Yaampun, hampir 2 minggu aku nggak kasih kalian asupan. Maaf ya:(
Happy reading! Vote komen jangan lupa!!♡
***
"Maksud kamu apa tiba-tiba ngajak udahan?" Gue baru aja sampai kelasnya Aron dan langsung menginterogasi dia.
Aron yang tadinya menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangan, langsung mendongak menatap gue. "Capek. Om lo gila."
Gue berdecih.
Ini bukan Aron yang gue kenal. Kenapa dia ngajak gue jadian kalau akhirnya kaya gini? Di saat gue udah mulai suka, kenapa semua harus berhenti di jalan?
"Sampah lo, Ron." Gue berkata sarkas.
Dia menatap gue sebentar lalu kembali menenggelamkan wajahnya, seolah gue ini nggak lagi serius.
"Semua cowok ternyata sama. Brengsek! Why are you fucking doing this for me!?"
"Udah deh, pergi." Usir dia tanpa melihat gue.
Gue menahan amarah. Mata gue sudah memerah. Napas gue memburu karena emosi gue yang udah sampai ubun-ubun. Kehilangan orang yang kita sayang ternyata bisa semenyakitkan ini.
Gue bodo amat sama temen sekelas Aron yang liatin kami berantem. "Buat kalian para cewek, jangan mudah percaya sama brengsek satu ini! Jangan pernah!" Gue memperingatkan cewek-cewek kelas Aron sambil menunjuk-nunjuk dia.
"Ish lo apaan sih! Gue bilang pergi!" Aron mendorong gue sampai gue terantuk daun pintu.
Gue meringis. Bahu gue sakit. Hati gue nggak kalah sakit.
Gue pengen Aron menjelaskan apa alasan dia ngajak putus. Gue tahu kalau semua karena Om Aiden, tapi bisa kan dia jelasin lebih spesifik?
Gue berlari menuju kelas gue. Yang gue inginkan sekarang hanya Om Aiden. Sebelumnya, gue belum pernah merasa seburuk ini. Dan ini membuat gue takut untuk jatuh cinta lagi.
"Eh Sha, lo kenapa?" Temen-temen pada ngerubungi gue yang terduduk sambil sesenggukan nyembunyiin wajah di atas meja.
"Nggak." Kata gue bohong.
***
Om Aiden nggak bakalan jemput hari ini, karena selama beberapa hari ini gue selalu pulang diantar Aron.
Maka, gue memutuskan jalan—ke tempat lain untuk nunggu taksi—karena di sini ramai, dan gue malu sama wajah gue yang sembab.
Gue melamun, menyusuri trotoar.
Brengsek! Setan! Bangsat!
Gue berkali-kali mengumpat dalam hati hingga nggak sadar gue menabrak seorang berbadan kekar. Gue mendongak menatap orang itu.
Ternyata nggak satu orang, tiga orang pria dengan beberapa tindikan di telinganya, nggak lupa tato hijau mengerikan di lengan berototnya.
"Maaf, Om." Kata gue lalu melanjutkan perjalanan.
"Eeeh! Siapa suruh kamu pergi?" Orang itu narik tas gue sampai membuat gue kembali berdiri di hadapannya.
Gue keringat dingin, melihat sekitar dan gue nggak kenal sama wilayah ini. Apa mungkin gue kesasar karena efek melamun tadi?
Ya Tuhan! Om Aiden! Tolong Acha!
"Kami bakal maafin kamu kalau kamu puasin kami."
________
Purworejo, 20 Desember 2018
Oh iya, doain ya. Aku hari ini simulasi Bahasa Inggris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ganteng [END]✓
Historia CortaFirst, follow me:) Nama gue Acha. Lengkapnya Marsha Amalillea. Gue siswi kelas tiga salah satu SMA di ibukota. Di dunia ini ada tiga hal yang nggak bisa dipisahkan dari gue. Pertama Om Aiden, kedua Om Aiden, dan ketiga Om Aiden. #1 in Feel [31 Desem...