#4

9.7K 537 0
                                    

Krrriiiiinngg.... Kriiiingg....

Bersamaan dengan bel istirahat yang dinanti oleh seluruh siswa, hp Rara berbunyi.

drrrtt.... drrrtt....

Ternyata Ana yang menelepon.

"Halo? Lo dimana ra?" tanya Ana.

"Gue masih di lapangan Na, masih capek."

"Gue sama yang lain udah di kantin, apa gue kesana jemput lo?"

"Ngga usah deh, gue kesana nih ya sekarang."

Rara pun memutuskan untuk pergi ke kantin. Sendirian.

Jomblo banget dah gue.

"WOY!!!"

"Anjir anjir"
"Astaghfirullah"
"Eh kucing mama curut"
"Asssss"

"Ahahahahahaha muka lo pada kocak bet anjir ngakak gue" Rara terbahak bapak melihat muka kocak para sahabatnya yang terkejut karena dirinya.

Sedangkan para sahabatnya itu menatap tajam ke Rara, semuanya.
Sehingga Rara pun berhenti dan mengusap sudut matanya yang keluar air akibat tertawa terbahak bahak.

"so-sorry deh.. guu-e cuma mau iseng aja. Suwer" ucap Rara sambil menundukkan kepalanya karena dia merasa takut.

"HAHAHAHAHAHAHA" tawa Safira,wiya, putri, ana dan rika pun pecah karena liat muka bersalah Rara yang menurut mereka malah terlihat lucu.

"Mampus lo Ra gantian kita kerjain. Ya ngga bor?" ucap Wiya di sela sela tawanya.

"Iya tuh, bener banget. Suruh sapa bikin orang kaget. Untung kita kita kaga ada yang jantungan" ucap Safira.

"issshhh nyebelin!!" ucap Rara sambil mengerucutkan bibirnya ke depan karena merasa kesal pada sahabatnya.

"Udah udah.. Ngga usah pada ribut lagi deh. Mendingan kalian semua buruan mau pesen apa. Gue aja deh sama Safir yang antri. Yuk saf" ajak Manda pada Safir.

"Gue es teh sama mie ayam" ucap Rika

"Gue ayam goreng aja sama air putih" ucap Wiya

"Gue mie goreng sama es teh" ucap Putri

"Lo apa Ra?" tanya Safir

"Gue es jeruk aja deh, gue lagi ngga pengen makan." jawab Rara

"Oke, gue pesen dulu sama Manda"

Selagi mereka menunggu pesanan mereka itu, mereka mengobrol. Menceritakan gimana pas saat Rara di hukum.

"Buset, gue cape banget sumpah. Gila aja tu guru ngasi gue hukuman lari begitu." kata Rara sambil menelungkupkan kepalanya ke ke meja.

"lagian lo sih Ra, teriak kaga mikir mikir dulu. Salah lo sendiri." ucap rika.

"Emang napa lo bisa teriak gitu sih Ra? Lo lagi ada masalah? Atau? Lo keinget dia lagi?" tanya Ana.

Mendengar pertanyaan Ana membuat Rara menampilkan wajah datarnya itu seraya menjawab "Gak."

Rika yang tau raut wajah Rara yang berubah pun langsung menyikut tangan Ana.
"Lo sih Na. Lagian napa lo tanya itu lagi sih"

"Ya kan gue.... "

"Taraaa... Makanan sudah datang"

Sebelum Ana menjawab, pesanan mereka sudah datang terlebih dahulu. Sehingga ucapan Ana terpotong.

"Nih Ra es jeruk lo."

"Thanks ya.. Gue minum di kelas aja ya, gerah banget disini, gue pengen AC an yang lebih adem. Gue duluan ya.. " ucap Rara.

"Loh Rara kenapa ke kelas duluan?" tanya Manda yang tak mengerti apa apa.

"Ta-..."
"Dia capek katanya, pengen istirahat" potong Rika sekaligus menatap Ana agar dia tidak memberi tau apa yang terjadi tadi.

"Yaudah deh, yuk makan terus susu Rara ke kelas."

.
.
.
.
.
.
.

Di perjalanan ke kelas, Rara hanya berjalan dengan tatapan kosong. Tatapan yang sulit di artikan. Memang, dia gadis ceria yang tak pernah sedih. Tapi, jika sudah berada di luar sekolah dia adalah gadis yang rapuh... Hatinya rapuh tak tersentuh... Itu semua akibat dari masa lalunya.

Aku kangen kamu...

"Hah... Lagi lagi gue keinget dia." ucap Rara.

"Dia siapa? Gue nih jangan jangan? "

Rara kaget karena ada suara seseorang di belakangnya. Diapun membalikkan badannya dan melihat siapa yang ada dibelakangnya itu.

"Lo lagi.. Lo lagi.. Kenapa sih lo selalu muncul secara tiba tiba. Untung gue ngga punya penyakit jantung. Kalo punya, udah jantungan kali ya gue" ucap Rara sambil melanjutkan jalannya, meninggalkan Abdi yang ada dibelakangnya.

"Amit amit deh lo. Kalo lo mati, gue sama siapa dong?" jawab abdi dengan nada yang di sedih sedihkan.

"LO DOAIN GUE MATI? HAH?!" ucap Rara sambil emosi. Bahkan es jeruknya pun sudah ia lemparkan ke tong sampah.

"Ma-maksud gue bukan gitu kok Ra.. Suwer deh" ucap Abdi seraya membentuk jarinya 'peace'

"serah lo aja dah"

"Eh Ra Ra tungguin gue dong" ucap Abdi mengejar Rara yang sudah duluan berjalan meninggalkannya.

Ngapain sih tuh cowok. Nyebelin banget. Pake acara ngikutin gue lagi. Issh. batin Rara.

"Nahh.. Akhirnya bisa nyamain" Ternyata Abdi sudah ada di samping Rara. Dan akhirnya merekapun berjalan berdampingan.

Banyak sekali para murid yang memandang mereka sambil berbisik bisik.

"eh sapa tuh yang jalan sama jodoh gue"

"berani beraninya dia ribut cowok gue"

"sok cantik banget anjir cewenya. Ga cocok"

"Waaah... Abdi makin lama makin ganteng aja ya.. "

" Mereka berdua cocok ya. Yang satu ganteng, yang satunya cantik"

bla bla bla bla bla bla...

Begitulah kurang lebih bisikan para penggemar Abdi yang terdengar jelas di telinga Rara.

"Lo mendingan pergi deh, gue risih di liatin gitu sama PENGGEMAR lo" usir Rara sambil mendorong dorong abdi supaya pergi.

"Gue ngga peduli sama tatapan orang, sama omongan orang Ra. Gue ngelakuin apa yang emang pengen gue lakuin." jawab Abdi.

"hft.. Yaudah serah lo" pasrah Rara.

Tanpa sadar mereka berdua sudah sampai di depan kelas Rara.

"Udah sampe, mendingan sekarang lo pergi." ucap Rara sambil membalikkan badan untuk masuk ke kelas

"Tunggu dulu Ra" ucap Abdi mencekal lengan Rara.

"Apa lagi sih" Rara memutar bola matanya jengah. Sumpah demi apapun dia udah risih banget di tatap sama penggemar Abdi itu.

"Gue... Boleh minta id Line lo?"

"Gak. Sama. Sekali. " Rara pun memilih langsung masuk ke kelas

Abdi yang masih di depan kelas Rara itu hanya menghela nafasnya sambil tersenyum.

"Gue ngga bakal berhenti buat deketin lo Ra"

Setelah itu dia pergi menuju kantin untuk menyusul teman temannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
       

DIRA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang