om ganteng bagian empatdua

50.8K 2.7K 102
                                    

Gila ya, aku gak update lamaaaaaa bgt:v
Maaf ya sayangkuuuu=3=

***

Berdiri nggak jauh dari exit door, pakai dress kuning selutut, rambut ikal gue gerai, bawa tas kecil di bahu kiri, megang ponsel, dan bergerak gelisah menunggu orang yang benar-benar gue rindukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berdiri nggak jauh dari exit door, pakai dress kuning selutut, rambut ikal gue gerai, bawa tas kecil di bahu kiri, megang ponsel, dan bergerak gelisah menunggu orang yang benar-benar gue rindukan.

Sekitar 5 menit lagi Om Aiden bakal keluar. Tangan gue udah gatel dari tadi mau meluk dia, ngusap-usap punggung dia, gelitikin dia, aahhh semuanya!

Gue melihat ponsel sembari menunggu dia, membaca beberapa notifikasi yang masuk dari berbagai aplikasi yang ada di sana. Nggak banyak, cuma kaya tawaran endors barang-barang lucu di ig. Haha.

"Dek? Adek ikut Om yuk? Nanti dibeliin loli."

Wait..

Gue dalam keadaan menunduk  memperhatikan ponsel seketika sedikit gemetar. Ada sepasang sepatu mengkilat di hadapan gue. Gue merasa pemiliknya ini seorang pria tegap dan tinggi.

"Om Aiden tolong Acha. Acha mau diculik."

Entah kenapa keringat dingin tiba-tina muncul di sekujur tubuh gue. Gue berpikir jernih, kalau gue menoleh ke arah pria itu, gue pasti bakal ditangkap dan bisa jadi dibunuh terus dimutilasi. Anggaplah gitu. Astaga, gue kebanyakan nonton film horor.

Maka, gue memutuskan untuk lari sekencang-kencangnya dari hadapan pria itu. Mengabaikan dia yang manggil gue dengan "hei" beberapa kali. Hingga sekitar 300 meter jauh gue dari dia, terdengar,

"Hei Acha!!"

Spontan kaki gue terhenti dan napas gue terengah. Menoleh ke belakang dan mendapati Om Aiden yang membawa koper sambil lari kecil mengejar gue.

Gue ternganga lalu berjalan mendekati dia dengan sedikit keringat mengalir di dahi. Setelah di depannya, gue melihat sepatu Om Aiden.

Ternyata, dia adalah pria yang tadi memanggil gue dan janji bakal beliin loli.

"Ngapain kaya gitu? Udah tau aku takut sama penculik. Ngapain suaranya dibikin beda juga? Kesel."

"Yang bikin suara beda tuh siapa? Orang Om lagi batuk."

"Om sakit?!"

"Biasa aja dong. Ngegas amat bocil hahaha."

"Anjer keceplosan ngegas gue." Gumam gue.

"Apa? Ngomong apa barusan?"

Sialan. Om Aiden ternyata denger gue ngumpat. Bisa berabe ni.

"Nggak, bukan apa-apa." Jawab gue santai sambil berjinjit lalu memegang dahinya.

Tangan satunya gue letakkan di dahi gue, niatnya sih membandingkan suhu tubuh Om Aiden dan gue. "Iya Om sakit, Om lebih panas dari aku." Ujar gue kembali dalam posisi berdiri normal.

"Udah dibilang juga masih ngeyel." Katanya sambil melenggang dari depan gue santuy dengan koper yang diseretnya.

Gue yakin Om Aiden bener-bener capek ditambah dia yang lagi agak nggak enak badan itu. Pokoknya weekend besok gue mau ngajak dia istirahat full di rumah. Kalo perlu nggak usah keluar rumah sekalian.

"Kita langsung ke rumah Mamah ya Om?"

"Iya." Om Aiden menyerahkan koper ke Pak Sapto supaya dimasukkin ke bagasi. Sementara kami berdua masuk ke mobil.

Nggak lama, mobil kami jalan menuju rumah. Di tengah jalan, gue merasa haussss banget. Gue menoleh ke arah Om Aiden yang dari tadi mijitin pelipisnya tanpa henti. Bibirnya agak kering dan pucat. Bahkan dari tadi nggak gue ajak ngobrol.

Takutnya pingsan karena tenaganya habis buat ngobrol sama gue.

"Apa kita ke rumah sakit dulu?"

Om Aiden membuka matanya lalu menoleh ke arah gue. "Nggak usah, Cha. Kita cus aja ke rumah Mamah."

Lagi sakit masih aja bisa bercanda tuh om-om.

"Tapi beli minum dulu ya? Om dehidrasi deh menurut aku."

"Ya udah."

"Pak, kalo nemu IndoAgustus, berhenti dulu bentar ya."

"Iya, Non."

Sekitar lima menit, kami berhenti di supermarket wana biru, kuning, dan merah itu.

Pak Sapto yang mau keluar karena niat mau beli minum, gue cegah. "Aku aja, Pak."

"Oh iya."

"Bentar," Om Aiden mencekal tangan gue, menyuruh gue menunggu sebentar lalu mengeluarkan dompetnya.

Diambil sebuah kartu kredit dari dalam sana lalu disodorkan ke gue. "Gih,"

Gue tersenyum lalu turun dari mobil dan bergegas beli minum. Gue mengambil air mineral, jus mangga, sama kopi botol untuk Pak Sapto.

Gesek!

Kelar.

Gue keluar supermarket kemudian kembali masuk mobil. Menyerahkan air mineral dan kopi pada pemiliknya masing-masing.

Om Aiden meneguk seperempat botol dan jadi lebih mendingan dari yang tadi.

Lima belas menit kemudian, kami sampai rumah. Mamah dengan antusias memeluk Om Aiden karena rindu. Tapi, bisa kalian tebak kalo Om Aiden bakal merespons sebisanya karena dia bener-bener lemas.

"Om Ai lagi sakit Mah. Batuk sama demam kayanya."

"Ya ampun. Udah gih, bersih-bersih terus istirahat."

Gue mengangguk lalu menuntun Om Aiden ke kamar. Menyuruhnya duduk di ranjang menunggu gue mengambil air hangat buat ngelap muka sama tangan dia.

Ketika gue kembali, jas dan dasinya sudah dilepas, dua kancing baju atasnya pun udah dibuka. Matanya benar-benar sayu. Gue kasian banget sama dia astaga.

Gue meletakkan mangkok dengan handuk dan air hangat di nakas lalu duduk di dekatnya. "Om makin panas tau."

Dia cuma ngangkat sebelah bibirnya seolah bilang 'om nggak apa-apa kok'.

Gue mulai mengelap wajah dan tangannya perlahan. Dengan begini, Om Aiden kan jadi ngerasa lebih fresh, ya walaupun nggak banyak.

Tiba-tiba dia ambruk memeluk gue. Hampir aja gue jatuh kalau nggak menahan pakai lengan. Wajahnya ditenggelamkan ke ceruk leher gue.

"Om pingsan!?"

Dia menggeleng pelan. Bahkan napasnya pun terasa panas.

Gue tersenyum lalu mengusap punggung lebarnya berkali-kali. "Cepet sembuh ya, katanya mau beliin aku loli."

Gue bisa merasakan kalo dia lagi tersenyum. Dia lebih mengeratkan pelukannya ditambah mengusak leher gue beberapa kali. Geli yaampun.

"Biar gini dulu, ya? Om rinduuuuu banget sama aroma kamu, Baby."

____________

Purworejo, 8 Agustus 2019

Maaafffff kemarin hp aku ngadat:( pc juga ga mau nyala. Maaf yaaaaaa:*

Om Ganteng [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang