Part 38

958 58 4
                                    

Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berhambur-hamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Sedangkan Thya dan Bella sudah duluan ke kantin, dan kini mereka berdua meminum sekotak milk shake.

Sesekali Thya melamun, dia masih kepikiran tentang sebuah hal yang ia bicarakan kemarin bersama Shiren. Dia ragu untuk mengungkapkannya. Karena esok hari, Thya akan pergi dari sekolah ini dan pindah dari rumah.

Apa yang harus ia katakan kepada Bella? Mengenai hal itu? Tanpa Thya sadari, Thya membenci indra ke-enamnya. Dia terus mendapat sial, hanya karena para hantu yang terus mendekati dan mengincar dirinya.

Thya benar-benar membenci sosok itu! Sepanjang hari, dimanapun, kapanpun, sosok itu datang sendiri tanpa Thya minta.

Tetapi indra ke-enam yang dimilikinya, merupakan anugerah dari Tuhan. Thya tidak harus menyesalinya, meski setiap hari dia selalu mendapat cercaan dari teman-teman sekolahnya.

"Oii." teriak Bella mengagetkan Thya.

Refleks, Thya menggelengkan kepala. Lalu menoleh ke Bella, "Ada apa Bel?"

"Bengong terus Thy. Lagi ngelamunin apaan?" tanya Bella penasaran.

Thya memicingkan matanya. "Kamu kepo ya? Kepooo."

Raut wajah Bella berubah menjadi datar. "Bisa ngelawak juga ya temen gue."

Thya terkekeh kecil, "Aku baru tau, aku bisa ngelawak juga Bel. Hehe,"

"Duh, nih temen gue. Polos amat yak. Gak ngerti apa emang udah takdirnya begini? Gak nyambung." geram Bella berkata dalam hati.

"Berarti aku cocok jadi para pelawak gitu ya? Kayak di tv tv." ucap Thya yang mulai ngaur.

Bella tersenyum hambar sembari mengangguk manggut-manggut. Thya juga membalas senyuman Bella. Bella mengelus dadanya. "Untung sahabat ya Thy. Coba kalo enggak," batin Bella.

Setelah itu, Thya berkata. "Makasih ya Bella. Kamu memang sahabat terbaik ku."

"Iya Thya, iya."

"Bella ..."

"Apa?"

"Aku mau ngomong sesuatu,"

Bella mengernyitkan dahi. Dia semakin penasaran. "Ngomong sekarang aja Thya."

"Aku ngomongnya nanti pas sore. Sekalian kamu, Martin, sama Rafa ke rumah aku."

Bella mengangguk ngerti. "Oh, oke."

***

"HAH?! DEMI APA? LO MAU PINDAH THYA? PLIS JANGAN." terkejut Bella seraya membelalakkan mata.

Martin berdecak sebal, "Kenapa pindah? Kan kita ada disini Lauren."

Thya menggigit bibir bawahnya. Mereka langsung shock ketika Thya mengatakan itu. Thya menjadi bingung, dan serba salah. "Mmh ... aku gak tau harus apalagi. Kalau kalian ngerasain apa yang aku alami, mungkin kalian akan menyerah dengan hidup yang tiap hari dilalui." tutur Thya pasrah.

"Guys, kita harus saling mendukung. Dan yang kayak gini, Thya lagi sedih. Kita harus cari cara, biar besok dia nggak pindah." usul Rafa.

Bella membulatkan mata. "Aha!" ucapnya belagak seperti orang yang telah menemukan sebuah ide. "Gue punya ide nihh."

"Apa-apa?" tanya Martin dan Rafa serempak.

"Gue, Martin, dan Rafa bujuk Kak Shiren. Bilang apa kek, supaya Kak Shiren ngebatalin perpindahan ini." ujar Bella.

Mata Martin terbinar-binar. "Betul juga tuh Bel."

Don't Approach MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang