****
"Lo beneran nggak papa?"
Tanya Vito ingin tahu apa yang Sekar sembunyikan dari dirinya. Vito menolehkan kepalanya menatap Sekar yang sedang menyelipkan anak rambutnya yang tertiup angin ke belakang telinga.
Karena rooftop memang tidak memiliki atap, membuat angin sangat mudah menerpa bangunan.Sekar menggeleng.
"Sebaiknya Lo cerita sama gue. Itung-itung Lo latihan buat buka hati Lo ke gue," ujar Vito meyakinkan Sekar.
Sekar yang sudah tidak kuat menahan buliran air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya, akhirnya memeluk Vito dan meluapkan semua kesedihannya.
Tangan Vito tergerak mengelus punggung Sekar yang lembut. Membasahi kemeja putih Vito bukan masalah, karena yang melakukan adalah Sekar sang gebetan.
"Maafin gue," ditengah-tengah tangisannya Sekar meminta maaf.
"Buat apa?" tanya Vito masih memeluk Sekar.
"Gue bohong sama Lo. Gue sebenernya nggak bisa buka hati buat siapapun. Karena gue suka sama seseorang," papar Sekar sambil mempererat pelukannya.
Vito serasa kehilangan setengah nyawanya kali ini. Ia mengurai pelukannya dan beralih menatap ke bawah rooftop. Vito diam, Sekar berusaha menyeka air mata yang masih tersisa.
"Sebaiknya Lo jauhin gue. Karena gue nggak mau jadi orang jahat di kehidupan Lo," kata Sekar kepada Vito.
Baru beberapa hari lalu Vito merasa sangat bahagia. Semangat hidupnya bertambah banyak kali lipat. Tapi sekarang, ia hanya merutuki nasib cintanya yang tidak ada kata manis.
"Kenapa gue harus jauh? Kita kan bisa temenan," tanya Vito mengalihkan pandangan ke arah Sekar.
"Kalo Lo di deket gue. Gue bakal nggak tega buat ngejar cinta gue."
"Siapa sih orang yang Lo suka? Siapa tahu gue di deket Lo bisa bantu."
"Kak Alex," sahut Sekar cepat seperti tidak memperdulikan perasaan Vito yang jelas-jelas menyukai dirinya.
Vito sama sekali tidak menyangka kalau Alex adalah saingannya sendiri. Yang menambah prediksi Vito adalah, Alex sedang menjalin hubungan dengan Adel. Bukankah Adel sahabatan dengan Sekar?
"Makasih ya, udah janji mau bantu," Sekar berjalan mendekat ke wajah Vito yang masih terdiam. Mendaratkan bibirnya ke bibir Vito sekilas.
Bel pergantian jam sudah terdengar, walaupun samar-samar dari atas rooftop. Sekar pamit, dan berlalu menuruni tangga menuju kelas. Vito masih diam, memikirkan bagaimana cara agar bisa memisahkan Alex dan Adel.
Vito mengacak rambutnya frustasi.
****
Adel berjalan menuruni tangga kamarnya. Karena haus, ia menggerakkan tubuh menuju dapur. Meminum jus jeruk malam-malam mungkin tidak buruk, pikirnya.
Sebelum dapur, Adel melewati ruang tamu yang disana telah ada Surya tengah duduk manis menatap layar televisi sambil tertawa terbahak-bahak. Adel yang sedang lewat hanya menyindir, "Kemarin di TV, mati gara-gara ngakak. Hihh... Serem. Konyol banget mati gara-gara ngakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Stupid ? [END]
RomanceTAMAT✓ Kadang merelakan itu perlu. Daripada harus bertahan dengan kesedihan. Datang tanpa permisi, lalu pergi tanpa pamit. Itulah dirimu, seperti jalangkung. Entah aku yang bodoh atau takdir yang membuatku semakin bodoh? Tidak tahu. Kisah klise rema...