Part 42

944 50 3
                                    

Thya dan Bella telah sampai di sekolah, tepatnya kini mereka berdua tengah berada di kelas dan duduk dikursinya masing-masing. Tidak ada raut wajah ceria dari Thya di pagi ini. Bella yang kebingungan sejak mereka berangkat bersama tadi, mencoba untuk mengajak Thya berbicara di sepanjang lorong sekolah merasa enggan, hingga akhirnya ia pun mengurungkan niatnya.

Sesekali mata Bella mengarah ke tempat duduk Thya. Thya duduk tegap, pandangannya menatap lurus pada papan putih itu. Bella menengok kembali dengan ragu, dia memang takut jika hal seperti ini. Walau Bella tahu, Thya suka menyendiri, dan sering diganggu atau bicara bersama makhluk tak kasat mata.

Bella menarik napas dalam-dalam, dan membuangnya. Sedetik kemudian, gebrakan meja terdengar kencang di telinganya.

"Eh ada setan! Liat deh, mukanya pucet banget ahaha ..." teriak Siska seperti meremehkan.

Bella menengok membulatkan mata, lagi-lagi mereka berempat. Siapa lagi kalau bukan Reyna, Lisa, Yura, dan Siska yang sedang berdiri layaknya seorang jagoan di depan meja Thya.

"Katanya mau pindah sekolah? Pindah sana! Lo gak bakal betah sekolah disini! Yang pasti lo jadi bakal jadi langganan bahan bully-an kita!" Reyna berseru melipatkan tangan didepan dada.

"Baru setengah bulan sekolah disini udah pacaran sama anak Kepala Sekolah. Hebat banget lo ya!" lanjut Reyna sambil tepuk tangan.

Bella yang melihat kelakuan Reyna serta kawan-kawannya, mengepalkan tangannya.

"Jangan di ejek Reyna! Liat noh mukanya Thya pucet banget! Lo mau muka lo di cakar sama dia?" Yura bertanya.

Reyna menyunggingkan senyumnya. "Gak bakal, dia kan takut sama gue. Gue nge-bully dia juga pasti yang nolongin Martin lagi, Martin lagi, gitu aja terus. Nyusahin banget hidupnya!" ujar Reyna.

BRAK!

Reyna menggebrak meja Thya lebih kencang daripada sebelumnya. "Jawab anak indigo! Gak punya mulut lo ya!"

Thya tetap diam, menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ye jawab! Sok ngartis banget dah lo. Nyusahin banget hidup lo tau gak?!" tandas Reyna.

Saat Bella ingin bangkit dari duduknya, mata dia melotot sempurna. Karena Thya tak lagi diam,  gigi Thya runcing seperti serigala. Matanya melotot dengan iris berwarna merah darah dan terus mengarah pada Reyna yang mulanya sok berani, kini menjadi diam setengah mati.

"I-itu Thya? Gue gak salah liat kan?!" gumam Bella mengucek-ucek matanya. "Bukan Thya! Masa Thya seserem itu tatapannya? Giginya juga beda. Itu siapa!" kata Bella.

"Ku bilang jangan mengganggu serta mendekati ku! Jika kamu kena sial, aku tidak akan pernah tanggung jawab! Biarkan kamu mati sendiri lenyap ditangannya!" ucap Thya dengan suara samar-samar.

Reyna menunduk menelan saliva. Begitu juga dengan tiga temannya, bulu kuduknya merinding, keringat dipelipis mulai berjatuhan mengenai permukaan wajahnya.

Bella segera lari ke tempat duduk Thya dan berkata, "Pergi kamu! Pergi! Jangan ganggu temanku!" teriaknya membuat warga kelas heboh seketika.

Thya menoleh ke Bella dan menunjukkan wajah seramnya. Bella menggigit bibir bawahnya yang mulai ketakutan. "Jangan liatin gue kayak gitu sih! Gue takut kan jadinya," batin Bella.

Tiba-tiba Thya pingsan. Bella panik dan terkejut, reflek dirinya berjongkok menahan Thya yang kepalanya hampir terbentur ke lantai. "Lo sih bego! Denger kan lo apa yang tadi Thya bilang? Kerjaannya di kelas cuma ngejek orang doang! Mending dikatain mau! Ngaca! Kena sial mampus lo!"

***

"Cabe lo tuh, nggak tau malu! Liat nih pacar lo pingsan gara-gara dia!" celoteh Bella kepada Martin di UKS.

Don't Approach MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang