Konslet. Semua ruangan di rumah sakit mati lampu! Ada apa ini? Thya sedang berjalan melewati koridor menuju kamar rawat Martin melewati banyak rintangan.
Memang bisa dikatakan ini merupakan hal yang mutlak bagi seseorang seperti Thya. Melihat sosok yang berkeliaran di sepanjang lorong, sungguh Thya ingin buru-buru sampai ke kamar rawat Martin.
Sebenarnya Shiren, Bella, dan Rafa juga mengkhawatirkan Thya karena sudah satu jam Thya tak kunjung datang. Lebih-lebih Thya memiliki indra ke enam, Shiren mencoba menghungi Thya melalu ponsel. Tetapi tidak terbalas oleh Thya.
Thya merasa ada yang mencekal betis kaki kanannya. Dengan ragu Thya memutar balik badannya, sosok anak kecil dengan wajah putih pucat yang memegangnya. Thya terkejut matanya melotot.
Sungguh ini bukan mimpi. Ini rumah sakit! Tempat dimana orang-orang yang mati sebelum sakit di tempat ini.
Sosok anak kecil itu nyengir kepada Thya. Betapa seramnya, jika kalian melihat sosok ini nyata.
"AAAA!" Thya berteriak histeris.
"Lepasin aku, tolongg!!!"
"Temani aku main kak ." kata sosok itu.
"Gak mau, tolong Thya!"
Thya langsung berlari, tetapi disekitarnya sangat ramai. Para sosok itu terus menampakkan wujud mereka dihadapan Thya, yang membuat Thya bingung ingin kemana.
"Tolongin aku, aku baru saja mati. Tolong aku." ucap sosok perempuan yang mengagetkan Thya.
Thya menggeleng kasar. Raut wajahnya panik, "Enggak! Tolong pergi dari hadapanku."
"Bantu saya Thya ..." ujar sosok lain.
Thya menangis, perasannya bercampur aduk. "Minggir aku mau lewat! Jangan halangi jalanku!"
Tiba-tiba sebuah lampu kecil menyorot mata Thya. Thya menoleh ke arah itu, berharap itu adalah manusia dengan senternya.
"Tolong! Siapa disana?! Tolong saya." Thya berteriak.
Dia lari, makhluk itu lari dan menghampiri Thya. Seorang lelaki gagah dan tampan. "Rafa." kata Thya dengan suara kecil.
Rafa mengangguk, "Ayo balik Thya. Disini gelap." sahut Rafa dan menuntun Thya.
Thya menurutinya, mereka berdua melangkahkan kaki. "Raf aku takut,"
"Kenapa?" tanya Rafa.
"Mereka ingin meminta bantuan dariku. Aku takut Raf." jelas Thya.
Rafa merangkul pundak Thya. "Lo jangan takut, anggep aja mereka yang terlihat dimata lo gak ada."
"Tapi Raf--" omongannya tercekal kala Rafa menyahut lagi.
"Ssst. Sekarang kita harus buru-buru ke kamar rawat Martin. Kasian kakak lo khawatir banget lo dimana."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
HorrorAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...