****
Jam dinding di kelas X IPS masih menunjukan 06.30
Sudah banyak siswa yang tiba, karena takut telat, lebih baik datang lebih awal. Tidak terkecuali Adel dan teman-temanya, mereka sudah berkumpul di meja paling belakang, meja milik Adel.Di kelas Adel dan Sekar memang diadakan rolling tempat duduk. Rolling tempat duduk itu bertujuan agar mata siswa tidak minus, juga melatih keelastisan otot mata.
Tidak hanya berempat, Tina, Dira, Sekar, dan Adel. Teman mereka dari kelas sebelah X IPA pun juga ikut berkumpul di ruang kelas yang cukup ramai itu.
Vania dan Bunga mengambil dua bangku kosong yang ada di bagian belakang kelas, menaruhnya didekat meja Sekar. Dira dan Tina juga memutar kursinya menghadap meja Adel dan Sekar. Tak jauh dari mereka juga ada mejanya Dario, mantanya Adel.
"Eh, guys Lo udah pada tahu pasti? Kalo gue pacaran sama kak Alex," tebak Adel kepada teman-temannya.
"Udah tau, kali Del.. kemarin Lo udah cerita," celetuk Dira.
"Eittss, ini beda lagi.. emang kalian tau? Kak Alex nembaknya pake apa?" tanya Adel kepada kelima temanya.
Tanpa disadari ada sepasang telinga yang berusaha menguping pembicaraan gosip tidak berguna dari cewek-cewek yang mayoritas nggak penting itu.
"Emang pake apa?" tanya Bunga pada intinya.
"Ahh, gue jadi malu nih," pipi Adel merona sendiri, membuat kelima temanya menjadi penasaran. Memang itu tujuan Adel, membuat temanya penasaran.
"Tinggal bilang aja ribet Lo," sahut Vania.
"Iya nih, mentang-mentang udah nggak jadi jones lagi," timpal Tina.
Adel menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat, menarik nafas panjang dan membuka suara.
"Gue itu di tembak sama kak Alex pake..." Adel menggantungkan kalimatnya dilanjut kedua tangannya dibuat mengerucut seperti bibir, lalu ditempelkan. Bibir Adel sendiri juga ikut-ikutan monyong, seperti orang ciuman.
Hah! Ciuman?
"Yakin Lo?" tanya Dira. "Lo pasti nggak lagi mimpi kan?"
"Nggak gue yakin, lusanya kan dia bilang, dia pengen gue jadi pacarnya," jelas Adel menyakinkan teman-temannya.
"Gercep aja tuh moncong," sindir Bunga.
"Itu berarti first kiss Lo," tebak Tina. "Mana mau cowok mau sama Lo, selain Alex."
"Ishh, iya itu baru pertama kali gue--" perkataan Adel terpotong.
"Tapi kan kak Alex duluan ciuman sama gue, Lo pake bekas gue.. nggak malu, Lo pamerin?" ucapan Sekar barusan sontak membuat seluruh temanya menatap Sekar dengan tatapan bertanya.
"Kok Lo ngomong gitu sih kar?" tanggapan Tina.
"Iya, gue tau elo bercanda tapi yang tadi nggak lucu," imbuh Dira.
Adel yang dikatai barusan malah speechless, menurut Adel, memang benar ia menggunakan bekasnya Sekar. Tapi, Adel masih tidak percaya dengan ucapan Sekar barusan. Terdengar seperti bukan Sekar yang selama ini Adel kenal.
"Yaelah, serius amat. Hahaha," ucap Sekar berusaha mencairkan suasana yang menegang, dilanjutkan tawanya yang mengisi kelas X IPS.
"Tapi, bener kata Dira. Bercandaan Lo tadi benar-benar nggak lucu, malah kedengaran kayak Lo ngejek Adel," timpal Vania.
Vania dikenal lebih dewasa dan bijak pemikirannya, dibandingkan dengan kelima temanya ini. Mungkin karena pengalaman hidupnya melebihi teman sepantaran, membuatnya lebih bijaksana.
Sekar mati kutu, haruskah dia mengakui kalau dirinya tengah mencintai pacar dari sahabatnya, yang baru pacaran selama tiga hari. Karena Sekar menyukai Alex lebih dulu, membuat Sekar merasa dirinyalah yang pantas menjadi pacar Alex, daripada Adel.
Karena Sekar belum terlalu berani, dia hanya mengeluarkan pendapatnya sedikit demi sedikit. Agar orang disekelilingnya peka.
Sekar masih ditatap oleh kelima temanya dan satu pasang mata dari kursi tak jauh dari mereka, Dario. Sekar masih bingung harus mengatakan apa, hingga bel masuk berbunyi dan Bu Rahma masuk mengisi jam pertama matematika.
Gawat.
Vania dan Bunga yang harusnya sudah kembali ke kelasnya malah terjebak dikelas Adel, karena menggosip. Bunga dan Vania sudah keringat dingin, karena Bu Rahma memang dikenal guru yang sangat disiplin walaupun bukan guru BK.
Bunga dan Vania hanya berdoa agar tidak ketahuan, dan bisa kembali ke kelas. Semua ini gara-gara omongan Sekar tadi.
"Selamat Pagi anak-anak. Buka PR kemarin!" sambut Bu Rahma seketika sambil berjalan masuk.
Guru yang tanpa ba-bi-bu langsung terjun ke pelajaran. Bahkan, jam kosong Bu Rahma mengajar dapat dihitung dengan jari selama setahun. Jarang sekali kosong, hampir selalu masuk.
"Mateng gue," gumam Bunga masih diposisinya menghadap meja Adel.
Dira dan Tina sesegera mungkin memutar kursinya. Kelas yang hening membuat dirinya sangat menonjol dan akhirnya ketahuan oleh Bu Rahma.
"Itu kenapa di belakang bergerombol?" tanyanya to the point.
"Nggak Bu, nggak ada."
Refleks Vania dan Bunga bangun dari singgasananya. Memasang muka memelas dan tak bersalah.
"Kamu berdua maju kesini!" suruh Bu Rahma dengan nada tinggi.
"I..Iya Bu," jawab Bunga dan Vania berbarengan gagap.
Adel, Sekar, Tina, dan Dira tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya mata saja yang digunakan untuk menonton anak IPA kena marah gara-gara keseruan gosip di kelas sebelah.
"Kamu kelas sebelah kan?" tuduh Bu Rahma.
"Iya, Bu. Tadi salah masuk kelas," seisi menertawakan jawaban Bunga barusan yang kelewat absurd.
Baru pertama kali, anak IPA yang terkenal lebih pinter dari IPS salah masuk kelas. Perlu diragukan kewarasannya.
"Masih ngeles kamu, makanya kalau pagi jangan sarapan gosip! Jadi ngawur otak kamu, cepet balik ke kelas!" omel Bu Rahma dan menyuruh mereka ke kelasnya.
Bunga dan Vania mengangguk dan meninggalkan kelas X IPS yang malah ramai dengan tawa siswa-siswinya.
"Udah ada guru tuh," ucap Bunga ditengah perjalanan menuju kelas.
"Bilang aja dari toilet," sahut Vania.
"Kuy lah."
............
****
Share dong! 'Am I Stupid?'
Jangan lupa vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Stupid ? [END]
Roman d'amourTAMAT✓ Kadang merelakan itu perlu. Daripada harus bertahan dengan kesedihan. Datang tanpa permisi, lalu pergi tanpa pamit. Itulah dirimu, seperti jalangkung. Entah aku yang bodoh atau takdir yang membuatku semakin bodoh? Tidak tahu. Kisah klise rema...