8 • Adel Beda

447 34 0
                                    

****
Sekar sedang menyisir rambutnya didepan cermin. Nampak, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.

Sekar tak henti-hentinya, membayangkan kemarin. Andai saja, dalam keadaan itu Sekar tidak pingsan. Pasti itu akan menjadi first kiss-nya.

Sekar mengambil tas ransel berwarna maroon miliknya. Dan ia keluar kamar menuju dapur.

"Pagi mah, pah," sambut Sekar di meja makan.

"Pagi, kamu hari ini jangan sekolah dulu, kar. Kamu nanti periksa dulu di rumah sakit," ucap mama Sekar. Sambil mengoleskan selai coklat ke permukaan roti.

"Loh? Kok nggak sekolah sih mah?" sahut Sekar murung.

"Iya bener mamah kar, besok aja sekolahnya. Hari ini istirahat dulu, papa udah kasih tahu Adel buat nitip surat ijin, sama nanti Adel kesini. Buat minjemin catetan buat kamu," jelas papa Sekar.

Sekar hanya bisa menekuk mukanya, sambil sesekali berdecak. Roti yang ia makan semakin terasa tawar, walau sudah di beri selai.

Sekar kembali masuk ke kamarnya untuk berganti baju. Tidak mungkin Sekar ke rumah sakit menggunakan seragam sekolah.

Padahal, ia semangat hari ini agar bisa bertemu Alex di sekolah. Malah tertahan oleh kedua orang tuanya. Biasanya Sekar selalu senang dengan apapun keputusan orang tuanya, karena menurutnya keputusan orang tua itu pasti yang terbaik untuknya. Tapi kali ini Sekar merasa tidak senang, hanya gara-gara Alex.

****

Adel memarkir motornya, meletakan helm. Lalu menyisir poninya dengan jari. Sesekali bersenandung, dan bersiul.

Adel berjalan ke kelas, melewati koridor kelas XI. Karena lewat koridor itu, Adel berpikir untuk mengembalikan jaket Alex yang ia kenakan saat ini.

Adel berjalan mendekati kelas XI IPS. Mata Adel mencari-cari sosok Alex. Namun, Adel tidak menemukannya. Mungkin Alex belum datang. Seorang perempuan mungkin teman sekelas Alex berjalan mendekati Adel yang hanya mengintip dari sela-sela pintu.

"Nyari siapa?" tanya cewek itu.

"Nyari kak Alex, kak Alex belum dateng ya?"

"Belom, nitip Aku aja. Nanti Aku sampein ke Alex."

Adel berpikir sejenak, Adel menyetujui saran dari cewek itu. Adel memberikan jaket Alex yang usai ia cuci kemarin. Adel juga menitip pesan, Adel menitip terimakasih untuk Alex, kepada Nahla.

Cewek itu bernama Nahla Alkayla.
Teman sekelas Alex, berjilbab, baik. Cewek itu juga mudah bergaul. Baru sebentar ngobrol sama Adel saja, mereka sudah bertukar id Line.

Adel pamit, lalu melanjutkan ke kelasnya. Tak lama juga, Alex dan gerombolannya datang. Nahla memberikan titipan Adel.

"Nih, Lex. Ada titipan dari Adel kelas X IPS," Ucap Nahla. "Sama dia nitip pesen, katanya makasih."sambil menyodorkan selipat jaket kulit milik Alex.

"Masa' cuma makasih? Nggak ada pesen lainya lagi? Lu bohong ya?" tanya Alex.

"Ah, lu nih dibilangin nggak percayaan. Nggak gue pinjemin PR mampus Lo," tukas Nahla dengan nada sedikit meninggi.

"Iya, iya. Pinjemin PR ya,please. Tadi gue cuma bercanda," sahut Alex. Dibalas dengan senyuman kecil oleh Nahla.

Nahla memang termasuk siswi pandai yang dermawan. Dermawan dalam hal berbagi jawaban, itu yang membuat Alex takut kepadanya. Apabila Alex tidak dipinjami Nahla PR, mungkin Alex tidak diperbolehkan keluar malam dengan temanya. Karena, orang tua Alex sangat menuntut anaknya menjadi pandai.

Am I Stupid ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang