Hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Sarapan kami berdua tidak menghasilkan obrolan apapun.
Gue dengan segala pikiran yang berkecamuk dari semalam dan Om Aiden yang sibuk dengan ponselnya. Sarapan di pagi ini pun nggak dengan serius. Hanya beberapa sendok nasi yang berhasil masuk ke mulut gue.
Lamunan gue terpecah saat Om Aiden berdiri dan menyakui ponselnya. Gue tunggu dia ngomong, tapi yang ada malah melenggang begitu aja sambil membawa tas kerjanya.
"Ish, kenapa sih tu orang? Pms, apa?" Gue mendecak.
Rupanya, dia udah stay di mobil tanpa memberi tahu gue. Gue dengan tas yang bertengger di punggung berjalan lesu. Moodbooster gue lagi kenapa, sih? Gue tuh nggak betah kaya gini.
Gue memasuki mobil dengan gontai. Menutup pintu tanpa tenaga sama sekali. Bahkan, gue udah pengen nangis rasanya.
Tak lama, Om Aiden melajukan mobilnya. Gue masih berperang sama pikiran gue tentang semalam. Terakhir gue ngomong sesuatu tentang Aron. Dia yang ngechat gue dengan kocak, kemudian membuat gue semakin kesini semakin ...
Tunggu!
Om Aiden cemburu sama Aron? Karena gue bilang Aron bikin nyaman? Astaga! Ternyata ini masalahnya, Ferguso.
"Ferguso--eh!"
KOK FERGUSO, SIH!? BEGO.
Om Aiden sontak menolehkan kepalanya menatap gue bingung lalu kembali fokus menyetir. "Om.." cicit gue lirih.
Tidak ada sahutan. "Maaf ya, udah bikin Om cemburu. Aku kira Om itu bukan tipe pencemburu. Gini, Aron itu bukan siapa-siapa aku. Sumpah!" Gue membentuk huruf V dengan kedua jari.
Gue menangkap lirikan Om Aiden yang seolah bilang, 'masa?'
"Iya! Beneran! Dia itu cuma temen. Nggak sekelas, lagi. Lagian, aku kan cuma suka sama Om!" Gue mengubah duduk menghadap Om Aiden dengan wajah sumringah nan antusias.
"Udah sampe, kamu mau sekolah nggak?"
"Huh?" Gue celingak-celinguk memperhatikan sekitar. Oh, ternyata udah sampai. Kok cepet?
"Marsha!!" Indra gue menangkap seseorang yang memanggil gue, di depan mobil dengan tangan terlambai.
"Tuh dipanggil. Sana! Pacarannya diurusin!" Om Aiden menunjuk Aron dengan dagu.
Istilahnya, ya, udah download 95% terus tiba-tiba kuota habis. Nggak berhasil. Ini yang sedang terjadi di diri gue.
Gue sudah menjelaskan dengan benar, kan? Apa perlu gue suruh Aron buat ngomong sendiri ke Om Aiden ngenalin diri kalau dia bukan siapa-siapa gue? Hih, anak kecil banget.
Gue kesal lalu membuka pintu kasar. "Ya udah kalau nggak percaya! Aku benci Om Ai!!"
Gue berteriak lalu menutup pintu, dan orang yang gue teriaki hanya menatap lurus ke depan, dengan urat yang mulai muncul di punggung tangan akibat mencengkeram stir mobil.
______
Purworejo, 15 November 2018
Kalau aku update dua mau nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Cerita PendekFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...