salah satu anggota polisi itu berjongkok yang berada di samping kanan, dengan memakai masker.

Mayat yang sudah terbaring lemas, dan memakai baju pasien yang becucuran darah walaupun sudah mengering. Rambutnya yang hitam ke abu-abuan rontok, dan tidak mempunyai kelopak mata. Sungguh baru kali ini, Shiren melihat dengan mata kepalanya sendiri Jasad seseorang yang sudah meninggal.

Dia melihat dari kejauhan. Para polisi itu membungkus mayat tersebut dengan rapih. Mereka membawanya dengan hati-hati. Sampai ke lantai dasar dan membawanya ke pihak keluarganya.

Mereka sudah turun dari lantai enam. Dan Shiren masih terdiam terpaku di lantai enam, dia melongo dan tatapan matanya kosong. Dia menatap tempat mayat tersebut, walaupun sudah dibawa oleh para polisi.
Shiren melangkahkan kakinya ke tempat tadinya mayat tersebut, ternyata dia berdoa untuk segera mengembalikan adiknya kembali.

Usai setelah itu, ia beranjak pergi dari situ. Dan berjalan lagi menuju ruang adiknya. Dia tidak ingin menggunakan tangga darurat, akhirnya ia memilih untuk menggunakan lift hanya seorang diri.

Dia memencet tombol untuk turun, tapi tidak terbuka-buka. Bahkan tepat dibelakang nya terdapat pantulan cermin besar. Ini sangat menyeramkan, dia sama sekali untuk tidak menengok ke belakang.

Shiren bersikap khawatir, pandangannya lurus terhadap lift yang akan ia gunakan. Sebenarnya ada tiga lift, dia hanya mencoba pintu lift bernomor 2. Tetap tidak terbuka-buka, ia tetap pada pendiriannya untuk berdiri disitu.

Sekilas ada anak kecil yang lewat dari samping kiri yaitu lorong dekat lift 1. Walaupun pandangan matanya tertuju pada lift, tetapi ia melihat itu. Sungguh ini bukan candaan yang gila!

Sekitar 10 menit ia berdiri disitu dan menunggu agar lift nya terbuka. Suara tangisan bayi terdengar hingga ke telinganya. "Ini siapa lagi si, yang ngebiarin bayi berada di lorong ini? Sumpah, gue gak bisa nahan diem disini terus horor banget," batin Shiren yang ketakutan.

Suara tangisan bayi mengganggu nya dari tadi. Shiren menutup kedua telingannya dengan tangannya. Entah berasal darimana suara itu berada, bahkan ia yang tadi menaiki tangga darurat. Hanya melihat ruang jenazah, kamar mandi yang kotor, dan ruang persalinan. Padahal di lorong 5 dan 6 terdapat semua ruang itu, tetapi kenapa ruangan itu dibiarkan tertutup dan tidak terurus? Ini sangat menjijikan bagi dirinya.

Pintu lift pun terbuka, dengan seorang diri ia memasukinya. Dia berdiri di sudut pojokan kanan. Saat di lantai 5, pintu lift yang ia naiki terbuka sedikit. Seorang wanita yang memakai baju hitam, dengan wajah dan tangan berkulit putih pucat, bercucuran darah hampir masuk ke dalam lift itu. Dia memasukkan tangannya, untung saja Shiren langsung menekan tombol turun lagi.

Keringat Shiren mulai membasahi wajahnya. Rasa takut yang ia rasakan saat ini akan ia jadikan sebagai moment paling menyeramkan bagi hidupnya selama ini.

***

Suara ambulans terdengar riuh yang mengitari rumah sakit ini. Para polisi sudah mengidentifikasi penyebab kematian mayat tersebut, dan akan melaporkannya ke pihak keluarganya.

Para penjenguk atau pasien, dan staf di rumah sakit bergerombol dekat mobil ambulans tersebut. Mungkin mereka penasaran, dan sebagian ada yang muntah-muntah karena bau busuk mayat itu.

Semantara, Shiren sudah sampai di ruang tunggu Thya. Detak jantungnya sangat cepat, Shiren semakin khawatir dengan keadaan adiknya. "Semoga Thya sembuh," gumam Shiren yang telah duduk di kursi.

Dokter dan suster belum keluar dari ruang Thya, dan belum mngabari keadaan Thya. Apakah Thya akan sembuh atau tidak? Ataukah perlahan-lahan ia akan sadar dari tidurnya yang sudah 1 minggu?

Entahlah, kita hanya bisa berdoa saja untuknya.

Seorang perawat dengan mendorong keranjang yang berisi makanan dan minuman membuat Shiren kelaparan. Shiren memegang perutnya sendiri, dua hari ia hanya minum air putih dengan satu botol.
Dia tidak peduli orang-orang disekitarnya mengatakan, "Kusut amat nih orang," . "Gak makan berapa hari nih orang," bahkan ada yang menatapnya dengan jijik.

Shiren tidak peduli dengan penampilannya. Dia hanya memedulikan kesembuhan untuk adiknya. Adiknya yang tidak kunjung sembuh dan bertahan pada tidurnya.

Shiren menundukkan kepalanya. Air matanya berjatuhan sedikit demi sedikit. Dia rindu Mama dan Ayahnya. Apakah mereka tahu keadaan Thya? Jika Thya melihat ini ia akan sedih, kedua orang tuanya tidak mengabarinya bahkan tidak menemui atau menganggapnya sebagai anak didepan teman-temannya.

Pilu yang dirasakan oleh Shiren, rambut coklat yang tidak dikuncir menutupi wajahnya yang sedang menangis.

***

Hallo semuanya!

Gimana dipart ini? Seram atau sedih atau bercampur aduk?

(Author yang kepo :D)

Jawab ya yang baik hati 😌

Jangan lupa untuk Vote dan Komennya! 😊❤

Terima kasih.

Don't Approach MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang