25 • Baikan

280 26 0
                                    

****

Adel melangkahkan kakinya melewati koridor kelas XI. Adel nampak celingak-celinguk mencari keberadaan Alex yang belum terlihat olehnya.

"Mungkin, kak Alex belum dateng. Ini juga masih pagi," begitu pikir Adel.

Adel melanjutkan perjalanan menuju kelas X IPS. Adel sekarang mulai berangkat dan berjalan ke sekolah sendiri, karena Sekar sudah tidak lagi menjemputnya. Boro-boro dijemput, kontak Adel saja diblok oleh Sekar.

Adel membuka kenop pintu. Sial, masih dikunci.

Adel duduk di bangku depan kelas, sambil menghentak-hentakkan kakinya mengikuti irama lagu yang sedang ia nyanyikan. Tak lama kemudian, datang bapak penjaga sekolah.

"Udah lama neng?" tanya bapak itu.

Memang benar, suasana sekolah yang masih sepi tidak bisa dipungkiri karena sekarang pukul 6 tepat. Dan sekolah masih dimulai satu jam lagi.

Adel datang pagi hari ini, karena ada jadwal piket. Sebenarnya bukan Adel banget yang rajin datang sepagi ini demi menjalankan tugas piket. Adel kemarin malam tidak bisa tidur, dan pagi ia bangun terlalu pagi. Untungnya, hari ini ada jadwal piket, membuatnya lebih mudah beralibi untuk datang ke sekolah lebih awal kepada mamanya.

"Baru dateng pak," jawab Adel.

Bapak penjaga sekolah itu mengeluarkan segerombolan kunci dari kantong celana kumal yang selalu ia kenakan sehari-hari, lalu dipilihnya satu kunci yang ia gunakan membuka pintu kelas Adel.

Pintu pun terbuka.

Adel masuk membawa tas ransel warna ungu miliknya. Ia duduk di bangku, lalu mengeluarkan ponsel. Membuka Instagram pagi-pagi memang tidak mengecewakan. Mata Adel sedikit terbelalak, melihat Alex sedang memposting sesuatu.

Jari telunjuk Adel memencet tombol yang menampilkan story dari Alex. Bukanya foto atau video kesehariannya, Alex malah memposting sebuah kata-kata yang membuat Adel tidak enak membentaknya kemarin.

I'm sorry.. 'Cause I'm lost your faith to me, yesterday.

Bukan merasa ilfeel atau gimana. Adel malah speechless membacanya. Adel memang receh, Tapi Adel bukan recehan. Adel mau menjawab, tapi ia gengsi. Mati saja Adel.

"Kalo aku jawab.. nanti dia kegeeran. Ya udahlah biar dia ngomong langsung ke aku," gumamnya.

Berselang sepuluh menit Adel bermain ponsel, Tina datang membawa tas berwarna biru langit favoritnya. Tina yang memperhatikan Adel, merasa bingung kepada temannya yang sibuk komat-kamit sendiri.

"Lo sehat Del?"

"Ha. Kenapa?"

"Jam segini udah dateng. Pake acara ngomong sendiri lagi, Lo kesambet setan sekolah?"

"Yang bener aja Lo kalo ngomong," Adel membenarkan posisi duduknya menghadap Tina yang berada di belakangnya.

Tina sibuk mengobrol dengan Adel hingga bel masuk berbunyi. Adira belum datang juga, padahal sebentar lagi doa pagi mau dimulai. Handphone Tina berbunyi, ternyata pesan dari Adira.

Adirajalveska

Tina cantik, gue izinin dong. Gue baru flu nih. Sebenarnya sih, gue telat bangun. Hehe..
Tapi izinin, gue sakit aja ya..
Lo cantik, baik, suka menolong lagi.

//Read//

Tina menghembuskan nafasnya jengah, membuat Adel yang melihatnya mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa Tin?" tanya Adel.

"Ini nih, si Dira.. nggak masuk, telat bangun katanya. Kan gue duduknya sendiri," keluh Tina.

Am I Stupid ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang