om ganteng bagian duaempat

60.3K 3.2K 147
                                    

Menurut kamu, patah hati itu seberapa sakit?

***


aidenharend

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aidenharend

aidenharend

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


aidenharend Kamu berat. @achallilea



Gue mencebik ketika melihat feeds yang Om Aiden bagikan beberapa menit yang lalu. Kenapa captionnya nggak ada romantis-romantisnya sama sekali?

Walaupun begitu, gue tetep nge-love postingan dia. Yang digendong kan gue, hehe. Tapi btw, itu hasil fotonya bagus banget. Gue sampai heran.

Kami sekarang sedang ada di sebuah pondok yang disediakan pantai ini. Bukan hotel, tapi setidaknya bisa buat tidur satu malam.

Setelah tadi puas main-main sama ombak dan pasir, kaki gue jadi pegal-pegal dan punggung gue agak sakit. Kebanyakan ketawa sama lari-lari kalau kata gue mah.

Tadi, Om Aiden dengan nggak etisnya gue dorong ke arah ombak dan dia terjungkal. Di situ gue ketawa terbahak-bahak. Dan dia nggak mungkin diam aja, dong. Dia balas gue dengan menceburkan gue ke air juga. Berakhirlah kami basah kuyup.

Sekarang gue lagi berendam di air hangat sambil mainan ponsel. Nggak ayal kalau di sini agak dingin, jam setengah tujuh malam. Sementara Om Aiden udah selesai mandi dari tadi.

"Acha.." gue menoleh ke pintu ketika Om Aiden manggil dari luar.

"Apa?" Gue meletakkan ponsel di tempat kering lalu bergegas membersihkan badan.

"Cepet, dong."

Ini kenapa Om Aiden nyuruh cepet-cepet? Gue kemudian bilas-bilas badan yang berlumur sabun. Maka, dengan kecepatan yang gue bisa, gue selesai dan mengeringkan badan. Keluar memakai bathtrobe.

Cklek..

"Apa, sih?" Gue bertanya malas.

"Lama banget, ngapain aja?"

"Cewek, Om." Gue bergegas menuju koper dan mengambil satu set baju tidur. Dia mendekat ke arah gue, menatap gue dengan tatapan 'kasihani aku'.

"Ck, apa sih? Aku mau pakai baju dulu. Om jangan ngintip." Gue mendorong Om Aiden agar duduk di ranjang dan gue bakal pakai baju di kamar mandi.

Gue nggak gila. Gue nggak akan pakai baju seenaknya di hadapan mata telanjang Om Aiden, gue masih waras.

"Jangan pakai dulu, ya?"

Gue menoleh dan melotot ke arahnya.

"Hehe.. ya udah sana pakai."

Gue kembali berjalan ke arah kamar mandi sambil menyelipkan rambut yang turun beberapa helai.

Lima menit kemudian, gue udah selesai dan rapi dengan piyama ungu muda yang gue pakai. Kaki gue melangkah mendekati Om Aiden yang ternyata lagi berdiri di balkon utama.

"Lagi apa?" Tanya gue final.

"Anginnya enak. Deru ombaknya juga bikin hati damai." Jawab dia apa adanya.

Gue bertumpu di kedua siku pada pagar besi balkon. Memperhatikan  indahnya laut di malam hari. Masih ada satu dua pasang insan muda yang berlalu lalang cuma sekedar makan jagung bakar.

Gue melangkah ke belakang badan Om Aiden lalu memeluknya erat. Pipi gue bersentuhan dengan punggung lebarnya. Gue memejamkan mata, menikmati aroma tubuh Om Aiden yang jadi candu buat gue.

Tangan gue melingkar di perutnya, dia membalas mengelus jemari-jemari gue. "Kamu kapan tinggi, sih, Cha? Perasaan segini terus?"

Gue bisa merasakan kalau Om Aiden sedang menoleh ke arah gue. "Hm.. nggak tahu. Emang aku kecil banget?" Gue masih setia memejamkan mata.

"Super kecil malahan. Sebahu Om aja nggak sampe. Sebenarnya, kamu itu 17 tahun apa 10 tahun?"

Gue memukul punggungnya. "Enak aja! Aku 17, ya. Salah sendiri punya badan kelebihan tinggi." Gue kembali melingkarkan tangan.

Dia bergerak, memutar tubuhnya menghadap gue. "Nggak papa, imut kok." Katanya sambil mencubit ringan hidung gue.

Tiba-tiba, dia mengangkat tubuh gue kemudian didudukkan di pagar besi balkon. Gue hampir aja terjungkal kalau nggak pegangan ke bahunya.

Dia mendongak untuk menatap gue. Jarak kami makin dekat sampai-sampai gue bisa merasakan deru napasnya yang berat.

Hingga... beribu kembang api meledak di perut gue.

Om Aiden mencium gue. Tepat di bibir.

___________

Purworejo, 18 Januari 2019

Ya ampun telat banget, maaf ya. Kemarin-kemarin aku super duper sibuk:(

Target 80 votes 35 komen♡

Om Ganteng [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang