Hampir lima hari gue jalani bareng Aron. Nggak kaya yang gue bayangin, Aron perhatian, dia mau ngeladeni gue, nerima gue yang kaya anak-anak ini. Ya gue bersyukur aja gitu.
Selama lima hari ini pun intensitas ngobrol gue dengan Om Aiden berkurang. Dia yang selalu sibuk sama kerjaannya dan gue yang sibuk jalan sama Aron. Tapi anehnya, kemana pun gue pergi sama Aron, Om Aiden selalu ngikut. Nggak tau kenapa.
Kaya sekarang ini, gue diajak makan di luar sama Aron, dia nganterin. Gue lagi nunggu Aron dateng dengan ditemani Om Aiden yang duduk di hadapan gue. Gue meliriknya, dia lagi sibuk main hp.
"Hei, Sha! Udah lama?"
Tiba-tiba Aron dateng sambil memegang bahu gue lalu duduk di sebelah gue.
"Hm.. belum kok."
"Bohong. Udah dari tadi." Om Aiden bicara tiba-tiba. Dia nyakui hp nya.
"Kamu niat kencan nggak sih? Dateng kok telat-telat."
Gue menepuk dahi. Gini nih urusannya kalau Om Aiden ikut. Ada aja yang dipermasalahkan. Yang ngata-ngatain Aron lah, yang komen ini itu lah, pusing berbi tuh.
"Macet Om."
"Cih," Om Aiden tersenyum miring. "Alasan klise masih dipake ya. Hampir 2019 kamu masih pake alasan itu?"
Aron memilih nggak menanggapi kata-kata yang Om Aiden lontarkan. Dia lebih milih panggil pelayan untuk pesan sesuatu.
Nggak lama, Mbak-mbaknya dateng.
Aron membolak-balik buku menu. "Saya seafood sama soda ya. Kamu apa, Sha? Samain aja ya sama aku?"
"Acha nggak bisa makan seafood, dia juga alergi soda."
Ini Om Aiden kenapa, sih?
"Sebenarnya, yang Marsha siapa sih? Kenapa dari tadi Om mulu yang jawab?" Aron mulai kepancing emosinya.
Duh.
"Udah, Ron. Udah." Gue menenangkan Aron lalu memilih menu makanan.
"Spaghetti sama susu stroberi aja ya mbak?"
Mbaknya ngangguk. "Bapaknya?"
"Cheese burger, minumnya cola."
"Baik, seafood dengan soda, spaghetti dengan susu stroberi, dan cheese burger dengan cola. Silakan ditunggu." Pelayan itu balik badan sambil bawa buku menunya.
"Mbak tunggu!" Om Aiden tiba-tiba berseru. Otomatis si mbaknya balik lagi.
"Jangan pake lama, ya."
Gue yakin dalem hati mbaknya, 'Sialan. Bangsat.'
"Baik." Tapi malah itu yang keluar dari bibirnya dengan mimik muka yang diramahin semaksimal mungkin.
Udah ketebak gimana jadinya makan kami nanti. Suasana canggung menyelimuti. Udah lah, bakal nggak nyaman.
***
Jam delapan malam gue diantar Aron sampai depan rumah. Nggak ada percakapan apapun di antara kami. Kayaknya dia marah karena acara kami selalu direcokin sama Om Aiden.
Gue sedang merebahkan diri di kasur dan tiba-tiba Om Aiden masuk kamar. Apa dia mau tidur sama gue malam ini? Hhhh semoga iya.
"Om cuma mau ambil piyama. Jangan ge-er."
Bang--
--jo.
"Siapa yang ge-er?" Gue berusaha mengelak.
"Kamu lah. Eh tapi, semalem boleh lah tidur bareng?"
"Beneran?" Tanya gue berbinar.
"Tapi boong." Dia berlalu keluar kamar.
Sialan.
Gue mencebik lalu meraih ponsel, karena ada notif masuk.
'Aku nggak tahan lagi. Om kamu ganggu. Ayo putus.'
________
Hwhwhwhwhwhwhw (ketawa jahat) Setuju tidak kalau Aron dan Marsha putus? Alasannya apa?
Maaf ya nggak pernah update. Kemarin aku baru PAS dan seminggu setelahnya lumayan sibuk.
Purworejo, 7 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Short StoryFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...