****
Alex dengan langkah yang semangat ditemani dua temanya berjalan menyusuri koridor kelas XI menuju kelas X setelah bel pulang berbunyi. Langkahnya terhenti di depan kelas X IPS, nampak senyum kecil terukir di wajah Alex.
David hanya bisa mendengus, setelah diajak apel oleh temanya yang sudah nggak malam mingguan dirumahnya main moba. Sedangkan Vito, matanya sibuk mencari sosok keberadaan Sekar.
Karena kejadian kemarin, semangat Vito semakin meningkat untuk ke sekolah dan optimis cintanya akan terbalas. Karena saking senangnya, Vito sudah sama seperti menganggap Sekar seperti pacarnya, tapi kenyataannya bukan.
"Del!"
Membuat sang pemilik nama dengan embel-embel 'Del' menoleh. "Eh, ada apa?"
Alex masuk ke kelas yang sudah sepi hanya tinggal beberapa manusia yang masih menulis di bukunya, menyalin apa yang tertulis di papan tulis.
"Pulang bareng gue yuk," ajak Alex gembira.
Belum sempat Adel menjawabnya, langsung di jawab oleh suara lelaki dari kursi belakang sambil menenteng tas ransel yang di sematkan satu talinya di bahu.
"Adel sama gue mau cari bahan buat bikin replika," sahutnya.
Dia adalah Dario, dengan wajah minta ditaboknya, alias songong.
Karena ada pembagian kelompok acak, membuat Adel satu kelompok dengan Dario. Mau gimana lagi, namanya mantan kalo deket ya canggung. Takut balikan."Besok aja carinya, ya ya!" pinta Adel kepada Dario dengan wajah memelas sambil alisnya ia naik-turun kan.
"Yaudah gue anterin yuk Del, ke tokonya," tawar Alex.
Alay.
Dario malah seperti pecekor (perebut cewek orang) diantara mereka. Padahal Dario tidak ada maksud apa-apa, itu yang diketahui author.
Tina dan Dira tidak membuat suasana semakin keruh disaat-saat panas seperti ini, karena mereka pulang duluan. Katanya mau mampir ke sekolahnya
Esa--pacarnya Tina-- SMA Harapan Nusantara."Ayok ah, lebay pake anter-anter. Tenang aja, gue udah nggak suka sama mantan gue ini," balas Dario.
Mendengar kata mantan, telinga Alex memberikan implus negatif ke otak Alex. Alex takut mereka balikan, biasa kalo pacaran baru kan rawan, rawan orang ketiga.
Alex langsung ambil solusi, "Gue cuma mau nganter pacar gue kali, Lo kalo masih gamon nggak usah sensi amat, PMS Lo?"
Dario hanya berdecih, lalu berjalan santai keluar kelas sambil menyenggol pundak Alex cukup keras.
Sekar, Vito, dan David yang juga menyaksikan kejadian itu malah diam cengo. Entah mengerti atau tidak dengan yang baru saja terjadi.
Sekar juga akan membeli peralatan replika, kali ini Sekar satu kelompok dengan Rizky yang juga satu kelas dengan mereka. Namun Rizky tidak bisa ikut Sekar, karena harus ada eskul voli dan Rizky adalah ketuanya.
Voli SMA Pelita Bangsa adalah voli yang sangat di segani oleh sekolah lain. Jika ada lomba antar sekolah, tim voli SMA Pelita Bangsa yang menang. Begitu kiranya, akan ada lomba jadi Rizky hanya bisa menitip pada Sekar.
Adel membuka ponselnya setelah ponselnya berdering menandakan sebuah pesan masuk. Benar saja, pesan dari Dario.
Dario Anggara
Gue pulang, Lo aja yang beli!
Gue udah nggak mood lagi.
Nanti uangnya gue ganti.//Read//
Adel tidak membalasnya. Untuk apa membalas jika suasana hati Rio sedang tidak bagus, hanya menambah masalah. Adel mengetahuinya sejak ia SMP karena sudah bersama.
David yang menyadari akan dirinya menjadi obat nyamuk, langsung ambil tindakan. "Gue pulang dah, gue nggak punya pasangan. Mending pulang chatingan sama dede emesh."
David berjalan meninggalkan kelas X IPS yang masih hening, hanya tatapan yang berbicara.
Vito yang tak mau hilang kesempatan. Langsung mengajak Sekar untuk pulang bareng, lalu Sekar mengajaknya mampir ke toko dulu."Gimana kalo bareng aja?" tawar Adel.
"Iya yuk, sekalian mampir makan.. gue laper," tambah Vito.
Alex dan Sekar hanya mengangguk. Perasaan Sekar berubah menjadi tidak enak, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
Haddeh, liat gebetan mesra-mesraan sama sahabat gini mah, batin Sekar.
Sekar tidak punya alasan untuk menolak. Apalagi ini sudah sore, sebentar lagi tokonya tutup. Lagipula, disitu ada Vito jadi nggak bakal canggung-canggung amat. Begitu pikir Sekar.
****
Mereka masuk di sebuah toko yang menjual barang-barang miniatur yang nantinya akan disusun sesuai konsep yang diinginkan oleh si pembuat.
Adel yang masih mengenakan seragam sekolahnya terlihat sedang memilih sesuatu yang tepat untuk proyeknya kali ini, ya bersama Dario. Sedangkan Sekar langsung mengambil apa yang dituliskan Rizky dalam selembar kertas kecil. Rizky memang sangat ahli di bidang seperti ini, membuat Sekar hanya menurut saja ketika membelinya.
Alex yang berusaha menghilangkan bosan, mengajak Adel bicara dan sesekali bercanda yang membuat keduanya tertawa, lalu ditegur oleh petugas toko.
Vito hanya ikut melihat-lihat, karena memang tidak ada yang ingin dia lakukan. Hingga akhirnya Adel dan Sekar selesai membeli peralatan.
****
"Makan sini dulu yuk!" ajak Vito yang ingin lebih lama bersama Sekar, sekalian modus.
Vito lebih berani melakukannya setelah Sekar mengatakan, akan membuka hatinya. Mau gimana lagi udah terlanjur cinta, kalo dikasih lampu hijau ya kita harus maju, kalo berhenti nanti ke tikung lagi, kan pas di perempatan.
Adel dan Alex memesan menu yang sama, membuat Sekar marah melihatnya. Coba jadi Sekar, dia sama sekali memasang muka kesal. Vito memesan makanan yang sama juga seperti Sekar, dia tidak ingin kehilangan kesempatan.
Biasa, relationship yang masih unyu-unyu pasti pengen di lirik sama publik. Tidak menutup kemungkinan bagi Adel dan Alex, Alex menggoda dan bercanda dengan Adel. Mengolesi hidung Adel dengan ice cream yang ia pesan, sengaja buat modus.
Sekar semakin tak tahan, walaupun Vito disana juga mengajak dirinya berbicara. Vito juga melontarkan beberapa candaan, namun Sekar hanya tersenyum canggung.
Sekar muak, "Vito, pulang yuk!" ajak Sekar tiba-tiba, membuat ke-tiga temanya menatapnya bingung. Vito mengiyakan.
"Kok mau pulang aja sih? baru aja duduk," tanya Adel.
"Gue males," jawab Sekar ketus. Sebenernya Sekar sedang panas, dia tidak tahan melihat mereka.
"Yaudah, hati-hati ya!" suruh Alex yang semakin membuat Sekar yakin akan firasatnya, kalau Alex menyukai Adel. Sementara ia dan Vito disini hanya mengganggu.
Vito memakai jaketnya, mengeluarkan kunci motornya setelah membayar di kasir, lalu keluar dari pintu restoran. Sekar hanya mengekor dengan wajah yang masih kesal, belum ada yang mengerti perasaan Sekar. Karena Sekar belum pernah mengatakannya kepada siapapun.
Vito menghidupkan motor dan memberikan helm kepada Sekar. Sekar naik ke atas motor dan meninggalkan halaman parkir restoran itu.
"Sekar kok aneh sih?" tanya Alex.
"Nggak tau, mungkin lagi PMS. Biasanya nggak gitu, gue juga ngerasa dia aneh belakangan ini."
................
****Lanjut terusss!!
Hehehe, vomment ya!
Makasih❤Info nih buat kalian,
'Esa'-- yang sekolah di SMA Harapan Nusantara, alias pacarnya Tina--
Kalian bisa temuin di ceritanya mariaseptina cek work dia aja! Judulnya 'Tercyduck'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Stupid ? [END]
RomanceTAMAT✓ Kadang merelakan itu perlu. Daripada harus bertahan dengan kesedihan. Datang tanpa permisi, lalu pergi tanpa pamit. Itulah dirimu, seperti jalangkung. Entah aku yang bodoh atau takdir yang membuatku semakin bodoh? Tidak tahu. Kisah klise rema...