19 • Pindah Tempat Duduk

334 21 2
                                    

****

"Eh, mana tuh mantan temen? Udah pindah kontrakan dia?" sindir Bunga saat memasuki kelas X IPS.

Saat ini adalah waktu istirahat bagi siswa-siswi SMA Pelita Bangsa. Memuaskan lapar dan dahaga di kantin merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan.

Bunga dan Vania menghampiri kelas Adel untuk ke kantin bareng. Setelah pertikaian kemarin, Sekar keluar dari group chat gesrek. Tidak ada pilihan bagi Adel selain menceritakan kronologi kejadian kepada kelima temannya, termasuk Nahla yang kakak kelas mereka.

Bukan Adel mau mengumbar masalahnya dengan Sekar, tapi teman-teman Adel yang memaksanya agar menceritakan apa yang terjadi. Sampai-sampai Sekar pindah tempat duduk, yang dulunya di sebelah Adel, menjadi di sebelah Rizky. Otomatis Salsa pindah di sebelah Adel, karena Salsa tidak mau memperpanjang masalah yang terjadi di antara mereka berdua, Salsa menurut dengan pertukaran tempat duduk.

"Kantin yuk!" ajak Dira tak mau menghiraukan Sekar yang memasang muka menyebalkan.

"Iya, lama-lama disini ikut-ikutan kayak yang pojok tuh!" Tina ikut menyindir.

Tempat duduk pojok itu merupakan tempat yang kini di diami oleh penunggu barunya, Sekar.

"Eh udah! Malah nambah masalah lagi nanti," nasihat Vania kepada temannya.

"Masalah apa sih? Bukannya dia yang punya masalah. Idih, punya temen nggak tau masalahnya apa langsung nyolot aja.. nih tangan bawaannya pengen banget nampol tuh mulut," kini Bunga kembali bersuara.

Adel menatap sekilas mantan sahabatnya itu. Lalu ia menarik tangan teman-temannya agar tidak memperpanjang masalah dengan Sekar. Bagaimanapun juga ini masalah Adel dan Sekar, teman-temannya hanya ikut-ikutan saja.

****

Suasana ramai yang tidak asing bagi para siswa SMA Pelita Bangsa pada jam istirahat. Adel dan teman-temannya memilih meja yang cukup besar agar bisa untuk makan mereka berlima.

Masih tersisa satu bangku kosong. Nahla membawa mangkuk berisi bakso pesanannya ikut nimbrung di meja itu. Kini meja kantin itu hanya dihuni oleh enam manusia, yang dulunya dihuni oleh tujuh manusia (harimau).

"Widih, enak tuh bakso!" celetuk Tina yang melihat mangkuk isi bakso milik Nahla.

"Minggir pala Lo! Nanti ludah Lo masuk lagi. Bikin pencemaran di bakso gue," tukas Nahla sambil mendorong kepala Tina menjauh dari mangkuk bakso.

Karena Nahla sudah terlanjur memesan bakso, keenam manusia itu juga kepingin memesan makanan yang sama. Sambil menunggu pesanan siap, seperti biasa mereka bergosip. Tidak mencari topik lain, mereka menggosip tentang Sekar si kepribadian ganda.

Julukan kepribadian ganda timbul akibat pemikiran Dira yang manghubung-hubungkan dengan sikap Sekar yang selalu berubah dengan cepat. Pagi baik, lalu saat malam tiba ia menjadi orang yang pemarah.

"Eh Nah, Lo tau nggak si Sekar marahan sama Adel loh?" tanya Dira.

Mereka tidak memanggil Nahla dengan embel-embel'kak', karena sebenarnya usia mereka sepantaran. Nahla hanya lebih cepat sekolah dari anak biasanya.

"Udah tau, kemarin gue nyimak grup. Gila.. pas gue on, udah 265 chat aja," jawab Nahla sambil terus menambahkan sambal di bakso miliknya.

"Sampe pindah tempat duduk segala lagi. Mau cari masalah aja tuh orang sama kita," timpal Tina.

"Uhuukkkh.." Nahla tersedak.

"Pelan-pelan brohh, masih panas tuh bakso," ucap Dira sambil menepuk-nepuk punggung Nahla.

"Ha, masa sampe pindah tempat duduk. Emang dia nggak kepikiran buat baikan lagi sama Adel?" tanya Nahla sambil membulatkan mata menatap Adel yang sedang memainkan sedotan di gelas berisi es teh yang tinggal setengah.

"Tau deh, nih makanan dateng. Makan aja dulu, nanti lanjut lagi," usul Vania mendapati pesanan mereka telah mendarat di meja.

Mereka memakan makanan masing-masing tanpa suara. Memang masalah makan, mereka tidak pernah main-main. Harus khidmat, itu pedoman mereka.

****

Sekar yang merasa dadanya sesak setelah disindir habis-habisan oleh Bunga dan Tina, berlari ke toilet setelah meminta izin kepada Pak Sarju selaku guru matematika.

Walaupun kelas IPS, tapi harus wajib mengenal matematika. Matematika adalah pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh semua orang. Karena dunia tidak lepas dari aljabar dan trigonometri.

Sekar sedikit berlari saat keluar dari kelas. Berharap tidak ada yang melihatnya menitihkan air mata. Segera ia menutup pintu kamar mandi, dan menghidupkan kran air, agar tidak ada yang mendengar isakannya.

"Kenapa gue jadi jahat sih?" tanya Sekar pada dirinya sendiri.

"Kenapa Lo nggak nyerahin aja perasaan Lo?"

"Lo goblok Kar!"

"Sekar emang anjing!"

Makian Sekar barusan ditujukan kepada dirinya sendiri. Sampai saat ini Sekar masih bingung harus memilih pertemanan atau cowok yang ia suka. Tapi Sekar sudah terlanjur membuka jalan untuk opsi yang kedua, cowok.

"Lo udah mulai Kar! Lo harus perjuangin itu. Jangan sampe Lo kehilangan kedua pilihan itu," semangatnya untuk dirinya sendiri.

Sekar mengusap kelopak matanya yang penuh dengan sisa kesedihan. Keluar dari pintu kamar mandi setelah mematikan kran air, lalu berjalan menuju kelas.

Di tengah jalan ia menuju kelas, Sekar berhenti di tangga yang menuju rooftop sekolah. Sekar juga tahu, kalau tempat itu sangat terlarang bagi perempuan. Biasanya dibuat bolos dan ngerokok para most wanted Pelita Bangsa.

Bodohnya Sekar, ia tidak kembali menuju kelas. Tetapi malah naik ke atas tangga. Ia menaiki setiap anak tangga yang keadaannya sangat tidak menjamin keamanan.

Sekar tiba di tempat yang terbilang langka di datangi siswi itu, beraninya dia datang. Bahkan tidak membawa teman.

Mata Sekar menemukan sosok lelaki yang dia ketahui sedang merokok, terlihat dari asap yang mengepul di udara. Laki-laki itu menghadap ke arah membelakangi Sekar. Sekar memberanikan diri memanggil laki-laki yang sedang merokok itu.

"Permisi."

Laki-laki itu menoleh kearah Sekar. Tangan Sekar mulai mengeluarkan keringat dingin. Keringat dingin yang hanya muncul saat ia merasa canggung dan takut. Sekarang dia sedang takut.

"Vito," ujar Sekar saat mengetahui wajah laki-laki perokok itu.

"Loh, kok Lo disini? Disini nggak aman buat Lo," jelas Vito sambil mematikan puntung rokok lalu membuangnya asal.

"Iya.. tadi gue nggak sengaja lewat. Terus gue kepo sama rooftop sekolah ini kayak apa. Gue cuma denger gosipnya aja sih, ternyata enak juga mbolos disini," ucap Sekar sambil mengamati pemandangan yang indah dari atas rooftop.

Angin disini sangat kencang. Sehingga membawa sedikit udara dingin yang membuat Sekar menggosok tangannya. Vito menyadari ada yang sedang disembunyikan Sekar.

"Lo nangis?" tanya Vito.

"Enggak."

"Itu mata Lo sembab."

"Oh, ini tadi kelilipan," alibinya sambil menghilangkan air mata yang tersisa di matanya.

"Lo bohong, ini nggak mungkin kelilipan," Vito mendekat ke wajah Sekar, tangannya ikut menghilangkan air mata yang tersisa di mata Sekar.

Sekar merasa risih dengan perhatian Vito kepada dirinya. Sekar menepis tangan Vito agar menjauh dari wajahnya. Vito yang juga menyadari Sekar sedang tidak nyaman, memundurkan tubuhnya beberapa langkah.

Vito kembali menatap sekitarnya. Sekar masih sibuk mengusap matanya, dia merasa canggung sekarang.

****

Hallooo...

Vomment ya.. makasih ❤

Kalian baik😚

Am I Stupid ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang