Extra Chapter

4.7K 233 2
                                    

Waktu semakin berlalu. Dan kini Rara sudah menginjakkan kaki di kelas dua belas, begitu juga dengan Abdi.

Hubungan mereka sudah berjalan selama kurang lebih satu tahun, lika-liku mereka lalui bersama. Sampai akhirnya detik inipun mereka masih bersama.

Dan malam ini adalah malam pertunangan abangnya, Rendy dengan teman kampusnya. Mereka hanya menjalin kasih dalam waktu sebentar dan memilih untuk bertunangan, untuk menikhanya sih ngga tau.

Rara mengenakan dress selutut berwarna abu-abu, rambutnya terurai dengan indah.

"Cieee yang mau tunangan!" ledek Rara sambil mencolek pipi Rendy.

Rendy cemberut. "Ish! Apaan sih dek! Jangan ledek gue terus napa sih!"

Rara menjadi diam. Dia menatap cermin yang berada di kamar Rendy. Sekilas dia melirik Rendy yang sedang merapihkan rambutnya.

"Bang!"

"Hm?"

"Bentar lagi lo tunangan, bang."

"Yaiyalah! Dari tadi juga lo ngledek!"

Rara menatap cermin itu dengan pandangan murung. Rendy yang melihat wajah murung Rara pun mengernyitkan dahinya. "Lo kenapa?" tanyanya.

"Nanti kalo lo udah tunangan pasti nikah kan ya?"

"Iya lah!"

"Kalo lo udah nikah lo pasti jarang banget ya bang punya waktu buat gue?" tanya Rara sambil menundukkan kepalanya.

Rendy tersenyum simpul. Jadi ternyata dari tadi adiknya memikirkan masalah itu. Dia duduk di samping Rara. "Dari tadi lo mikirin itu?"

Rara mengangguk.

"Ra, dengerin gue. Mau gue udah tunangan, nikah sekalipun gue ngga bakal ngga ada waktu sama lo." ucapnya. "Tapi ya, mungkin akan jarang. Karena waktu gue udah terbagi, apalagi kalo gue udah kerja nanti."

"Ntar ngga ada yang nemenin gue tidur dong kalo gue lagi pengen ditemenin." ucap Rara dengan sedih.

Sedangkan Rendy terkekeh. Tingkah adiknya ini sangat lucu, belum saja dia tunangan pikirannya sudah kemana-mana. "Yaelah Ra! Masih lama elah!"

Tok tok tok

"Rendy! Rara! Ayo buruan turun nak." ucap mamanya dari luar kamar.

"Tuh udah dipanggil kita sama mama, yuk turun!"

Rara mencekal tangan Rendy. "Bang," rengeknya dengan manja. "Sedih."

Rendy mengurungkan niatnya dan kembali duduk. "Rara sayang, adek gue satu-satunya. Gue ngga akan lupa sama lo, percaya deh sama gue!" jawab Rendy dengan gemas. "Makanya lo minta nikah sono sama si Abdi!"

Rara memajukan bibirnya. "Ngga lucu!"

Tok tok tok

"Sayang! Ayoo kita harus jalan sekarang!" sahut mamanya lagi.

"Ra, ayo!"

Akhirnya dengan berat hati Rara bangkit dari kasur Rendy dan berjalan keluar yang diikuti oleh Rendy dibelakangnya.

Rara melihat ke bawah sudah banyak saudara-saudaranya yang sudah berkumpul di sana.

Papa Rara yang melihat Rara kurung seperti itu pun menatapnya dengan heran. "Sayang, kamu kenapa?" tanyanya setelah Rara sampai di ruang tamu.

Rara hanya menggeleng.

Papa menatap Rendy meminta penjelasan. Rendy pun mengangguk mengerti. "Dia sedih pa, karena bentar lagi Rendy mau tunangan! Terus masa dia udah bilang inilah itulah kaya Rendy udah mau nikah aja."

DIRA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang