TAMAT✓
Kadang merelakan itu perlu. Daripada harus bertahan dengan kesedihan.
Datang tanpa permisi, lalu pergi tanpa pamit. Itulah dirimu, seperti jalangkung. Entah aku yang bodoh atau takdir yang membuatku semakin bodoh?
Tidak tahu.
Kisah klise rema...
Alex telah sibuk membalikan badannya ke kanan dan kiri. Ia berusaha tidur sejak pukul 8 tadi setelah Surya pulang, dan sekarang sudah pukul 10 malam. Ia harus istirahat lebih banyak agar cepat pulih, itu juga yang membuat Alex ingin cepat sembuh dan kembali ke rutinitas biasanya.
Setalah membuka ponselnya beberapa saat, mata Alex mulai merasakan kantuk. Dan Alex pun terlelap.
****
Vito sedang duduk di kursi yang disediakan di sebuah taman sepi. Bukan hanya sepi, taman itu juga gelap. Hanya ada beberapa lampu minimalis yang melengkapinya.
Vito sibuk memikirkan persahabatannya, ia berpikir akan mudah. Namun, tidak sesuai yang ia bayangkan. Lebih sulit dan rumit. Bahkan persahabatannya sudah diambang kehancuran, dan Vito sudah tidak diberi kepercayaan lagi oleh siapapun. Itu sungguh menyakitkan.
Vito akhirnya memilih sebuah ide dalam otaknya. Menuruti perintah Sekar saja hanya membuatnya terjerumus, ia sudah dibutakan oleh cinta. Vito kehilangan akalnya hanya untuk ambisi memiliki cinta pertamanya, yang jelas-jelas menyukai orang lain. Tapi Vito terus mencoba hingga ia merasa dikecewakan oleh cinta.
Apa cinta sekejam ini kepada Vito?
Membuatnya jatuh cinta setiap hari, sama saja membuat Vito semakin ambisius memiliki Sekar.
Memliki? Adalah khayalan semata.
"Gue harus ngelurusin masalah ini secepatnya, atau persahabatan gue yang jadi taruhan," gumam Vito lalu ia mengambil kunci motor dan melaju ke arah rumah Sekar.
Langkah pertama yang harus Vito lakukan adalah menyadarkan Sekar, menyadarkan akan kesalahan yang selama ini ia perbuat. Kesalahan ingin merenggut kebahagiaan dari sahabatnya sendiri, bukannya sahabat harus saling memberi kebahagiaan?
****
"Gimana bisa Lo nyerah gitu aja?!" bentak Sekar saat mengetahui Vito menyerah ingin memisahkan Adel dan Alex.
Vito juga sudah mendengar kabar hubungan mereka telah kembali melalui story Adel di Instagram. Sejak saat itu juga Vito sadar, memisahkan mereka tidak ada gunanya. Toh, Sekar juga tidak akan langsung suka kepadanya. Sekar sukanya terhadap Alex.
Vito sudah mengetahuinya, tapi mengapa ia terus saja berharap? Dasar bodoh.
"Gue lebih milih persahabatan gue daripada cinta," tegas Vito sambil menatap Sekar dengan tatapan tajamnya.
Sekar menaruh kedua tangannya di dada, dia berdecak kesal.
"Oke, kalo itu mau Lo. Gue akan pisahin mereka sendiri dengan tangan gue," ucap Sekar dengan nada mengancamnya.
"Dasar cewek gila!" ejek Vito.
Sekar yang mendengar Vito sedang mengatainya melangkahkan kakinya mendekat ke Vito, wajahnya ia dekatkan hingga nafas mereka saling bertabrakan.
"Berarti Lo suka sama cewek gila dong!"
Dada Vito semakin tidak karuan, ia bahkan menahan deru nafasnya agar tidak ketahuan ia sedang deg-degan.
"Lo dulu nggak gila. Lo sekarang udah gila, sinting Lo!"
"Yah.. terserah Lo lah, bagaimanapun juga Lo pernah suka sama gue," timpal Sekar.
"Itu dulu," elak Vito.
"Sekarang juga masih," Sekar mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Vito.
Vito mengalihkan pandangannya, alih-alih bisa menolak perlakuan kurang ajar dari Sekar.
"Stop! Lo nggak malu apa? Lo itu seenaknya nyium-nyium gue," sergah Vito.
Blush. Sekar mulai salah tingkah, memang benar Sekar menyukai Alex. Tapi ia malah sibuk menyium Vito seenaknya, dia sudah bertindak bitchy kali ini.
"Hmm.. sorry, Gue kelepasan," ucap Sekar sambil memundurkan badannya lalu duduk di salah satu bangku.
"Gue udah tahu, Lo itu nggak bisa jadi jahat. Lo itu belum ahli, mending jadi diri Lo yang dulu."
"Ashhh.. banyak bacot lu! Cabut aja Lo sana, nggak guna," usir Sekar.
"Gue yang bakal pisahin mereka. Gue nggak mau nyerah. Gue mau perjuangin cinta pertama gue, gue juga yakin kak Alex suka sama Adel itu nggak tulus," lanjutnya dengan percaya diri.
"Serah Lo! Gue nggak nyangka. Setelah gue lakuin ini semua dan rela nidurin Adel.. Adel kar! Pacar sahabat gue, buat Lo, Lo masih belum bisa buka hati Lo buat gue. Emang gue ini ghaib?? Gue nggak bisa Lo lihat? Gue ini sekecil apa sih kar dimata Lo?" nada suara Vito terdengar memelan, namun masih bisa terdengar.
"Lo masih aja ngejar pacar sahabat Lo sendiri, dan merjuangin prinsip cinta pertama Lo yang gila absurd itu. Sadar kar! Sadar! Lo udah terpengaruh obsesi Lo sendiri. Dan bikin Lo jadi kayak gini," ujar Vito.
Sekar malah memutar bola matanya malas. Tak menghiraukan gertakan dari Vito.
"Gue nyesel pernah suka sama Lo! Gue juga yakin. Sekar yang ada di hadapan gue saat ini bukan Sekar yang dulu bikin gue tergila-gila. Sekar yang dulu udah mati!" setalah mengucapakan kalimatnya Vito memakai helm dan berlalu menaiki motor sport warna merahnya.
Sekar masih diam di tempatnya, teras rumahnya yang sepi. Karena kedua orangtuanya sedang berbelanja di supermarket.
Sekar berniat untuk tidak mendengarkan dan memikirkan apapun yang dikatakan Vito. Tapi perkataannya yang terakhir sangat membekas di hati Sekar. Entah kapan, Sekar menjadi melo seperti ini.
Mengapa sekar sekarang merasa bersalah telah memanfaatkan Vito untuk mendapatkan kesenangannnya? Bukannya ini yang dari dulu ia inginkan.
Sekar sangat bingung.
Menutup pintu lalu mengunci diri di kamar lalu menangis yang bisa menjadi alternatif pilihan bagi Sekar untuk menenangkan diri.
Vito terus menambah kecepatan motornya hingga 80 Km/jam. Dia bahkan mengendarai tanpa arah, sibuk membelokan stang motor ke arah yang hatinya pilih. Kadang ke kanan, dan kadang ke kiri.
Ia sudah mengincar Sekar sejak SMP, bertemunya ia dengan Sekar di SMA ternyata bukan panggilan jodoh. Tapi malah membuat Vito tahu sifat Sekar yang sesungguhnya, wajah Sekar tanpa topeng.
Disamping itu juga, Vito jadi tahu Sekar luar dalam. Dan ia tidak merasa ilfeel atau apapun, ia hanya mengucapkan hal yang biasa orang katakan jika mendapati orang macam Sekar.
Tapi hatinya lain, seperti Vito harus menyadarkan Sekar. Ada panggilan jiwa yang harus Vito selesaikan, ia harus membuat Sekar kembali ke jalan yang benar.
Memang siapa Vito?
Hanya pengejar cinta yang tak dianggap. Kasihan.
**** Ini Vito..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**** Cuman update dikit 🙏🙏 Kehabisan kata-kata 😂
Yaudah la ya.. besok lagi
Vito di chapter ini emang lagi pedes mulutnya. Habis dicabein kali ya.. hehe