#38

3.4K 249 7
                                    

Rara menyeruput kopi nya sembari menunggu orang itu datang. Sesekali ia melihat jam pada ponsel yang tergeletak di atas meja.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya orang itu datang dan masih mengenakan seragam sekolah. Rara sedikit memaksa, Rara bilang padanya kalau sedang butuh teman.

"Sorry Ra, udah lama ya?"

Dia Guntur. Laki-laki yang menurutnya pribadi yang baik, tapi setelah mendengar cerita dari Darel tadi dia jadi tau siapa Guntur sebenarnya. Dan tujuannya mengajak bertemu karena dia ingin tau lebih dalam tentang Guntur.

"Nggapapa. Harusnya gue yang minta maaf Gun, nyuruh lo bolos seenaknya." balas Rara.

"Nggapapa kali, gue juga bosan di sekolah. Kan ngga ada lo."

Cih. Gorengan basi.

"Lo pesen gih sono!"

Guntur mengangguk. "Waiters!"

"Ada bisa saya bantu?"

"Saya pesan Hot Cappucino satu."

"Sudah itu saja?"

Guntur mengangguk. "Baik, silahkan menunggu."

Pandangannya beralih pada Rara. "Lo kenapa Ra?"

"Abdi kecelakaan Gun,"

Ekspresi Guntur berubah menjadi tegang dan Rara tau itu. Keringatnya pun sudah membasahi dahinya.

"Lo kepanasan?" tanya Rara. "Padahal ini cuaca dingin banget loh Gun." sambungnya.

Mampus lo.

"Ah---gue emang suka keringetan gini orangnya."

Ngeles aja lo kaya bajaj.

Rara mengangguk. "Terus sekarang gimana keadaan Abdi?"

"Dia koma. Pelakunya langsung kabur, dan identitasnya belum diketahui sampai sekarang. Gue heran, kalau pelaku tabrak lari begitu emang dianya ngga ngerasa dihantui rasa bersalah gitu?"

"Ya mana gue tau Ra." balas Guntur dengan kekehan yang sepertinya, terpaksa.

"Pesanan datang. Selamat menikmati."

"Makasih."

Rara mengaduk kopinya yang sudah terminum sedikit. "Gue jadi kangen sahabat kecil gue dulu."

"Cerita aja Ra, nggapapa. Gue dengerin kok." ucap Guntur dengan tersenyum.

"Dulu gue deket banget sama dia, sampai satu kejadian yang ngebuat gue sama dia bertengkar hebat. Gue ngga tau apa salah gue, tiba-tiba dia ngejauhin gue. Ternyata setelah gue cari tau, dia benci sama gue gara-gara gue deket sama pacarnya. Padahal waktu itu gue sama pacar dia chat buat ngerencanain surprise buat dia." Rara menunduk. Bertingkah seolah itu pernah terjadi padanya, padahal tidak.

Guntur mengusap tangan Rara. "Don't sad." ucapnya.

Ew! Harus cuci tangan tujuh kali nih.

"Tapi dia udah salah paham duluan. Gue cuma bisa pasrah aja, meskipun gue udaah minta maaf tapi dia masih benci sama gue. Sampai gue kelas sepuluh dia balas dendam ke gue dengan cara rebut pacar gue. Dia merasa puas, dan sampai sekarang gue ngga tau dia sama mantan gue masih pacaran atau engga."

Guntur sepertinya tertarik dengan obrolan Rara.

"Gue juga gitu Ra, dulu waktu gue sama dia masih berteman."

"Maksud lo?"

"Ehm--lupain aja."

Rara menaikkan satu alisnya. "Gue boleh tanya ngga nih sama lo?"

DIRA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang