#30

3.7K 272 6
                                    

Guntur melangkahkan kakinya disebuah tempat pemakaman. Langkahnya berhenti tepat dinisan yang terukir nama Aluna Atmajayanti.

Setiap bulan Guntur selalu berkunjung ke makam Aluna, meskipun dia tinggal di Bandung dulu pun Guntur tetap rutin berkunjung ke sini.

Guntur berjongkok di depan makam Aluna, membersihkan dedaunan yang ada di sekitarnya dan mencabuti rumput yang tumbuh. Setelah itu ia menyiramkan air mawar dan menaburkan bunga. Guntur tak lupa membawa bunga kesukaan Aluna, mawar Putih. Ia juga tak lupa berdoa untuk Aluna.

"Lun, apa kabar?? Gue kangen banget sama lo." ucapnya sambil mengusap nisan Aluna dengan lembut. "Abdi, orang yang lo sayang bahkan mungkin udah lupa sama lo Lun,"

"Gue ngga tau harus gimana lagi, gue rapuh banget ngga ada lo Lun. Gue merasa kehilangan."

"Lo tau ngga Lun, sekarang Abdi udah punya pacar. Lo pasti sakit hati banget kan, tapi lo tenang aja gue ngga akan biarin dia bahagia Lun." Guntur mengusap sudut matanya yang sudah mengeluarkan cairan bening. "Gue ngga bisa seperti dulu lagi Lun, ngga bisa. Gue terlalu benci sama dia karena dia yang buat lo pergi dari gue Lun, bahkan sebelum gue mengungkapkan isi hati gue."

Guntur menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia mengeluarkan semua unek-unek yang ada dipikirannya. Andai saja Aluna masih disini, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini. Meskipun nantinya Guntur akan sakit hati melihat Aluna yang selalu mencintai Abdi.

"Yaudah gue pulang dulu ya Lun, udah sore gue juga belum ganti baju. Yang tenang di sana ya. I love you." ucapnya lalu dia segera bangkit dan melangkah pergi dari area pemakaman.

Guntur menjalankan mobilnya entah mau kemana. Di Jakarta dia memilih tinggal di apartement sendiri, karena jika di rumah yang ia lihat hanya pertengkaran kedua orang tuanya yang membuat Guntur semakin pusing.

Dia mengalihkan fokusnya pada perempuan yang sepertinya baru saja keluar dari indomart pinggir jalan.

Itu Rara.

Guntur segera menepikan mobilnya di depan Rara. Dia menurunkan kaca mobilnya. "Rara?"

Rara yang merasa terpanggil pun menoleh. "Eh lo?"

"Mau kemana?" tanya Guntur.

Rara menunjukkan kantung belanjaannya. "Abis beli cemilan, stok di rumah abis hehe."

"Yaudah sini masuk, gue anterin lo pulang."

"Hah? Ngga usah deh rumah gue deket kok."

"Nggapapa. Ayo!"

"Emm yaudadeh." akhirnya Rara memutuskan untuk masuk ke dalam mobil Guntur. "Emang lo abis kemana?"

"Gue abis dari makam."

Rara mengerutkan keningnya bingung. "Makam siapa tur?"

"Rumah lo kemana nih?"

"O-oh lurus aja sampe masuk di perumahan Griya Arum Blok B."

Guntur hanya mengangguk dan suasana di mobil kembali hening sampai mobil yang dikendarai Guntur memasuki komplek perumahan yang dimaksud Rara.

"Yang mana Ra?"

Rara menunjuk rumah berwarna putih bertingkat dua. "Itu yang itu!"

"Udah sampai Ra."

"He-um. Lo ngga mau mampir dulu?"

"Kapan-kapan aja Ra, udah mau malem juga ini."

"Yaudah kalo gitu gue masuk dulu ya. Btw, makasih Guntur."

DIRA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang