om ganteng bagian duabelas

69.7K 3.4K 167
                                    

Sial! Sial! Sial!

Dasar om-om nggak peka! Udah tahu gue nggak bisa pulang sendiri, malah nggak dijemput. Bisa mati berdiri kalau gini caranya.

Omong kosong soal ojol. Gue nggak bisa naik angkutan online maupun umum. Gue buta arah, walaupun udah berkali-kali melewati jalan yang sama. Itu kelemahan gue.

Mana sekolah udah sepi, lagi. Tuh orang nggak ada niatan jemput gue, apa? Marahan sih boleh, tapi harus mikirin gue dong! Iya nggak, sih?

Mata gue udah memanas. Sebentar lagi gue kayaknya mau nangis. Terus, mau wa Om Aiden masih gengsi. Gue harus apa!!?

Gue menunduk. Harus siap kalau besok pagi ada berita 'Seorang siswi mati karena tidak tahu arah jalan pulang.' Kan nggak lucu!

Tiba-tiba ada motor berhenti di depan gue persis. N-max hitam kinclong terhenti dengan mesin masih menyala. Gue mendongak kemudian melihat wajah Aron sedang tersenyum ke arah gue.

Seketika, terputar kejadian pagi tadi waktu Aron bilang kalau dia pengen gue jadi ceweknya. "Heh bengong aja! Mau gue anter nggak?"

Lamunan gue buyar. Nggak tahu harus jawab apa. Kalau gue jawab naik angkutan online, gue nggak akan sampai rumah sampe besok pagi. Kalau gue ikut Aron, gimana nanti kalau dia nembak gue lagi? Mak! Hayati sungguh bimbang:(

"Hobi lo bengong, ya, Sha?"

"Eng-enggak. Rumah lo kan ke arah sana." Gue menunjuk ke arah kanan. "Sementara gue ke sana." Tangan gue mengarah ke depan, lurus.

Aron ketawa. "Kalau soal bensin, mah gue masih sanggup beli kali, Sha. Dari pada lo diculik? Gue tahu lo lagi ada problem sama om lo itu."

Melihat langit yang mulai menggelap, gue langsung mikir yang enggak-enggak. Gimana kalau kata-kata Aron barusan jadi kenyataan? Amit-amit!

"Jadi mau gue anter nggak? Kalau nggak, gue dulu--"

"Eh tunggu! Iya, anterin gue kalau gitu."

Senyuman terbit di wajah Aron. "Ya naik!" Titahnya pada gue.

Saat gue naik, dia melepas tas di punggungnya kemudian melepas pula jaket jins yang dia pakai. "Tutup kaki lo." Katanya sambil menyodorkan jaketnya.

"Hah?"

"Ish, itu kaki lo nanti kedinginan." Gue tahu bukan itu maksud Aron. Gue yakin dia nyuruh nutup kaki gue supaya gue nggak jadi 'tontonan gratis' para cowok-cowok nakal yang suka mangkal di lampu merah.

Mau nggak mau, gue menerimanya walaupun dengan rasa nggak enak. Aron mulai menjalankan motornya.

Awalnya, nggak ada obrolan yang tercipta di antara kami. Soalnya, gue masih bingung mau ngomongin apa. Dan soal pagi tadi juga nambah kecanggungan.

"Kenapa lo baru pulang?" Tanya gue pada akhirnya.

"Sebenernya gue udah pulang, cuma sepatu futsal gue ketinggalan. Daripada hilang, ya gue balik buat ambil."

Gue cuma mengangguk-angguk paham dengan bibir berbentuk O.

***

"Oh, ini rumah lo? Nyaman keliatannya." Ungkap Aron sambil melepas helmnya.

"Iya. Gue tinggal dengan Om Aiden. Mau mampir?" Gue menawarkan.

"Hehe, kapan-kapan, deh Sha. Gue pulang dulu, ya." Aron memakai kembali jaket dan helmnya.

Om Ganteng [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang