Lee Daera membuka matanya perlahan, matanya menatap lurus ke langit-langit kamar ruang inapnya. Ia masih terdiam sampai seseorang wanita dengan pakaian kerja dan wajah yang sudah mulai keriput meneriaki nama yang sebelumnya belum pernah ia dengar, kemudian memeluknya tiba-tiba.
Tangan Daera spontan membalas pelukan hangat dari wanita itu dalam diam.
Daera masih membisu, namun tiba-tiba wanita itu menangis diantara pelukan mereka berdua. Lumayan lama, Daera yang sebenarnya masih tak mengerti apa yang terjadi tangannya mulai terangkat mengelus pelan punggung wanita yang tengah memeluknya. Entah dengan kekuatan apa, mulut Daera perlahan membuka dan mengeluarkan sepatah kata.
"Gwaenchan-a.."
Seketika tangis wanita itu menghilang. Secepat kilat wanita itu melepaskan pelukannya, dan matanya menghadap Daera yang menatap heran kearahnya.
"Kau baik-baik saja?"
Daera masih menatap wanita dihadapannya dalam diam. Seribu pertanyaan berusaha ia keluarkan dari mulutnya, namun mulutnya terkunci rapat entah mengapa.
"Apa kau mengingat sesuatu?" tanya wanita itu lagi.
Lagi-lagi Daera masih terdiam menatap wanita itu heran. Namun kemudian wanita itu mengeluarkan ponselnya, tangannya sibuk mengetik beberapa kalimat panjang yang entah ditujukan untuk siapa. Seutas senyuman wanita itu berikan pada ponselnya(?) yang menandakan bahwa ia sedang bahagia.
Sedikit lama wanita itu berkutat pada ponselnya. Daera yang bosan menunggunya menengok kearah lain, kearah jendela kaca besar dengan tirai yang terbuka lebar. Menampakan pepohonan yang hijau serta beberapa burung yang sempat melewati langit yang merupakan latar belakangan penampakan indah yang sedang Daera lihat.
"Daera~ya, apa yang rasakan sekarang? Apa kepalamu sakit?"
Daera yang bahkan saat itu belum mengingat namanya hanya menengok karena merasa terpanggil kearah wanita itu lagi dan masih membisu menatapnya kembali.
"Kau... ada apa denganmu, Daera? Kau bisa berbicara, 'kan? Barusan kau berbicara pada eomma."
Wanita yang ternyata eomma-nya Daera itu, nampak heran melihat Daera yang tak menjawab sepatah katapun darinya.
"Anda.. siapa?"
°°°
Untuk ketiga kalinya eomma Daera menangisi anaknya yang bahkan tak mengingat dirinya. Dan, untuk ketiga kalinya juga Daera melihat eomma yang sekarang dengan perlahan sudah ia kenali lagi menangisinya karena ketidaktahuan Daera tadi.
Kali ini, di ruang rawat inap ini, sudah lebih terisi daripada yang tadinya hanya ada dirinya dan eommanya.
Banyak yang sudah memperkenalkan dirinya pada Daera, seperti baru saja berkenalan. Padahal Daera tahu bahwa semua orang disini adalah orang terdekat dalam hidupnya yang tak sengaja terlupakan dari ingatannya, setelah dijelaskan oleh salah satu orang terdekatnya yang kebetulan seorang dokter.
Ada sekitar 8 orang termasuk dirinya yang berada didalam ruangan yang untungnya cukup luas.
°°°
"Ayolah! Aku tak suka dipaksa seperti ini! Kalian tahu, 'kan?"
Seo Changbin berdiri dari kursi dan menunjuk Joonyoung dengan telunjuknya, matanya menatap tajam Joonyoung dan istrinya.
"Seberapa keraspun kalian memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. Sampai kapanpun juga aku tak akan mau dengannya."
Changbin berbalik, rahangnya mengeras, keduanya tangannya mengepal begitu kuat. Ia melangkah menuju pintu depan.
"Changbin! Dengarkan eomma dulu, nak!" panggil Soye -Changbin eomma- dengan suara parau dan membuat hatinya sedikit terguncang, namun dia tak juga mengusiknya.
"Seo Changbin! Dengar ini baik-baik, jika kau menolak hal ini. Terpaksa, aku tak akan mengembalikan 'semua' kendaraan pribadimu dan aku tak akan mempertemukan dirimu dan orang itu!"
Bagai terkena sihir ampuh, Changbin berhenti seketika. Tangannya yang tadi mengepal kembali mengepal lebih kuat, dan rahangnya yang tadi mengeras kembali mengeras lebih kuat hingga rasanya satu persatu giginya akan rontok tak lama lagi.
Jika saja yang sedang ia ajak bicara bukanlah orang tuanya, ia dengan senang hati akan menonjoki mereka satu persatu sampai babak belur.
"Kau yang menyebabkan semua ini! Kau yang harus bertanggung jawab! Itu yang telah appa ajarkan untukmu sejak kecil. Bukan menjadi laki-laki keras kepala seperti ini!"
Changbin berbalik menatap geram Joonyoung yang terlihat puas akan ancaman mengerikan yang sebelumnya telah ia ucapkan. Sedangkan Soye, ia menatap lembut Changbin agar putranya mau mengikuti apa yang mereka inginkan.
Cukup lama rumah itu tak ada suara apapun. Joonyoung dan Changbin sama-sama menatap tajam satu sama lain, bagaikan ada laser yang keluar dari mata masing-masing yang mampu merobek mata siapapun yang kalah.
Joonyoung dan Changbin, ayah dan anak yang sama-sama keras kepala dan akan memberontak jika tak berjalan sesuai yang mereka harapkan.
Namun, kemudian Changbin menghentikan tatapan itu dan berkata, "Baiklah, jika itu yang kalian mau. Tapi, janji. Kalian harus mempertemukanku dengan orang itu secepatnya." Changbin
"Tidak, sebelumnya kau harus menikah dengannya. Baru kemudian, aku akan mempertemukan kalian."
°°°
2 bulan kemudian.
Sudah lumayan banyak hal-hal yang Daera ingat kembali. Semua ini tentunya berkat bantuan dari orang-orang terdekat Daera itulah. Walau ingatannya belum kembali sepenuhnya, Daera bersyukur masih bisa hidup setelah sebelumnya hampir meregang nyawa akibat kecelakaan maut 3 bulan lalu, dan koma selama sebulan.
Kini, Lee Daera menatap seseorang disampingnya. Laki-laki dengan Jas hitam dan kemeja putih polos melekat di tubuh pria itu, sedang menyetir. Laki-laki yang sekarang harusnya ia panggil dengan panggilan suami.
Matanya beralih pada gaun pendek dan jacket tebal yang ia gunakan. Gaun putih polos dengan beberapa hiasan berwarna hitam dibagian pinggang, dan satu pita berwarna merah tua.
Daera kembali mengalihkan pandangannya pada jalanan didepan. Dipenuhi oleh salju tebal berukuran sekitar 15 cm. Mereka berdua sama-sama terdiam menatap sunyinya jalanan di pukul 1 pagi.
Daera menghembuskan napasnya kasar. Ia terlalu lelah untuk tetap terjaga setelah hari yang panjang tadi. Tapi, matanya seperti sangat memaksa agar tak terlelap.
Daera tak bisa tidur. Tangannya terulur menyalakan radio mobil, menekan beberapa tombol untuk mencari saluran yang bagus. Namun kemudian, kegiatannya terhenti pada sebuah saluran yang menyetel sebuah lagu yang belum pernah Daera dengar sebelumnya.
Daera tersenyum tipis kemudian menyelesaikan aktivitas mencarinya, tangannya kembali kemudian memasuki jacket tebalnya.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfiction"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...