Flashback on
"Enggak ampun! Hahahaha! Iya aku nyerah!" Gue sedang menggeliat geli karena kalah bertanding makan bakso barusan.
Dan Om Aiden dengan leluasa menggelitiki gue soalnya udah perjanjian dari awal kalo yang kalah harus digelitik sampe nyerah.
Ya gue udah pasti langsung nyerah lah, mana tahan gue digelitik sampe segitu lamanya. Berakhirlah kami tiduran di ranjang kamar gue. Fyi gue sedang ada di rumah Mamah Rury.
"Hhhh.. capek ternyata." Om Aiden terengah.
"Ya salah sendiri lama banget gelitikin akunya."
Dia menoleh ke arah gue. "Maaf ya. Soalnya seru."
Plak!
Gue menepuk lengan kekarnya. Dia malah ketawa. "Cha, petak umpet ayo!"
"Hah? Berdua doang?"
"Iya. Wilayahnya cuma kamar ini aja. Nggak boleh keluar kamar, kalo keluar nanti dihukum." Dia duduk bersila di ranjang. Gue ikut duduk berhadapan sama dia.
"Tapi ke arah balkon boleh?" Tanya gue memastikan.
"Em.. boleh."
"Oke setuju!" Kami berdua pun suit jepang untuk menentukan siapa yang jadi. Berhubung gue nggak punya keberuntungan dan lemah dalam pertandingan, gue kalah.
Gue yang jadi dan Om Aiden yang ngumpet. Gue hitung cuma sampe sepuluh dan dia udah ngumpet sempurna.
Mulai dari bawah ranjang, lemari, sampai kamar mandi udah gue cari dan gue nggak nemu dia. Lagipula, tempat-tempat itu adalah yang paling memungkinankan buat sembunyi, secara kan badan Om Aiden besar.
"Om! Om di mana!?" Gue mulai panik dan teriak karena nggak kunjung nemuin dia.
Gue melangkah ke balkon dan mencari dia. "Om! Om di mana sih?" Gue melongok ke bawah, di bawah sana ada sepasang sandal yang tergeletak nggak beraturan. Itu sandal Om Aiden!
Jantung gue mulai berdetak cepat. Apa Om Aiden jatuh? Ah tapi masa sih? Apa Om Aiden bunuh diri?
"O-om!? Om tuh di mana sih!? Jangan bikin aku takut deh. Jangan bunuh diri seenaknya!"
Tangan gue gemetar karena yang ada di pikiran gue itu Om Aiden bunuh diri karena udah lelah ngerawat gue, udah capek sama gue yang nakal dan kekanakan ini.
"Maafin aku Om! Aku janji nggak nakal lagi, nggak ngambekan lagi. Om kenapa bunuh diri sih!?" Gue sekarang terduduk sambil pegangan pagar balkon. Menatap nanar ke bawah yang tentu nggak ada Om Aiden di sana.
"Hiks-hiks Om di manaaa..." Kini gue bener-bener nangis. Nggak tau kenapa gue menyimpulkan kalo Om Aiden bunuh diri. Bisa aja ini efek terlalu banyak nonton sinetron.
"Om... please.."
"WAKAKAKAKAKAKAK HUAHAHAHAHAHAHA"
Tawa seseorang menghentikan tangis gue seketika. Gue menoleh ke belakang, melihat Om Aiden yang baru aja keluar dari balik pot besar sambil megangin perutnya.
Gue mengelap ingus dan air mata secara kasar. Berdiri lalu memukul-mukul punggung Om Aiden.
"Ih jahat! Jahat! Kenapa nggak muncul dari tadi!? Ih kesel!"
"Hahahahaha lagian petak umpet kok nggak nyari yang serius? Malah ngira mangsanya bunuh diri. Heran Om tuh."
Gue masih setia mukul punggung dia berkali-kali tanpa ampun. Lagian gue bego kok nggak hilang-hilang dari diri ini ya.
"Nyebelin!"
Flashback off.
Gue kembali tersenyum mengingat kejadian beberapa bulan lalu itu. Menyeruput cokelat hangat di cangkir kemudian berjalan masuk untuk ganti baju karena mau ikut Mbak Tini belanja.
Gue meletakkan cangkir di nakas. Bersamaan dengan itu, ponsel gue bergetar sebentar, menandakan ada sesuatu yang masuk.
Gue penasaran lalu mengeceknya. Loh bentar, ini wajah Om Aiden kan? Notifikasi yang barusan masuk itu bukan chat, melainkan berita dari situs yang cukup tren di sosmed.
Jari gue menyentuh berita dengan tajuk, "CEO Tampan Ini Bak Bertemu Jodoh Asal Korea-Singapura."
______________
Purworejo, 15 Juni 2019
Nahloh gimana dong??
Oh iya, cek work baru aku ya♡♡↑↑↑
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Short StoryFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...