36 • New York

303 27 8
                                    

****

Adel berpamitan kepada mamanya, ia bergegas mengambil tas selempang yang berisi ponsel juga beberapa uang seratus ribuan. Karena matahari telah berganti dengan bulan, maka Adel tidak boleh berangkat sendiri, melainkan diantar oleh abangnya tersayang, bang Surya.

Sembari menunggu bang Surya mengeluarkan mobil dari garasi, Adel membuka chat watsapnya.

Alex❤ : Nggak usah jemput, kamu dirumah aja. Selamat bergelut dengan tugas malam minggu.

Wadepak, Adel sudah capek-capek merias diri dan meminta ijin juga antar, tapi malah tidak berarti apapun. Gawat, tidak bisa dibiarkan.

Adel mengetikan sesuatu.

Eh, kenapa? Ini udah mau otw.

Tak selang lama, ponsel Adel kembali berdering. Menampilkan panggilan dari orang yang akan ia temui.

"Ya, hallo."

"Pacar, kamu tidur aja di rumah. Tapi jangan lupa sholat sama belajar dulu," sahut seorang lelaki dari seberang telepon.

"Wetetet, gue mau otw. Tungguin gue, no comment," tukas Adel lalu menutup sambungan telepon.

Adel dan Surya melaju dengan mobil berwarna hitamnya memecah ramainya malam Minggu.

Hingga mobil hitam itu terparkir rapi di lapangan parkir rumah sakit swasta. Kedua penumpang dan pengemudinya turun, lalu segera masuk ke dalam bangunan dominan cat berwarna putih itu.

Adel segera mencium tangan ibunya Alex, alias camer. Begitu juga Surya.

Nampak Alex dengan senyum leganya, dikiranya Adel akan datang sendirian, tetapi Adel datang bersama kakak ipar. Kekhawatiran yang sia-sia.

"Langsung pulang nih? Nggak ada party gitu?" tanya Alex dengan wajah innocent nya.

"Party party mbahmu!" Bentak Adel disusul tatapan tajam oleh ibu Alex.

Bukan apa-apa, tapi apakah wajar seseorang yang baru saja lepas dari jarum infus langsung masuk ke club malam? Hanya orang stress yang melakukannya.

Mobil Surya terisi penuh, Surya menyetir, Alex duduk didepan, dan Adel berserta calon mertuanya duduk di singgasana belakang.

Bukannya tidak kuat menyewa taxi, Tapi Surya yang bersikeras agar Alex dan ibunya ia antar saja. Mumpung insting baiknya masih bekerja.

Setelah selesai mengantar Alex pulang, Adel dan Surya mampir di suatu cafe pinggir jalan yang lumayan dekat dengan komplek perumahan mereka.

Raut wajah Surya berubah serius setelah meneguk secangkir espressonya. Adel yang hanya memesan mocachinno, hanya diam mematung menunggu lanjutan pembicaraan.

"Del.." panggil Surya kepada adiknya.

Adel menengadahkan kepalanya.

"Gue sama papah mamah mau pindah ke new York, dan otomatis elo bakal pindah juga," pemberitahuan yang sangat mengiris hati Adel juga membuat nafasnya terpotong sejenak.

"Bercandaan Lo nggak lucu tau nggak? Basi," respon Adel yang malah acuh.

Mata Surya tak beralih menatap adiknya yang susah payah menahan air mata.

"Gue nggak lagi bercanda, bulan depan gue lulus. Gue mau lanjutin ke salah satu universitas di new York, dan ayah juga lagi ada urusan disana. Mamah juga ngedampingi ayah, dan berarti Lo harus pindah juga ke new York. Urusan Lo siap atau nggak? Yang penting gue udah nyampein ini ke Lo," panjang lebar Surya menjelaskan.

Am I Stupid ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang