****
"Udah nggak makan berapa hari sih Lo?" tanya Dario saat melihat Adel memakan tusuk demi tusuk sate yang ia belikan.
Terlihat sangat brutal, sampai-sampai sambal satenya belepotan di setiap sudut bibirnya. Walaupun Adel sudah mengelapnya, tetap saja masih ada sisa.
Dario hanya tersenyum melihat tingkah Adel, "Pelan-pelan."
Adel menghabiskan tusuk terakhir dari dua porsi yang menyita perhatiannya sejak beberapa menit lalu. Adel bersendawa, lalu tersenyum menampilkan deret gigi putihnya.
"Alhamdulillah," ucap Adel.
Dario hanya tersenyum.
"Nih. Lap tuh muka, udah kayak badut Ancol aja," ucap Dario sambil menyodorkan tisu yang sejak tadi berada di meja ruang tamu rumah Adel.
Adel mengambilnya, lalu mengelap wajahnya yang kotor hingga bersih tak tersisa satupun noda. Adel berlari ke dapur, mengambil segelas air lalu meneguknya sambil berjalan menghampiri Dario yang sedang duduk di sofa.
"Lo mau minum?" tawar Adel kepada Dario.
"Boleh. Kalo ada es kepal ya!" bukannya berterimakasih, malah membuat Adel repot.
"Yang bener aja? Orang dagang es kepal malem-malem gini, mana ada," Adel duduk di samping Dario. "Bikin gue keinget aja Lo," lanjut Adel.
"Inget apaan?" tanya Dario antusias melupakan permintaannya akan es viral barusan.
Adel mengetuk jarinya pada dagu, seolah berpikir dengan keras. Adel mendekatkan posisi duduknya mendekat ke arah Dario. Menyelipkan beberapa anak rambutnya, "Gue lagi berantem sama si Sekar."
"Kok bisa? tadi Lo bilang sama Alex. Kenapa sekarang sama Sekar?" tanya Dario.
"Sebenarnya sih, sama dua-duanya."
"Cerita dong!"
Adel menarik nafas dalam-dalam.
"Tadi pas sore gue diajak Vito jalan. Dan sebelum itu, gue udah ngajak Alex buat jalan. Tapi Alex bilang, dia lagi nge-game."
"Tunggu, Lo udah tahu belum kalo gue pacaran sama kak Alex?"
"Udah."
"Ternyata Lo kepo juga sama gue. Gue berasa tersanjung deh," Adel menempelkan kepalanya ke bahu Dario.
"Eh, jangan gini. Pegel tau," rutuk Dario.
Sejujurnya, gue takut baper sama Lo Del. Batin Dario.
Adel mendengus, Adel menceritakan setiap detail kejadian dengan sangat amat rinci. Dario hingga tahu, setiap pergerakan mata dan bibir dari tokoh yang Adel ceritakan.
Mereka bercerita, hingga tidak sadar ada dua orang mengamati mereka dari dalam kamar yang tak jauh dari ruang tamu.
"Rio masih pacaran sama Adel mah?" tanya lelaki bertubuh besar dari balik pintu kamarnya.
"Udah enggak. Tapi liat deh, kayaknya seru banget," jawab mamah Adel masih memerhatikan Adel dan Dario asyik mengobrol dan sesekali tertawa terpingkal-pingkal.
Mereka terlihat sangat bahagia, sampai-sampai dario tidak menyadari sekarang sudah hampir tengah malam. Mama Adel yang juga memperdulikan orangtua Dario yang menunggu anaknya di rumah memberi kode dengan berjalan menutup jendela dekat pintu.
"Udah malem Rio," sindir mama Adel. "Mau nginep sekalian?"
Dario langsung gelagapan, dia sontak menatap arloji yang tertempel di tangan kirinya. Lalu ia memukul jidatnya sendiri, "Iya lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Stupid ? [END]
RomanceTAMAT✓ Kadang merelakan itu perlu. Daripada harus bertahan dengan kesedihan. Datang tanpa permisi, lalu pergi tanpa pamit. Itulah dirimu, seperti jalangkung. Entah aku yang bodoh atau takdir yang membuatku semakin bodoh? Tidak tahu. Kisah klise rema...