"IH OM MESUM!!" Gue langsung bangun dan memukulnya bertubi-tubi.
"Aduh-aduh ampun Cha! Sakit ni!" Dia keliatan menghindar karena mendapat pukulan yang banyak dari gue. Bodo amat kesakitan, salah sendiri.
Gue berhenti memukulinya dan beralih bersedekap sambil cemberut.
Dia mencoba bangun dengan susah payah, disandarkannya badan kekar itu kemudian tersenyum menatap gue.
"Apa!?"
"Pake gih! Keliatan, Sayang." Walaupun matanya tetap menatap mata gue, naluri seorang lelaki tetep beda kali ya.
Selama ini, gue kadang suka lupa pake bra karena kalo emang lagi santai di rumah, pengennya yang longgar-longgar. Iya kan, girls?
Lagipula, punya gue nggak montok-montok amat. Jadi ya gue kadang bodo amat.
"Biasanya aku nggak pake, Om diem aja." Gue menggerutu lirih sambil turun dari ranjang. Membuka lemari pakaian dan menarik satu bra hitam dari sana.
Gue bisa mendengar Om Aiden yang cekikikan. Apa lucunya, sih?
Kaki gue melangkah ke kamar mandi. Nggak sampe lima menit gue udah keluar lagi. "Udah. Emangnya Om ini bisa terangsang gara-gara punya aku yang kecil? Biasanya, om-om atau lelaki itu mudah engas kalo liat atau nyentuh yang gede, montok, kenyal, berisi, mulus, padat, put--"
"STOP!!" Om Aiden setengah berteriak.
Gue naik ke ranjang. Gue suka ngegoda dia karena dengan itu, pipinya akan merona terus pandangannya gelisah gitu.
"Kayak punya Lucinta Luna." Lanjut gue sambil mengusap dahi dan menaikkan poni Om Aiden yang jatuh. Ternyata, panasnya belum turun. Masih sama kaya tadi.
Dia menatap gue jijik. "Ya nanti jeruk makan jeruk dong, Cha."
"Huahuhahuhahuha." Ini gue ketawa ngakak aslian. Sampe segitunya nggak suka sama Mbak Lucinta.
"Mending kamu yang kecil tapi asli daripada gede montok tapi palsu."
"Yakin?" Goda gue lagi.
"Punya aku kecil banget tau, entar kecewa." Kata gue.
"Udah sering liat, tapi belum pernah nyicip. Kan nggak papa, nanti tinggal lhep!!"
BGST!
Gue disamain sama sosis so nice. Gila emang om satu ini.
"Enggak, bercanda. Sini. Om masih sedikit kedinginan." Kata dia sembari merentangkan tangan.
Dengan semangat pula gue langsung memeluk tubuh atletisnya itu. Dengan kilat, gue mengecup bibinya kemudian tersenyum. "Cepet sembuh, ya Om Ganteng sayang."
Gue lalu menenggelamkan wajah ke ceruk lehernya. "Kalo gini obatnya, langsung seratus persen sembuh." Katanya melebih-lebihkan.
"Apaan si, gaje tau!" Gue mencubit kedua pipinya gemas. Dia hanya ketawa karena perlakuan gue.
Fyi, gue sedang ada di pangkuannya saat ini. Dia malah memajukan wajahnya. Napasnya panas dan bibir kami sudah saling menempel. Gue dengan nggak sadar malah mengalungkan lengan di lehernya. Nggak lama, kami menyudahi kegiatan barusan.
"Om," Gue memanggil nya. Dia menaikkan alis seolah bertanya kenapa.
Gue merasa ada yang aneh di bawah gue. Sesuatu yang mengganjal.
"Eung.. Om engas ya? Keras."
______________
Purworejo, 14 April 2019
Btw ada yg mau bikinin cover Om Ganteng? Nanti aku sertakan cr di sinopsisnya kok👌
Oke, see u next chapter Babies♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Short StoryFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...