Part 2

3.6K 233 36
                                    

Thya berjalan masuk ke kelas nya XII IPS 1. Dia menundukkan kepala, itu adalah hal yang sering ka lakukan ketika masuk ke kelas. Karena teman kelasnya sering mengejek Thya.

Bella merupakan teman Thya dari SD. Bahkan Bella mengerti dengan keadaan yang sedang di alami oleh Thya, Bella juga murid kelas XII IPS 1. Tepatnya ia sekelas juga dengan Thya.

Thya duduk di kursi sendirian. Dia tidak di perbolehkan oleh Wali Kelasnya untuk duduk dengan teman-temannya yang lain, karena Thya suka berbicara serta tertawa atau berteriak sendiri.

Thya menduduki kursinya. Dia melihat empat perempuan yang hendak menghampiri dirnya.

Reyna mendobrak meja Thya, tanpa alasan apapun. Ia memulai keributan di pagi hari.  "Heh! Anak indigo, lo jangan deket-deket sama cowok gua deh! Lo itu cocoknya sama para hantu yang bakal nemenin lo seumur hidup lo! Ya nggak guys??" sindir Reyna dengan tawa bersama Gengnya. Kemudiam menjenggut kasar rambut Thya.

"Yap, bener banget lo Rey! Dia itu cocoknya sama hantu-hantu hahaha!" sahut Yura.

Thya mendongak, menelan saliva. "Plis jangan ganggu aku, kalau kalian emang gak suka denganku. Jangan mengahampiriku dengan sikap yang kasar seperti ini," lirih Thya kesakitan karena Reyna terus menjambak rambutnya.

Bella yang baru saja datang, di perlihatkan perlakuan kasar dari Reyna kepada sahabatnya. Ia langsung cepat-cepat berlari untuk meleraikan pertengkaran Reyna dan Thya.
"Heh! Reyna lepasin Thya, nggak?! Lo manusia atau bukan si! Lo gak liat apa? Kakinya Thya berdarah karena Martin! Kalo mau nge-jahatin orang, liat dulu pake mata!" ucap Bella sangat marah pada Reyna, tentu saja Bella berucap seperti itu. Ia tidak suka orang yang mengejek atau membully, apalagi membiarkan temannya yang sedang terluka.

Reyna mendengus sebal. Dia melepaskan lengan kanannya. "Oke gue lepasin! Asalkan dia jangan deketin Martin!" kata Reyna yang menunjuk-nunjuk ke Thya dan kembali ke tempat duduknya.

"Bel, makasih ya kamu udah selametin aku dari macan gila itu." ujar Thya sembari menyisir rambutnya yang rontok.

"Iya gapapa kok Thya, gue kan sahabat lo. Gue nggak bakal ngebiarin sahabat gue sendiri terluka seperti ini." Bella menjawab dan mengelus-elus bahu Thya.

Thya merekahkan semyumnya.
Bella melangkahkan kaki dari hadapan Thya. Setetes air mata mulai berjatuhan melaui kedua mata Thya. Dia menundukkan kepala, lalu pergi dari kelas.

"Kenapa hidup ku seperti ini.  dari dulu aku selalu dapat siksaan dari teman-teman ku." ucap Thya menangis di dalam kamar mandi dengan pintu tertutup.

Tiba tiba seorang perempuan di depan pintu kamar mandi Thya berkata. "Kamu jangan menangis, kamu bisa ikut dengan ku sehingga hidup mu akan berubah."

Thya mendengar suara itu, dan menjawab. "Ka ... ka ... mu siapa?" tanyanya sambil mengelap pipinya yang basah.

"Kalau kamu ingin tau, kamu harus keluar dari kamar mandi." ujar perempuan itu.

Tiba tiba saat Thya keluar dari pintu kamar mandi, sosok perempuan itu adalah hantu. Dia gaib bila tak terlihat oleh mata Thya. Thya terkecoh, saat tahu dia hantu tak kasat mata dengan rambut yang sangat kusut. Ia mengajak Thya berbicara, namun  Thya pergi dari kamar mandi itu, mungkin ia akan sering ke sana untuk bertemu dengan sesosok hantu yang ia temui.


***

Waktu telah menunjukkan pukul 14:30. Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid berhambur-hamburan keluar dari kelas.  Begitu juga dengan Thya dan Bella yang menuju pintu gerbang sekolah. Mobil Thya sudah datang sehingga ia harus pulang duluan meninggalkan Bella.


"Aku pulang dulu ya Bel, kamu gak papa kan sendiri disini?"  Thya bertanya.

"Iya aku gak papa kok."  jawab Bella tersenyuman simpul.

Thya masuk ke mobilnya. Mobil Thya telah jauh dari jarak sekolah, Bella masih menunggu Supirnya untuk menjemput dirinya. Tiba-tiba Martin datang dengan motor sport dan menghampiri Bella.

"Eh, lo temenan sama anak yang tadi ya?" tanya Martin tiba-tiba pada Bella.

"Iya, emang nya kenapa?" jawab Bella. Lalu matanya berkaca-kaca, "Aduh. Nih orang ganteng banget dah, jadi pengen gue karungin." celetuk Bella dalam hati.

Martin yang masih duduk di motornya dengan kakinya yang ia tanjakkan ke tanah. Heran dengan Bella yang sedari tadi terus menatap dirinya. "Ngapain lo natap gue kayak gitu. Btw gue boleh minta nomor hp-nya dia gak?"

Bella mendengus sebal, mengakhiri lamunannya. "Sial. Ternyata Martin menanyakan nomor hp Thya bukan nomor hp gue." batinnya.

Karena Martin terus memasang wajah serius. Akhirnya Bella memberikan nomor ponsel Thya.
"Nih nomornya 0815....."

"Oh ya udah." Martin langsung mencatat nomor ponsel Thya di ponsel miliknya pergi dari hadapan Bella,

Bella menautkan kedua alisnya. Wajahnya sudah merah padam. "Hah? Tuh anak gak ada terima kasih nya apa?! Kalo gitu mah, tadi aja dia gue kasih nomor tukang sedot wc." geram Bella.

Mobil bella datang, ia langsung masuk ke dalam mobil. Dan
duduk di kursi belakang sambil menyalakan ponselnya.

***

Thya memainkan ponselnya dari tadi, Martin mengirim pesan kepada thya sebanyak dua kali. Namun, tak membalasnya. Yang jelas saja, dia tak tahu siapa nama dari nomor orang itu.

0853........

Hai.

Ini gue Martin, cowok yang tadi pagi nyerempet kaki lo.

Setelah membaca pesan dari nomor tak dikenal. Thya berucap. "Oh, namanya Martin." Thya hanya membaca pesan darinya. Tak merespon sepatah kata pun. Karena mengingat kejadian tadi pagi, Thya kembali kesal.

Thya mematikan daya ponselnya dan ia tertidur lelap.

Hallo semuanya! Makasih yang udah baca. Maaf ya ceritaku agak kurang jelas dan tulisannya ada yang typo.
Btw semoga kalian suka dengan cerita ku! Jangan lupa vote dan komen😊❤

Don't Approach MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang