#3

10.3K 578 1
                                    

Setelah sampai di kelas, merekapun duduk di bangku masing masing. Tak lama dari itu, sang guru yang terkenal killer itu masuk dengan tak lupa membawa penggaris panjang.

Seketika kelas yang tadinya rame pun menjadi hening.

Sang ketua kelas, Bagus menyiapkan dan tak lupa memberi salam pada bu nur.

"Selamat pagi bu....." ucap mereka serempak.

"Pagi, hari ini saya akan menjelaskan bab tentang.............."

Penjelasan dari bu nur sama sekali tidak di hiraukan oleh Rara yang saat ini sedang sibuk menyoret nyoret pulpen ke bukunya itu.
Rara sedang kepikiran cowok yang bernama Abdi yang dia tabrak tadi, karena Rara begitu penasaran sama dia.

Lah kenapa jug ague mikirin dia. Ngga penting amat. Batin Rara.
"Aaaaaaaa!!! Pusing gue!" teriak Rara yang membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.
Dan yang paling parah bu nur sudah berkacak pinggang kea rah Rara yang tiba tiba teriak itu.

"Rara! Kamu keluar dari pelajaran saya dan saya hukum kamu lari 3 putaran di lapangan. Sekarang!" ucap bu nur dengan emosi.

"Ta-tappi bu.. sa-"

"Sekarang atau hukuman kamu saya tambah Rara!"

"Iya iya bu.. saya keluar" kata Rara dengan malasnya.

"Lo sih Ra bikin gara gara aja, sabar ya" kata Ana yang prihatin dengan teman sebangkunya itu.

Rara pun berjalan keluar dan menuju ke lapangan dengan malas. Yang benar saja dirinya harus berlri keliling lapangan 3 putaran.

Sedangkan dirinya itu tergolong cewek yang malas olahraga. Karena dia ngga tahan capek.

Rara's pov

"Hft... gila aja tu guru nyuruh gue lari segitu banyaknya, mana hari ini panas banget lagi." Gerutuk Rara sambil menghentak hentakkan kakinya karna masih kesal.

"Lagian kenapa juga sih tadi gue mikirin cowok tengil itu. Gara gara dia kan gue jadi di hukum"
Rara terus aja nyerocos sampe lapangan.

"Hah... yaudahlah gue laksanain aja sekarang biar cepet selesai. Semangat Ra! Lo pasti bisa!" ucap gue yang nyemangatin diri gue sendiri.

Jomblo banget ngga sih gue.
---------

Tanpa Rara sadar, ada seorang cowok yang dari tadi ngeliatin Rara. Yap. Dia Abdi, Abdi Jaya Kusuma yang ditabraknya tadi pagi.

Tanpa abdi sadar juga, dirinya menyunggingkan senyum yang ditujukan ke Rara. Secara diam diam tanpa rara tau.

"Lo kenapa dah ab senyum senyum sendiri kaya orang gila tau" kata Tita yang sedari merasa heran pada teman barunya itu.

Abdi yang daritadi senyum senyum sendiri pun kaget. "Ah, gapapa kok. Gue seneng aja bisa langsung punya temen kaya lo pada. Makasih nih, btw." Ucap abdi sambil terkekeh.

"Bisa aja lo ab, kalem aja kita kita juga seneng kok nerima lo. Ya ngga bro?" tanya Darel sambil mengarah ke Raden dan Tita.

"Bener banget" ucap mereka berdua kompak.

"Ikut ikutan aja lo." ucap Raden yang tak terima karena menurutnya Tita ikut ikutan.

"Suka suka gue dong. Yang punya mulut sape? Gue kan." jawab Tita sambil menjulurkan lidahnya mengejek Raden.

Yang di ejek pun mengerucutkan bibirnya ke depan. Kesal.

"Udah udah ribut aja kalian. Eh ini ngomong ngomong gurunya ngga masuk ya?" tanya Abdi pada ketiga temannya itu.

"Hmmm.. Kayanya sih engga deh, udah jam segini juga masa kaga masuk masuk" jawab Darel yang sekarang sedang bermain game.

"Yaudah deh gue ke kantin dulu ya beli minum, aus banget gue" kata Abdi.

"Mau gue anterin ab?" tawar Tita padanya.

"Ngga usah deh, kaya anak kecil aja gue kemana mana di anterin. Bye bro"

"Bye..." jawab mereka serempak.

Abdi pun berjalan keluar kelas. Memang tujuannya ke kantin, tetapi sekalian dia ingin melihat cewek itu. Dia jadi penasaran siapa namanya.

Namanya siapa ya? batin Abdi.

Dia pun sampe di kantin. Abdi membeli dua botol Air minum.
Kenapa dua? Yang satunya ya buat cewek itu. Cewek yang tadi nabrak Abdi.

gue beliin minum aja dah.

Abdi pun berjalan ke arah lapangan dengan membawa Air minum itu dengan santai.

-----------------------------

"Huh.. Huh.. Huh.. Gila gue cape banget, padahal baru aja 2 puteran. Tinggal satu lagi tapi gue udah ngga kuat banget anjir. Panas banget lagi." kata gue yang lagi kecapean gara gara lari.

Andai aja ada sesosok pangeran yang tiba tiba dateng bawain gue minum. batinnya.

Tiba tiba saat Rara sedang menghayal, ada sebuah benda menempel di pipi kanan Rara. Dingin.

Rara yang terkejut pun langsung membalikkan wajahnya kesamping, ternyata ada minuman.

Tanpa pikir panjang Rara langsung ngambil minuman itu. Tapi, Rara melupakan satu hal. Bahwa dirinya ngga bisa buka tutup botol Air minum. Kelemahannya.

"Yaaaah.. Gue kan ngga bisa buka tutup botol ya." ucap Rara dengan nada sedih.

"Sini gue bukain."

Rara terkejut. Dia langsung mendongakkan kepalanya melihat siapa yang ada di depannya itu.

"LO?!?!?!" ucap Rara dengan berteriak.

"Santai aja dong buk. Gue kesini padahal niatnya baik bawain lo minum." jawab Abdi dengan santainya.

"Ohh jadi minuman ini ternyata dari lo? Nih gue kembaliin. Makasih. Gue bisa beli sendiri." ucap Rara sambil ngembaliin Air minum yang diberikan Abdi itu.

"Ambil aja" jawab Abdi sekalian membukaakan tutup botol lalu nyerahin ke Rara "Nih, udah gue buka. Gue tau lo aus. Jadi, ambil aja."

"Gak." kekeh Rara.

"Ambil, gue tau lo aus." ucap Abdi

"Yaudah kalo maksa. Sini" jawab Rara sambil ngerebut minuman itu.

Tak butuh waktu lama buat Rara ngehabisin Air itu. Karena emang Rara haus sekali.

"Yaudah gue pergi ya. Takut ada guru kelas. See you... " kata Abdi dengan senyuman manis di bibirnya.

"Baru aja mau bilang makasih. Udah pergi aja dah tu cowok. Dasar nyebelin!" ucap Rara.

Tapi, menurut Rara, ternyata Abdi baik juga. Padahal dirinya udah tabrak Abdi tadi pagi.

Baik juga ternyata. batinnya.
.
.
.
.
.
.
.
.

DIRA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang