Gue menopang dagu, memperhatikan dua sejoli yang lagi asik berduaan sambil romantis-romantisan. Kerak nasi bisa apa?
Lia sama Dio dengan pedenya lovey-dovey ria di depan gue sementara gue sibuk ngiler sambil gigit sedotan es teh. Barang makan mi ayam aja suap-suapan, kalau bukan temen mungkin udah gue tumpahin semangkuk mi ke muka Lia.
Ya kaya apa yang dibilang Lia tadi, dia ditembak sama leader basket sekolah gue, Dio. Ah siapa sih yang nggak kenal Dio? Pujangga hati para degem-degem yang kehausan belaian. Tapi satu, Dio sedikit tulalit.
"Li," gue memanggil Lia. Niat buat nyuruh nemenin gue ke toilet. Karena gue paling nggak bisa kalau disuruh ke toilet sekolah sendiri.
Semenit, Lia masih belum bergeming. "Li," kali ini, gue naikkan nada bicara gue menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Nggak ada respons apapun, gue berdiri sambil menggebrak meja. Sampai-sampai mengalihkan perhatian para penghuni kantin saat itu juga. "Lo kenapa sih, Cha?"
Dengan santai, Lia tanya gitu ke gue. Gimana nggak emosi coba?
"Kenapa? Lo gue panggil dari tadi, budiiiiii...." gue gemes langsung jewer kuping Lia sekuat tenaga.
"Arg! Sakit ih!" Lia berusaha melepas cengkeraman jari gue di kupingnya. Mamam nih jewer.
"Eh jangan gitu dong, Sha." Kali ini, Si Dio ikut nimbrung.
Dengan terpaksa gue melepaskan tangan gue dari kuping Lia. Kalau Dio udah ikut campur, bakal tambah runyam. Gimana enggak? Pacar baru kesayangannya sedang gue siksa, dia nggak mungkin diam aja kan?
"Lagian pacar lo tuh, budi."
"Budi siapa sih? Budi siapa dah, Li?" Tanya Dio ke Lia.
Gue menepuk dahi lalu mengusap wajah. Geram sama sikapnya Dio yang sedikit telmi. Untung ganteng.
"Mending gue yang nganter." Tiba-tiba ada seorang cowok memegang pergelangan tangan gue. Itu membuat gue, Lia, dan Dio reflek menoleh.
Aron.
Gue menatapnya lama. Kenapa Aron di sini?
"Heh! Jadi nggak?"
Sedetik kemudian gue tersadar. "Apa?"
Kenapa gue gelagapan gini sih? Gue akui Aron emang ganteng, tinggi, idaman para cewek kalau kata gue mah.
"Jadi ke toilet apa enggak?" Tanyanya kemudian.
"Oh? Jadi." Gue mengangguk mantap.
Tanpa basa-basi pamitan sama Lia dan Dio, gue langsung memilih pergi sama Aron.
Di jalan, agak canggung sih. Soalnya, gue baru banget kenal sama dia. Dia juga main pegang-pegang tangan gue saat ini. Maka, dengan sedikit halus gue melepaskan tangan gue dari genggamannya.
"Eh! Sorry, Sha. Gue lupa." Katanya merasa bersalah.
"Ah.. santai aja, Ron." Gue sok asik.
Diam. Nggak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua.
Jarak kantin dengan toilet cukup jauh, ada beberapa alasan yang bikin gue nggak berani ke toilet sendiri.
Pertama, banyak anak cowok alay nan mengerikan yang selalu duduk di jendela kelas sambil siul-siul juga kedip-kedip macam orang cacingan sewaktu gue lewat.
Kedua, di bilik nomor tiga, kabarnya pernah ada yang bunuh diri di situ dan bilik itu nggak pernah digunain dengan alasan airnya selalu mampet. Ditambah lagi sama desas-desus para murid yang bisa nambah kengerian kisah itu.
"Gue tunggu sini ya." Aron memberhentikan dirinya di depan pintu utama toilet wanita. Ya kali Aron ikut masuk, apa kabar anak gadis perawan di dalam?
Gue hanya mengangguk sebagai jawabannya. Karena udah di ujung, gue langsung masuk aja. Lumayan banyak cewek, sih. Untung ada satu bilik yang kosong.
Tanpa babibu lagi, gue langsung ngacir ke dalam bilik lima.
".... kaya Marsha itu tuh."
Dari dalam, gue samar-samar denger beberapa cewek nyebut-nyebut nama gue. Ah kali aja salah denger.
Setelah selesai, gue keluar dan mencuci tangan di wastafel. Gue memandang pantulan wajah ayu gue di cermin. Ternyata rambut gue udah lumayan panjang. Potong jangan?
Setelahnya gue keluar dan mendapati Aron lagi berdiri menyandarkan punggungnya dengan tangan terlipat di depan dada. "Sorry lama, Ron."
"Selow aja, Sha." Dia menegakkan badan. Gue respons dengan senyuman. Setelah itu, kami berdua kembali jalan ke kantin.
"Sha," Aron tiba-tiba manggil gue.
"Apa?"
"Emang bener, ya, kalau lo itu sugar baby? Lo punya sugar daddy?"
________
Ungaran, 16 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Short StoryFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...