Beberapa hari ini Bella tidak menampakkan dirinya. Martin dan Rafa yang terakhir melihatnya tampak murung dan menyendiri di kelas. Mungkin dia memikirkan sahabatnya yang sudah seminggu tidak bersama dirinya.
Martin yang berada di rooftop sekolah. Sengaja untuk membolos pelajaran yang sedang berlangsung. Dia tidak peduli dengan guru-guru yang melihatnya dan menceramahinya, maupun itu guru BK.
Martin tidak suka hal yang berbau dengan rokok, merokok pun dia tidak pernah melakukannya sama sekali. Namun, dia sangat suka minuman alkohol. Yaitu sebagai rasa penenang hidupnya. Wine yang selalu bersamanya dimanapun dan kapanpun ketika dia membutuhkannya.
Dan hari ini dia akan ke tempat bar. Tempat dimana banyaknya para wanita saat dia frustasi dan minum anggur bersama wanita-wanita itu.
Martin terus memejamkan matanya ke atas langit biru bercampur awan putih. Duduk dan menikmati indahnya langit itu.
"Seandainya disini ada Thya, mungkin gue bakal seneng." ucap Martin.
Tatapan matanya sungguh kosong. Seketika itu ia melihat Thya berdiri didepannya dan tersenyum kepadanya.
Martin tercengang, seolah-olah ini hanyalah mimpi. Dia membulatkan matanya, "Thya? Ini beneran lo?" tanya Martin.
Thya mengangguk kecil. "Kamu kangen aku ya? Aku ada dihadapan mu sekarang." balasnya.
Martin langsung bangkit dan memeluk Thya. Tetapi yang dipeluk olehnya bukan Thya, melainkan tidak ada siapa-siapa.
Martin seperti orang gila, untung disana hanya ada dia.Ia berdecak sebal. "Oneng banget si gua. Udah tau dia lagi di rumah sakit. Begonya menjadi-jadi nih," Martin bergumam sendiri.
Dia langsung beranjak pergi dari situ, dan menuju ke parkiran. Tak lama kemudian, dia mengendarai motornya dengan kelajuan sangat tinggi.
***
Dokter keluar dari ruangan Thya dan Shiren berdiri untuk menghampiri dokter itu. "Bagaimana kabar adik saya Dok?" tanya Shiren.
Dokter membuka masker hijaunya, dia tersenyum kecil kepada Shiren. "Baik. Adikmu sudah mulai membaik, mungkin besok dia akan pulang." jawab Dokter itu dan langsung pergi dari hadapan Shiren.
Shiren tersenyum senang, dia sangat bersyukur. Tuhan mengabulkan doanya. Lalu, dia membuka pintu ruangan Thya dan masuk ke dalamnya.
Mata Shiren mulai berkaca-kaca, setelah seminggu dia tidak boleh masuk ke ruangan Thya, akhirnya dia bisa melihat adinya dengan puas. Suster yang berada disana langsung keluar.Shiren mengelus-elus kening adiknya itu. Dia menintikkan air mata sehingga jatuh ke pipi adiknya. "Kakak sayang kamu dik, besok kamu akan pulang. Kakak senang sekali mendengar ini." ucap Shiren sambil menangis terharu.
Dia menghapus air matanya yang terletak di pipi adiknya dan merekahkan senyumnya. "I love you my sister. If I want, now I would hug you," kata Shiren dengan bahasa inggris.
Tiba-tiba mata Thya terbuka sedikit demi sedikit. Dia melihat semuanya buyar, dan memfokuskan arah matanya pada satu titik. Saat menoleh ke kanan, dia melihat seorang perempuan yang tengah berdiri dan memegang tangannya.
"Ka-kakak," ucapnya dengan terbata-bata.
Shiren mengelap pipi dirinya sendiri dengan tangannya. Sungguh dia sangat sedih, bahkan tercampur dengan rasa bahagia. "Iya ini kakak. Kakak sangat rindu padamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
УжасыAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...