Part 41

925 46 0
                                    

Dua detik kemudian setelah perbincangan itu, Bella merasa ada yang janggal, setelah itu dia bertanya histeris sembari celingak-celinguk. "Oh iya, Rafa sama Martin kemana?!"

"Memangnya ada Martin sama Rafa juga yang kesini?" tanya Shiren.

Bella menengok, "Iya Kak. Bentar ya Bella mau ke---" ucapannya terpotong ketika melihat dua orang lelaki.

"Lo si buang air kecil kelamaan. Liat nih tangan gue jadi bentol-bentol." Rafa menggerutu sembari berjalan berdampingan bersama Martin dan menggaruk-garuk lengan kanannya.

Martin menghela napas panjangnya. "Ya gue nggak tahu, gue sekalian buang air besar." Martin menjawab santai.

Rafa menoyor kepala Martin dari samping. "Bego, pantesan diem aja lo."

Martin berdecak kesal, "Iyalah."

Bella bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki. "Dari mana aja kalian?"

"Nih, nganterin si cowoknya Thya ke kamar mandi." Rafa menyahut seraya melirik ke Martin.

Bella terkekeh geli. "Beh gila hahaha, aleman banget pake acara dianterin padahal ke kamar mandi doang."

Tak hanya Bella yang tertawa, Thya dan Shiren pun sudah ngikik duluan. "Martin, Martin. Takut apaan si? Sampe ke kamar mandi dianterin?" Shiren bertanya.

Martin menoleh ke Rafa dengan tatapan tajam. "Temen bangke, jadi malu kan gue sama kakak calon pacar." Martin berkata dalam hati.

"Mampus lo kena karma wkwk." gumam Rafa yang sedari tadi menahan tawa.

Thya menghentikan tawanya, setelah itu menelan saliva. "Kamu takut ya?"

Martin menggelengkan kepala ragu-ragu. "Ng-nggak."

"Yeh, si Martin mah gak kenapa-napa. Gue yang nunggu dia di luar pintu kamar mandi, tiba-tiba merinding." Rafa menyambar.

Thya mengernyitkan kening. "Merinding? Itu mah gak papa, kalo kamu bisa ngeliat mereka, pasti udah lari dari situ. Iya kan?"

Rafa ngangguk manggut-manggut dan menjawab. "Emm, iyain aja dah."

"Tangan lo bentol-bentol kenapa, Raf?" Bella bertanya menampilkan jari telunjuk kanannya.

"Hah? Ini, gara-gara Martin." Rafa menjawab cepat.

Martin membuang napas berat kemudian menundukkan kepala sejenak. "Gue lagi, gue lagi." batinnya.

***

"Ya udah, pindahnya nanti aja. Mungkin dua atau tiga hari lagi," Shiren menjawab dan membuat mata mereka membulat sempurna.

"Yayyy, Thya kita masih bisa main bareng lagi!!" seru Shiren dan memeluk Thya.

Thya merasa risih, namun ia juga ikut senang. Walau beberapa hari lagi dia akan meninggalkan Bella, Martin, serta Rafa.

"Gue mau meluk Thya juga dong," sahut Martin.

Shiren menautkan dua alis, "Heh. Gak boleh," ucapnya.

Martin pun menoleh ke Shiren dan bertanya. "Kenapa Kak?"

Don't Approach MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang