18 • Gandengan

293 26 1
                                    

°°°
Gandengan? Nggak papa sih, asalkan sama Lo.

°°°

****

"Hai pacar. Pulang yuk," ucap Alex ketika dirinya memasuki kelas X IPS.

Bel pulang memang sudah berlalu, namun Adel masih belum keluar dari kelasnya. Adel tengah asyik memainkan ponselnya sampai-sampai tidak sadar Alex sudah duduk di kursi sebelahnya.

Kursi sebelah Adel kosong, karena Sekar pulang duluan. Sejak kejadian pagi tadi, Sekar dan Adel saling diam. Sekar dengan sikap pundungnya, tak acuh dengan teman-temannya. Bahkan saat Vania dan Bunga menyapanya, ia sama sekali tidak menghiraukan.

Adel masih terus menatap handphone yang ada ditangannya, sambil sesekali terkikik. Padahal kelas itu sudah sepi, hanya Adel yang masih setia duduk di tempatnya.

Alex memutar kepalanya menghadap sang pacar. Mengintip apa yang sedang Adel lihat hingga membuatnya tertawa. Adel yang mulai menyadari kehadiran Alex terbelalak.

"Loh, kak Alex? Ngapain sih ngintip-ngintip?" celetuk Adel.

"Emang Lo nggak nyadar gue panggil?"

"Iya tahu.. tapi pura-pura nggak denger. Habisnya nih cerita bagus banget," jawab Adel masih menatap layar ponselnya. Adel sedang membaca Wattpad.

"Kalo orang ngomong tuh didengerin!" suruh Alex sambil tangannya membenarkan kepala Adel menjadi menatap dirinya.

Adel mematung seketika. Baru kali ini ia diperlakukan seperti itu. Waktu ia pacaran dengan Dario dulu, ia tidak pernah mendapat perhatian darinya. Karena Dario pemalu, dan game addict. Membuat kemungkinan Adel tidak pernah bermalam Minggu ria dengan Dario.

Kenapa Adel jadi sering membandingkan Alex dengan Dario?

"I.. iy..iya," ucap Adel gagap. Jantungnya yang berdegup lebih kencang, membuatnya sangat bingung untuk melakukan sesuatu. Di puluhan novel yang Adel baca, jika dua orang lawan jenis di tempat sepi. Lalu sang cowok melakukan gerakan seperti Alex sekarang, itu pasti akan....

"Ngapain monyong-monyong?" tanya Alex memecah imaginasi Adel.

"Ha?" tanya Adel cengo. Karena tidak ada reaksi apa-apa setelah ia memajukan bibirnya, lengkap menutup mata.

"Ha.. Lo pasti mikir yang enggak-enggak ya?" tuduh Alex.

Adel yang salah tingkah langsung membenarkan beberapa bukunya yang tersisa di laci mejanya. Sambil mematikan ponselnya, lalu menggendong tas ransel berwarna ungu miliknya.

"Ayok!" ajak Adel. Adel menggandeng tangan Alex yang masih senyum-senyum penuh arti, menariknya keluar kelas menuju parkiran.

Alex yang tahu kalau pacarnya ini sedang salah tingkah, tak membuang-buang kesempatan untuk membuat pipi Adel memerah.

"Eh tunggu, tadi Lo mikir apaan? Pas gue pegang kepala Lo?" godanya. "Lo minta cium ya?"

Blush, pipi Adel merona. Ia menarik tangan Alex, berharap bisa mengurangi salah tingkahnya dan mengubah topik pembicaraan. Tapi bukan Alex jika tidak memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin.

"Kalo minta cium boleh kok."

Ucapan Alex baru saja membuat pipi Adel akan meledak. Di tengah kridor yang sudah sepi, tiba-tiba kalimat tak senonoh itu diucapkan.

Adel pura-pura tidak mendengar, walaupun kalimat itu terus saja terngiang di sepanjang koridor yang mereka lewati. Menahan salting yang sudah akut, sangatlah susah.

Hingga mereka tiba di parkiran, Adel masih diam. Tidak menghiraukan sama sekali ucapan yang dengan mudahnya terlontar dari mulut Alex.

Alex pikir, Adel cewek apaan? Minta cium di dalam kelas.

Bagaimanapun Adel masih cewek kelas atas. Kelas atas, bukan cewek hits yang selalu update status di media sosial, selalu pakai barang bermerk, dan memberi sumbangan besar di sekolah. Kelas atas di kamus Adel adalah, cewek yang tidak murahan. Murahan dalam arti, nggak seperti.. ya kalian tahu lah.

****

Sampai di parkiran yang tidak terlalu ramai seperti biasanya. Karena para siswa sudah berbondong-bondong menuju rumah masing-masing beberapa menit yang lalu.

Adel menatap Alex yang tak kunjung mengambil motornya. Biasanya, Adel akan menunggu di bibir parkiran, sedangkan Alex mengambil motornya di dalam.

"Cepet ambil motornya!" suruh Adel. Bingung, karena Alex masih berdiri di sebelahnya.

"Gimana mau ngambil kalo tangan gue masih Lo gandeng?" tanya Alex santai seolah tidak terjadi sesuatu yang menarik.

Tapi bagi Adel, ini adalah kesalahan fatal. Seharusnya cewek yang mengatakan kalimat Alex. Tapi yang tadi.. aduoh, turun sudah harga diri Adel sebagai cewek yang masalah perhatian gengsinya selangit.

Seketika Adel melepaskan tangannya. Mengelilingi pandangan di sekitarnya. Berharap Alex tidak mengungkit insiden barusan.

"Kok dilepas sih? Kan nggak papa gandengan, asalkan sama Lo Del," tanya Alex seolah tak memperdulikan betapa malunya Adel tertangkap basah menggandeng tangannya.

"Udah sana ambil!" suruh Adel mendorong punggung Alex agar segera mengambil motornya.

Alex tersenyum jahil, mendapati aksinya sukses besar. Ia juga merasa kasihan, melihat pacarnya susah payah menahan salah tingkahnya.

Tak lama menunggu Alex, Adel berpapasan dengan Sekar yang juga baru keluar dengan motor matic hijau miliknya. Adel menyapanya, namun Sekar tak menghiraukannya.

Sekar melihat Alex di dalam sedang mengambil motor. Maka Sekar berekspektasi Adel pasti ada juga. Tepat sekali dugaan Sekar, mood-nya sangat buruk sekarang.

Alex keluar dengan motor besar yang ia dapatkan dari hadiah ulangtahun yang diberikan oleh ayahnya. Karena usia Alex sudah 17 tahun lebih, ayahnya pikir tidak salah memberikan fasilitas yang lebih mudah untuk sang anak bermobilisasi. Daripada harus mengantar anaknya yang sudah tidak anak kecil lagi, menambah pekerjaan saja.

"Naik!" kata Alex menyuruh Adel untuk segera naik ke atas motor.

Adel menurutinya, dia membonceng dengan posisi biasa. Tidak seperti gaya cewek awam saat menggoncang motor, menyamping. Adel memilih membunceng dengan kaki di kanan dan kiri motor, takut jatuh katanya.

Walaupun rok yang Adel gunakan terbilang pendek, Adel tidak memberikan kesempatan bagi cowok mesum di sekolahnya memanfaatkan rok pendek sebagai bahan bercandaan mereka. Adel menggunakan celana pendek yang rutin ia kenakan setiap hari.

Sepanjang perjalanan tidak ada dialog. Adel dengan pikirannya yang melayang ke masalah pertemanannya, dan Alex fokus mengendarai sepeda motor.

****

Hallohaa manteman..

Jangan lupa vomment ❤

Share dong Am I Stupid ke temen kalian. (Maksa😂)
*ditabokpakesandal*

Makasih aja yang sudah membaca cerita saya sampai sejauh ini. Semoga rejeki lancar lah.. Amin.
(Mana nih yang namanya Amin?😄)

Sampai jumpa next part..

Am I Stupid ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang