Thya sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Rumah Thya tampak sepi, hanya ada Bibi yang sedang menyapu di halaman rumah dan ada Supir serta Security.Mamanya Tiffany Melis sedang kerja di Canberra, Australia ia bekerja sebagai Model Iklan, Host, dan Penyanyi. Sedangkan Ayah nya Maxime Logh, ia bekerja di Eropa sebagai pemain Film Horor, dan Aktor. Tak heran jika Thya mempunyai paras yang cantik, karena perpaduan dari kedua orang tuannya.
Thya masuk ke kamarnya. Ia sangat rindu dengan ranjang tempat tidurnya yang empuk dan kawan-kawan yang selalu menemaninya.
"Halo kasur, bantal, guling dan selimutku. Aku sangat rindu dengan kalian," sapa Thya kepada benda mati tersebut.
Dia duduk di ranjang, sambik mengelus guling berwarna biru awan. "I miss you guys. Did you know? Aku di rumah sakit semdirian. Tapi nggak papa kok, disana ada yang menemaniku."
"Kan ada aku yang nemenin kamu disana." sahut sosok makhluk gaib yang tampan muncul dihadapan Thya.
Thya menghela napas perlahan. "Plis deh jangan ganggu aku. Kenapa si, kamu selalu muncul? Apa jangan-jangan pas aku ke kamar mandi kamu ngintipin aku ya?!" curiga Thya kepada Sosok makhluk itu.
"Apaan si aku tuh gak begitu, walaupun aku gaib, pikiran ku gak begitu kali." jawabnya.
"Iya deh terserah kamu Rel." Kata Thya dengan pasrahnya. Varrel adalah teman gaibnya dari kecil.
Flashback ke 12 tahun yang lalu, itu pas Thya berusia 5 tahun.
Thya memeluk erat boneka itu, ia terus menangis karena Varrel telah tiada, dan mendiang kematiannya tiga hari yang lalu. Sore itu juga langit berwarna hitam kegelapan, ditambah awan putih sehingga menjadi warna abu-abu. Rintik-rintik hujan membasahi rumahnya.
"Varrel aku bakal jaga boneka ini yang kamu berikan padaku. Aku sudah gak punya teman lagi, Varrel seharusnya kamu gak usah nyelametin aku pas kita nyebrang mau beli es krim, kamu rela mempertaruhkan nyawa mu untukku, aku sangat rindu padamu. Aku akan selalu mengingat mu Varrel."
Thya terisak-isak menangis. Dulu Thya tinggal dekat dengan rumah Varrel, tapi satu tahun kemudian setelah kejadian itu keluarga Thya pindah ke Los Angeles. Karena keluarga Varrel sangat kesal dengan keluarga Thya gara-gara sudah menghilangkan putra tampannya.
Kita balik lagi ke usia 17 tahun.
"Oh iya, Varrel kamu masih ingat boneka ini gak?" Tanya thya kepada Varrel sambil menunjukkan boneka nya yang sudah kotor dan kusut.
"Yang mana ya? Oh iya aku ingat, aku tahu kamu sangat rindu padaku kan?" jawab Varrel.
"Ih.. apaansi kamu,"
Tok ... Tok ... Tok ...
"I-iya tunggu saya akan keluar,"
ucap Thya sambil menaruh bonekanya, dan meloncat dari ranjang. Dia langsung membuka pintu kamarnya."Oh Bibi, ada apa Bi?"
"Tidak ada apa-apa kok Non, oh iya Non udah sembuh? Nanti minum obat ya. Oh iya Non mau saya buatkan bubur nggak?"
"Nggak usah Bi, Thya masib kenyang." Thya menjawab seraya tersenyum tipis.
Bibi mengangguk mengerti. "Ya sudah. Nanti kalau ada apa-apa, panggil Bibi aja ya."
"Oke. Siap Bi,"
***
Di dapur Thya sedang memasak mie instan. Shiren menghampiri Thya dan bertanya. "Eh lo udah pulang dek? Gimana enak nggak di rumah sakit?"
"Ya gitu."
"Ya gitu apanya?" Shiren bertanya balik.
Thya menaruh garpu di piring yang ia aduk ke dalam panci berisi mie. "Ada enaknya. Ada enggaknya juga."
"Enaknya apa?"
"Kakak berisik nih. Nanti aku suruh masak mie nih,"
Shiren menggaruk tengkuknya dan menyengir. "Mmh ... makasih males banget masak mie. Ya udeh gue mau ke atas."
***
Thya merebahkan dirinya ke ranjang. Dia seperti memikirkan sesuatu. Sambil memegang ponselnya, "Oh iya. Kasian juga ya si siapa tuh? Si Martin. Aku bales aja deh. Kasian aku baca doang wkwk."
Dia membuka percakapannya bersama Martin melalui SMS. Dan mengetikkan beberapa kata.
Iya. Maaf baru bales.
***
Hallo semuanya! Sebelumnya terima kasih yang udah baca cerita ini. Gimana pendapat kalian di part ini.?? Btw semoga kalian suka cerita ku ya😊 jangan lupa untuk vote dan komen❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Approach Me
TerrorAku berbeda, karakter yang ku miliki memang berbeda dengan yang lain. Bicara dengan mereka, tertawa dengan mereka dan bermain dengan mereka. Mungkin orang lain menganggap ku gila karena hal itu. Mereka terus mengikuti ku, kenapa? Tiap kali mereka...