om ganteng bagian duasembilan

56.2K 2.9K 57
                                    

Apa yang kalian lakukan ketika kalian gabut?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang kalian lakukan ketika kalian gabut?

Jungkir balik di kasur? Main hp sampai kuota habis? Makan? Ngegame? Atau boker sambil bawa hp?

Gue lagi gabut sekarang. Dari habis makan sate, gue dibawa Om Aiden ke kantornya. Gue nggak dibolehin pulang masa:")

Udah gitu, bukannya dikasih kesibukan apa malah gue ditinggal di ruangannya sendirian. Ya memang enak sih, adem. Tapi kan kalo lama ya makin serem. Mau ngobrol tapi ngobrol sama siapa. Ya kali sama vas bunga.

"Hah! Gue bosaaaaan...."

Beberapa kali gue menggelosorkan diri dari sofa ke lantai yang berkarpet bulu. Gitu aja dari tadi. Mana baterai gue habis, nggak bawa charge, gue nyari di laci Om Aiden nggak ada. Yah, gue gabut level dewa.

Gue melirik jam. Udah 2 jam berlalu dan belum ada tanda-tanda Om Aiden selesai rapat. Emang rapat apaan sih sampe segini lamanya. Gue sampai lumutan astaga.

Di saat gue berputar-putar di kursi kebesaran Om Aiden, pintu terbuka, menampakkan sosok pria tua tapi ganteng yang nggak lain adalah Om Aiden tercinta.

Muka gue kembali sumringah. Tapi, senyum di bibir gue hilang gitu aja ketika liat dia jalan ke dalam dengan gontai dan lesu. Nggak ada semangat sama sekali. Apa rapatnya kacau?

Maka, dengan senang hati, gue menyambut dia dengan lari ke arahnya dan meraih lengannya untuk digandeng masuk lebih ke dalam.

Tapi yang gue rasakan adalah panas di sekujur tubuhnya.

"OM SAKIT!?" Tanya gue pake gas.

"Kayaknya sih. Badan Om pegel-pegel semua." Dia memijat tengkuknya beberapa kali.

Gue berjinjit untuk menempelkan punggung tangan gue ke dahinya. Gue membandingkan dengan suhu tubuh gue.

Dia demam.

"Mending Om duduk dulu. Aku suruh OB buat bikin teh anget ya?"

Dia mengangguk pasrah.

Maka, gue berlari ke mejanya dan menekan tombol khusus di telepon untuk menghubungi orang pantry.

"Halo? Bisa bawakan secangkir teh anget ke ruangan Pak Aiden Harendra?"

"Baik."

Setelah itu gue menutup telepon dan bergegas mencari sesuatu yang selalu gue bawa di dalam tas. "Aduh.. mana sih..." gue kesel sendiri karena yang gue cari belum juga ketemu.

"Cari apa?" Om Aiden bertanya dengan suara parau.

"Bentar." Dengan yakin, gue mengeluarkan seluruh isi tas dengan cara gue tumpahin.

"Ah! Ini dia!"

Om Aiden melongo. "Om itu duapuluh tujuh tahun, bukan tujuh bulan, Acha..."

Bisa tebak apa yang gue ambil?

Iya, bye-bye fever.

Hehe.

Gue dengan sigap duduk di sebelahnya, menarik dasinya agar dia lebih merendahkan tubuhnya. Dan dia menurut.

"Please, Cha. Nanti kalau karyawan Om dateng mau minta tanda tangan, Om malu."

"Ck, udah deh diem. Aku jamin manjur." Gue sibuk menempelkan gel penurun panas itu ke dahi Om Aiden.

"Nah! Siap!"

Om Aiden kembali menegakkan tubuhnya. Tangan kanannya mengusap bye-bye fever itu beberapa kali.

"Dingin kan?"

"Hm.. lumayan."

Bibirnya pucat, pelipisnya mengeluarkan butiran keringat dingin. Gue yakin dia sedang kedinginan. Gue pernah demam dan itu rasanya dingin di sekujur tubuh.

Grap!

Gue memeluk Om Aiden dengan erat. "Hei.. kamu kenapa?"

"Biar Om hangat. Aku tahu Om lagi kedinginan kan?"

Gue bisa merasakan kalau dia sedang tersenyum. Dia membalas pelukan gue.

Tok-tok-tok!

Ah, gue yakin itu orang pantry yang gue suruh bawa teh anget. Terpaksa gue melepas pelukan gue dari Om Aiden. Tapi, dia malah menarik tubuh gue lagi agar kembali memeluknya. Kali ini gue yang tersenyum.

"Masuk!" Perintah Om Aiden.

Pintu terbuka, nggak ada suara pria atau langkah kaki menuju ke dalam ruangan. Gue yang membelakangi pintu nggak tahu siapa yang datang.

"Kenapa nggak ditaruh di meja saya?"

"O-oh?"

Gue langsung berbalik ketika mendengar suara seroang wanita. Itu sekretaris Om Aiden!

Dia berjalan ke arah kami. Yang gue heran, kenapa dia yang nganter teh ini? Kenapa bukan orang pantry yang gue suruh tadi?

"Sudah kan? Kamu bisa pergi sekarang." Om Aiden mempersilakan dia--yang kalau nggak salah namanya Renata--keluar.

Renata yang minim baju itu keluar dengan raut muka yang masih agak terkejut. Gue pengen ketawa di depan mukanya dengan keras.

"Om.." gue memanggil Om Aiden yang sedang meminum tehnya.

"Om jangan suka sama dia ya? Tua. Hihihihi." Gue berbisik kemudian terkikik geli.

Om Aiden hanya menatap gue cengo.

_____________

Purworejo, 17 Maret 2019

Suka ga?

Selamat malam Senin! Besok sekolah dong? Sama!

Om Ganteng [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang