om ganteng bagian tigaenam

49.1K 2.6K 74
                                    

Digeboy geboy mujaerNang ning nong-nang ning nongPak guli pak, bang dung ding serrrrrr🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Digeboy geboy mujaer
Nang ning nong-nang ning nong
Pak guli pak, bang dung ding serrrrrr🎶

Kening gue sedikit mengkerut ketika tangan gue menyentuh gerbang rumah Mamah. Gue membuka gerbang kemudian masuk ke rumah. Melewati taman yang ada jalan kecil pakai batu-batuan putih. Juga ada satu kolam ikan kecil di sebelah kanan.

Gue menghela napas. Ini kenapa Mamah ngeplay lagunya kenceng parah, sih? Kuping gue gatel gara-gara denger lagunya Ayu TT.

Pintu rumah nggak dikunci ternyata, dengan mudah pun gue bisa masuk. Melihat Mamah yang lagi menghayati sambil pegang sapu bikin gue mau ngakak.

"Mustopa jadi gak kuat, Mustopa tergila-gila~"

"MUSTOPA JATUH CINTA SAMA SEORANG BIDUAAANN!!"

Mamah terjingkat kemudian menoleh ke arah gue dengan wajah terkejut karena barusan gue nyambung lagunya kenceng, like kenceng banget.

Dia berjalan arah bufet kemudian mengecilkan volume speaker. Nggak lama, gue menghampiri dia.

"Sore-sore gini udah konser aja. Ikut audisi, gih Mah."

Gue mencium tangan Mamah lalu kami cipika cipiki. "Bener juga ya. Kalau Mamah ikut kan lumayan, dapet banyak duit."

Gue terkekeh. "Emang Mamah kalo punya duit banyak mau beli apa?"

"Pesawat jet, biar kalo sakit entar ke rumah sakitnya dianter pake jet."

Gue menggaruk hidung, "Mau saingan sama Syahrini?"

"Sorry dori stroberi ya! Mamah lebih kece dari dia! Udah deh, kamu pasti laper kan? Mamah udah masak rendang cihuy kesukaan kamu."

"Serius?" Mata gue berbinar.

Asal kalian tahu, rendang cihuy adalah salah satu makanan kesukaan gue. Rendang terrrrrrr-enak di muka bumi ini. Mamah paling jago kalo suruh masak rendang.

Gue pun dengan semangat menuju meja makan dan mulai melahap rendang cihuy di meja.

"Kamu nggak makan berapa abad deh, Cha? Lahap banget."

"Hehehehehe." Gue hanya nyengir kuda.

"Kalo udah selesai, mandi, habis itu istirahat ya. Mamah arisan dulu." Ujar Mamah sambil mengusap kepala gue. Sementara gue hanya mengangguk mengerti.

Tiba-tiba gue mendengar ponsel gue berbunyi. Buru-buru gue mengambil dari saku seragam. Rasa bahagia langsung datang ketika membaca nama di layar ponsel. Cepat-cepat pula gue menggeser tombol hijau.

"Halo Om Ai!!!"

"..."

"Kok diem?" Tanya gue karena nggak kunjung dapat jawaban.

"Oh iya, Om lagi marah kan gara-gara aku pulang sama mas grab ganteng."

"Nggak."

"Masa? Yakin? Kalo nggak marah kenapa ketus gitu?"

"Apaan deh kamu. Mana bisa Om marah sama anak kecil."

"Heh! Anak kecil enak aja! Aku udah gede tau!"

"Iya-iya. Btw kedengerannya kamu lagi seneng banget."

"Iya dong! Coba tebak aku lagi apa?"

"Emmm.. berak?"

"Ish bukan!" Gue merajuk.

"Lagi beli skincare?"

"No no no!" Gue geleng-geleng walaupun Om Aiden nggak bakal liat gue.

"Kamu habis nemu uang 80 juta?"

"Heh ngarang. Bukan!"

"Ya terus apa?"

Gue memasukkan sesuap nasi beserta daging sapi ke mulut gue.

"Avu mavan wendang vihuy bipimam mamah bong!"

"Hah!? Kamu ngomong apa, sih? Ditelen dulu."

Gue mengunyah kilat lalu menelannya. "Aku makan rendang cihuy bikinan Mamah dong!" Ulang gue kemudian.

"Oh... kirain apa. Gimana? Seneng ketemu sama Mamah? Lagi apa orangnya?"

"Seneng banget lah! Mamah pergi arisan baru aja." Gue masih semangat makan.

"Oh gitu."

"Eh tapi, kok Om telpon aku? Emang di sana nggak sibuk?"

"Belum sibuk. Ini lagi istirahat aja. Entar jam setengah tujuh baru akan dimulai rapat utama."

"Eh entar kalo pulang bawain something ya."

"Of course baby."

"Ya udah Om lanjut istirahat aja sana. Biar nanti rapatnya fokus. Aku juga habis ini mau mandi. Love you."

"Love you too." Akhirnya sambungan telepon kami terputus.

Ada peringatan bahwa baterai ponsel gue tinggal tersisa 15 persen. Maka, gue menyudahi makan gue yang emang bener-bener udah kenyang lalu naik menuju kamar.

Gue men-charger ponsel lalu mengambil piyama di koper. Mandi sore-sore kaya sekarang keliatannya seger. Berendam juga enak.

Sekitar 30 menit gue mandi dan saat keluar kamar mandi, kebetulan Mbak Tini masuk kamar sambil membawa nampan berisi secangkir minuman yang gue nggak tau apa itu.

"Eh Mbak Tini, lama nggak ketemu ya Mbak."

"Habis mandi, Neng?"

"Enggak, habis main golf."

Mbak Tini terkekeh kecil lalu meletakkan minuman yang ternyata coklat hangat itu di nakas. "Di minum ya, Neng. Habis ini mau ikut Mbak belanja nggak?"

"Loh kenapa nggak besok aja belanjanya?" Tanya gue sambil mendudukan diri di bibir ranjang.

"Ibu ada acara malam ini. Katanya temen Ibu mau ke sini nanti malam."

"Asik! Rame dong!"

"Iya. Jadi mau ikut nggak?"

"Ok!" Gue membentuk isyarat 'ok' dengan tangan kanan.

"Ya sudah, Mbak tunggu di bawah ya."

Gue mengangguk. Mbak Tini keluar kamar sementara pandangan gue tertuju pada balkon di luar. Gue tersenyum ketika memori itu berputar jelas di kepala.

Gue mengambil coklat hangat tadi lalu berjalan ke arah balkon. Kali ini gue tertawa. "Bodoh ya gue."

Teringat ketika gue nangis-nangis karena Om Aiden tiba-tiba hilang dari balkon padahal cuma sembunyi di balik pot besar dan gue ngira Om Aiden bunuh diri.

________________

Purworejo, 11 Juni 2019

Masih lebaran kan? Mohon maaf lahir batin yaaa, utamanya pas aku super duper ngaret update. Pokoknya maaf:))

Bentar lagi 100K views dong? Kalau udah sampe 100K views, aku update deh! See you♡♡

Om Ganteng [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang