"Christian, tenangkan dirimu, kumohon." Inanna melirik ke tiap penjuru yang sibuk dengan masing-masing tugas mereka namun tidak dengan penonton. Inanna merasa jika ia menjadi pusat perhatian mereka.
"Katakan, Inanna!" Christian berbisik penuh penekanan.
Inanna bisa melihat kemarahan di wajah pria itu. Ia menelan salivanya lalu menatap lekat Christian. "Karena aku sudah bosan padamu."
Inanna merutuki kalimat yang keluar dari mulutnya itu. Christian sangat terpukul mendengar itu dilihat dari rahangnya yang mengeras dan matanya yang memerah.
"I'm sorry, Christian. Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku."
Christian hanya mendengus. "Kau pembohong yang buruk, Pumpkin."
"Chris..."
Christian menatap ke depan, di mana para penonton berada. Ia menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Lalu melirik Inanna dengan dingin. "... Apa kau tidur dengan pria lain?"
Inanna tersentak. Tanpa sadar ia berdiri dan tiba-tiba suara tamparan menggema di studio tersebut.
'Plakk'
Semua orang berhenti dengan masing-masing aktifitas mereka. Mereka semua melihat Inanna yang sedang menahan emosinya dengan dada yang bernafas berlebihan. Bahkan para groupies seketika hening tanpa suara. Inanna tidak peduli apakah tindakannya saat ini akan menjadi viral. Apakah ia akan dipecat. Atau sampai dituntut. Inanna tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya hinaan tajam pria di depannya.
"Aku melakukannya supaya kau bisa mencapai cita-citamu, McKale." Inanna berbisik yang hanya bisa didengar oleh Christian lalu meninggalkan studio tersebut.
Ruby yang baru saja sampai hendak merapikan riasan Inanna, mematung. Setelah beberapa detik barulah ia mengikuti Inanna yang pergi menujur ruang rias.
Mata Inanna mulai terasa perih dan mengabur. Ia menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkannya dari mulut, terus mengulangnya berkali-kali seraya berjalan bolak-balik di ruang rias. Ia tidak mempedulikan panggilan beberapa kru yang bertugas saat itu. Ia mengunci pintu ruang rias lalu duduk di depan cermin. Suara gedoran pintu lalu di susul panggilan Ruby membuat Inanna melirik pintu tersebut.
"Beri aku waktu beberapa menit, Ruby."
"... Baiklah."
Inanna menumpukan dahinya pada kedua tangannya dengan mata terpejam. Detik berikutnya air matanya jatuh. Ia tidak habis pikir bisa-bisanya Christian mengatakan itu. Seharusnya pria itu berterima kasih padanya. Berkatnya, pria itu bisa menjadi pemain football terkenal, seperti yang diinginkan dia tanpa memikirkan beban. Christian menginginkan kebebasan dan Inanna sudah memberikannya... Inanna sudah merelakan masa mudanya seorang diri supaya Christian bisa sesukses sekarang.
Setelah emosinya reda dengan maksimal, Inanna langsung duduk tegap, mengambil tisu untuk membersihkan sisa air matanya. Lalu berjalan menuju pintu. Membukanya dan membiarkan Ruby masuk.
"Kau tampak kacau."
"Aku terbawa emosi tadi," Inanna tersenyum kecil.
Ruby tersenyum penuh pengertian. Ia kembali melakukan pekerjaannya yang tertunda, yakni merapikan riasan Inanna tanpa bersuara. Beberapa menit kemudian Ruby selesai dengan hasil karyanya. Ia kembali merapikan kotak make up lalu menatap Inanna yang baru saja berdiri.
"Dia sangat mirip dengan si kembar."
Inanna menegang. Ia menatap Ruby dari pantulan cermin.
"Apa dia tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLEVER VENUS [#3 VENUS SERIES]
RomanceThe third book of Venus Series [21+] Beberapa chapter di private. Follow aku dulu untuk baca chapter lengkapnya. Mulanya Inanna Paparizou merasa keluarga kecil yang ia ciptakan akan baik-baik saja, tentu saja dirinya dan kedua anaknya. Tap...