37. Ngegas

276 23 4
                                    

****

Adel membuka aplikasi chatnya yang menampilkan obrolannya dengan Alex dihari kemarin. Ia sudah beberapa kali mengetikan sebuah pesan, namun ia tarik kembali. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dihati Adel saat ingin memencet tombol kirim.

Adel mengurungkan niatnya mengabari duluan, merebahkan tubuhnya dikasur mungkin bisa membuat pikirannya lebih jernih sesaat. pelajaran disekolah hari ini tidak sebegitu berpengaruh kepada Adel, Adel hanya sibuk dengan pikirannya yang menghayal jika dirinya berpisah dengan Alex, absurd memang.

Tak lama kemudian Adel memutuskan untuk mandi, ya memang hari sudah hampir malam. Setelah mandi Adel membuka beranda ponselnya.

Asik! Ada notif, batin Adel bahagia melihat notifikasi chat dari seseorang.

Adel buru-buru membuka chat itu..

Alexio: Malem gue jemput, jam 8.

Adel berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak siap dengan nasibnya. Antara ia akan mendengar kata manis dan keikhlasan dari Alex atau ia akan mendengar kata putus, jika Alex tidak suka dengan LDR.

Berhubung Adel sudah mandi, ia mengganti pakaiannya dengan sweater hitam dengan celana jeans pendek diatas lutut. Adel menuruni tangga rumahnya tanpa meminta izin, ia langsung stand by di depan pintu rumahnya.

Baru Adel berdiri sekitar lima menit, deru motor Alex langsung memenuhi pekarangan rumahnya. Segaris senyum mengembang di bibir Adel.

Alex melepas helm yang melekat di kepalanya, wangi dari rambut Alex yang masih basah sehabis keramas memenuhi Indra penciuman Adel.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Alex sambil mengangkat sebelah alisnya.

Adel mendekat beberapa langkah, "Ayo".

Motor Alex melaju meninggalkan kesunyian rumah Adel yang sepi. Karena kakak dan orangtua Adel belum pulang dari aktifitas mereka membuat Adel tak perlu meminta izin terlebih dahulu untuk keluar.

Tangan Adel sebenarnya gatal sekali ingin memeluk pinggang Alex yang berada didepannya. Entah mengapa, Adel mengurungkan niatnya. Ia malah ingin hari-hari terakhirnya bersama Alex di Indonesia tidak terlalu berkesan. Ini mungkin lebih baik, daripada ia membuat harinya menyenangkan, lalu saat ia pergi akan terasa berat dan berlanjut menjadi rindu yang sulit disembuhkan.

Mulai sekarang Adel ingin sedikit demi sedikit menjauh dari Alex. Ini adalah keputusan terbaik yang akan Adel ambil.

Motor Alex berhenti di depan sebuah kafe. Pengemudi dan penumpangnya pun turun dari motor ninja hitam.

Adel hanya mengekor Alex yang berjalan didepannya.

"Lo mau pesen apa Del?" tanya Alex setelah keduanya duduk.

Adel menyingkirkan anak rambutnya kebelakang telinga, "Matcha Latte aja ka."

"Oke.. mba, Matcha latte sama Espresso," kata Alex kepada pelayan wanita.

Satu menit berlalu, belum ada obrolan apapun. Hingga Alex membuka pembicaraan.

"Lo mau pindah ke New York?" tanya Alex menatap manik mata Adel yang terlihat sendu.

Adel menarik nafasnya sedikit panjang, "Iya ka.. tapi kak Alex jangan marah dulu. Aku nggak mau cerita ke kak Alex, karena aku belom siap."

Alex masih menatap intens kepada Adel, "Lo yakin? Lo nggak percaya sama pacar Lo sendiri?"

Lah.. kan?! Marah, batin Adel.

"Bukan gitu maksud gue, kan tadi gue udah ngomong kalo gue belom siap cerita ke kakak," jawab Adel dengan nada pasrahnya.

Am I Stupid ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang