#39

3.3K 257 2
                                    

"Kenapa sih ada aja orang yang selalu ngurusin hidup gue?"

Rara masih kesal akibat kejadian tadi. Itu sebabnya dia tak memberitahukan identitasnya yang asli bahwa dia adalah anak dari keluarga William, mungkin akan lebih banyak yang mencanpuri hidupnya dan itu membuat Rara tak tenang.

Rara membuka ponsel nya. Dia memandang foto yang sempat dia ambil saat pertama kali jalan bersama Abdi.

Di sana Abdi tersenyum dengan cerah dan tak dapat dipungkiri lagi jika Abdi memanglah tampan, sangat bagi Rara.

"Sekarang gue baru sadar, kalau gue memang benar-benar membutuhkan lo Ab. Kalau gue memang.." ucapannya tergantung. "sayang sama lo." sambungnya.

Saat ini Rara sedang berada di warteg pinggir jalan yang mungkin dibilang sederhana. Entah kenapa dirinya ingin makan di sini, cukup ramai karena ini memang jam makan siang untuk para pekerja.

"Bu, nasi campur satu ya! Nasinya jangan banyak-bantak, dikit aja."

"Siap neng!"

"Loh tumben ada anak cantik ke sini?" tanya seorang bapak-bapak yang sudah cukup tua.

Rara tersenyum. "Biasa aja kok pak."

"Bukan, maksud saya tuh biasanya anak muda apalagi cantik seperti neng ngga ada yang mau makan di tempat kaya gini. Biasanya kan di Cafe atau tempat yang mahal gitu neng."

"Yaelah pak, saya mah udah biasa makan beginian. Malahan ya pak saya suka banget tuh sama pecel lele, beuhh rasanya mantap." balas Rara diakhiri dengan kekehan. "Bapak kerja di sekitar sini?"

Bapak itu mengangguk. "Iya neng, tuh di bangunan yang lagi dibangun." jawabnya sambil menunjuk ke arah yang ia maksud.

Rara mengikuti arah yang ditujukan bapak itu, lalu menghadap pada bapak tadi. "Emmm, bapak kan udah lumayan tua nih ya. Kenapa ngga berhenti bekerja aja? Lagian kerja begituan kan bahaya buat bapak."

"Yaaa mau begimana lagi neng, kalau saya ngga kerja mau makan apa?"

"Anak bapak?"

Bapak itu tersenyum kecut. "Anak saya pergi dari rumah sekitar 3 tahun yang lalu,"

Rara menjadi tak enak pada bapak-bapak itu. "Aduh maaf ya pak, bukannya saya bermak-"

"Tenang aja neng, saya nggapapa kok. Lagian saya udah biasa kerja."

"Bapak mau makan?"

"Iya atuh neng, masa mau mancing di sini." balasnya dengan terkekeh.

"Aduh si bapak lucu banget!"
"Bu!"

"Kenapa neng? Ada yang mau dipesen lagi?"

"Nasi campurnya satu lagi ya, nasinya yang banyak."

"Siap atuh!"

"Aduh neng, ngga usah repot-repot. Nanti saya pesan sendiri."

"Udah nggapapa, anggap aja ini bentuk terimakasih saya sama bapak."

Bapak itu seperti kebingungan. "Karena bapak sudah buat saya tersenyum lagi, setidaknya masalah saya hilang sedikit."

Setelah mengerti, bapak itu tersenyum. "Nama neng siapa?" tanyanya.

"Saya Rara pak." jawab Rara sambil tersenyum.

"Mungkin kalau anak saya masih sama saya, umur nya sama kaya neng Rara sekarang."

"Ini mbak, nasinya."

"Oh iya terimakasih bu!"

Rara meletakkan nasinya di meja depan bapak tadi. "Ini pak, silahkan di makan."

DIRA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang