Hai. Gue Marsha. Bukan Marsha and The Bear yang selalu kalian tonton walaupun gue tahu umur kalian sepantar sama gue, sekitar tujuh belas tahun. Iya 'kan?
Cewek seratus lima puluh lima senti meter yang baru aja naik kelas 3 sma. Artinya, makin kesini gue harus makin rajin belajar karena sebentar lagi ujian nasional. Tapi, gue termasuk cewek yang sedikit mager karena gue udah pinter. Hehe.
Cantik, baik, manis, idola kaum adam di sekolah, duh apa lagi sih yang ada dalam diri gue? Pacar?
Gimana ya ngomongnya. Gue punya cowok yang gue suka, gue sayang, dan gue cinta. Dia dewasa, dewasa banget malah. Sepuluh tahun lebih tua dari gue.
Om Aiden.
Dialah orang yang udah bisa bikin gue jatuh cinta hanya pada satu pria. Dia bukan lelaki hidung belang, bukan pedofil, bukan pria dengan tipikal ingin memuaskan hasratnya semata, tapi dia pria yang gue suka, pria yang gue cinta dengan sepenuh hati selama sebelas tahun ini.
Gue cinta sama dia, tapi dia belum cinta sama gue. Nggak tahu kalau nanti sore, ah! Dikira Dilan kali ah.
Ya gitu.
Gue menganggap dia belahan jiwa gue sementara dia hanya menganggap gue sebagai keponakannya yang masih anak-anak, nggak lebih.
Gue jatuh cinta sama parasnya, sikapnya, perilakunya, pokoknya yang ada dalam diri Om Aiden, gue suka.
Sebenarnya, kami nggak ada hubungan darah sama sekali. Sebelas tahun lalu, gue hanyalah anak kecil ingusan yang nangis di pinggir jalan dalam keadaan gerimis dengan perut lapar.
Waktu itu, gue kabur dari panti asuhan setelah dua hari tinggal di sana. Karena dua hari sebelumnya, orang tua gue meninggal dalam insiden kecelakaan. Gue terpukul, sedih, dan tertekan. Maka dari itu gue memutuskan kabur dari panti dan begonya gue nggak bawa uang atau makanan sama sekali.
Gue yang masih enam tahun nggak tahu apa yang harus gue lakukan. Duduk di trotoar pinggir jalan bukan pilihan yang buruk. Melihat mobil yang berlalu lalang justru mengingatkan kedua orang tua gue. Gue menangis sambil menutup wajah, sesenggukan.
Saat itu pula, Om Aiden yang masih berusia sekitar enam belas tahun menghampiri gue yang sesenggukan. Dia menanyai nama gue, alamat rumah, dan nama orang tua gue. Tetapi, yang keluar dari mulut gue cuma kata 'Acha'. Panggilan kedua orang tua gue.
Om Aiden membawa gue pulang ke rumahnya dan membuatkan gue makanan. Mulai hari itu, gue nggak mau jauh-jauh dari Om Aiden dan nggak mau pisah dari dia. Mulai hari itu juga, gue jatuh cinta ke pesona Om Aiden.
——
Lanjut jangan?
Purworejo, 9 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Short StoryFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...