Prolog

13K 995 1.1K
                                    

Apa yang kamu rasakan jika kamu mencintai seseorang, tetapi seseorang itu tidak balik mencintaimu?

Ingin memaksa? Namun tidak bisa. Karena pada dasarnya cinta tidak bisa dipaksakan.

Bagaimana jadinya jika seseorang itu menerima pernyataan cintamu, namun dia selalu mengabaikanmu dan lebih parahnya lagi tidak menganggapmu ada?

Sakit, sangat sakit! Bahkan sakitnya berkali-kali lipat.

Seperti ribuan pisau tajam, menusuk-nusuk hatimu, menyayatnya sampai tak berbentuk lagi, menimbulkan luka dan goresan kepedihan yang teramat dalam.

Itulah yang dialami si gadis periang yang suka menebar senyuman, Kinanta Aurelia.

Hampir tidak pernah tampak kesedihan di wajah cantiknya. Topeng bahagia selalu menghiasi wajahnya, namun jauh di dalam lubuk hatinya Kinan menangis pilu. Untung saja Kinan menerima semua pengabaian itu dengan sabar, sabar dan sabar. Karena sejatinya, memiliki kesabaran ekstra benar-benar tidak mudah.

Tetapi Kinan sangat berharap suatu saat lelaki itu melihat kehadirannya, melihat cintanya yang begitu tulus dan berkata "Dialah orang yang selalu mencintaiku."

Sebelum penyesalan terbesar itu datang.

......

Langit merah pekat menghiasi kanvas langit. Membentang luas seolah sedang marah pada siapapun yang berada dalam naungannya. Suara gemuruh menggoncang sebagian pertahanan siapa saja yang mendengarnya. Angin seketika berhembus kencang, daun-daun yang semulanya diam, bergerak mengikuti arah terpaan. Membuat suasana jalanan raya di tengah malam temaram semakin menakutkan.

Dari arah barat tampak seorang perempuan cantik dibalut dress berwarna merah berlari terseok-seok dengan sekuat tenaga. Cairan kental berwarna merah begitu kentara di sekitar area kakinya. Tidak lagi mempedulikan bajunya yang koyak di berbagai sisi, riasan wajah memudar ditambah kaki luka-luka tanpa alas kaki. Dia terus saja berlari menyusuri jalan sepi. Sebisa mungkin menghindari kejaran beberapa pria berjas yang saat ini masih setia mengejarnya.

Deru napas memburu diiringi isakan kecil menyapa kesunyian. Sesekali dia meringis pelan menyadari betapa menyedihkannya hidupnya saat ini. Bukan hanya saat ini bahkan sejak 10 tahun silam.

Larinya perlahan mulai melambat, dadanya naik turun seraya mengatur napas. Kinan menoleh ke belakang, para pria tegap itu tidak lagi mengikuti langkahnya. Tubuh lemah Kinan langsung terjatuh di trotoar persimpangan jalan besar. Dia memejamkan matanya sejenak sembari menahan sakit akibat luka di kaki maupun di sudut bibirnya.

Air mata sudah lolos begitu saja dari kedua mata indahnya. Bayang-bayang akan kejadian di mana pria arogan langganan di klub ternama milik Mr. Brown---papanya, berbuat licik dengan memasukkan obat tidur ke dalam minumannya dan membawanya ke salah satu kamar hotel. Untung saja di saat Kinan tersadar, pria arogan itu sedang di kamar mandi. Buru-buru dia melarikan diri. Tapi naas, pria itu lebih dulu melihatnya dan mencampakkan tubuhnya ke atas ranjang, berniat memperkosanya.

Kinan memberontak di bawah kurungan pria arogan itu. Tak segan pria itu mengoyak paksa baju yang dia kenakan. Lebih parahnya lagi, tangan kokoh itu menampar keras pipinya sampai memar dan sudut bibirnya mengeluarkan darah akibat Kinan tak bisa diam.

Kesempatan Kinan dapat ketika ekor matanya melihat vas bunga kaca di atas nakas tepat di sampingnya. Perlahan tapi pasti tangannya meraih benda itu lalu memukulnya ke kepala sang bajingan dan Kinan terbebas dari kurungan lalu cepat-cepat pergi dari sana. Dan Kinan amat sangat bersyukur karena sekarang dia berhasil selamat. Kinan tidak tahu lagi apa jadinya dia bila pria tadi berhasil menyentuhnya. Untungnya Tuhan masih berbaik hati padanya.

"Cobaan apalagi ini ya Tuhan." Kinan terisak, "Kenapa hidupku semenyedihkan ini? Tak bisakah aku hidup tenang tanpa ada pria-pria brengsek bernapsu tinggi di sekitarku? Aku lelah kalau terus menghadapinya. Lebih baik aku mati saja ya Tuhan."

Hidup Kinan jauh dari kata beruntung. Kira-kira hanya satu persen keinginan Kinan untuk melanjutkan hidup. Sisanya jatuh pada kata 'mati'. Dia sudah tidak berkeinginan menikmati indahnya dunia karena sejak dulu dunianya sudah kelam.

"Kenapa aku harus tetap hidup di saat kedua orangtuaku meninggalkanku untuk selama-lamanya? Kenapa kau tidak mengambil nyawaku juga? Kenapa ya Tuhan?!" Air mata Kinan semakin mendesak keluar. Rasa sakit yang dia rasakan sangat menyiksanya. Apalagi kakinya terus saja mengeluarkan darah. Sakit yang Kinan rasa pun semakin menjadi-jadi.

"Lebih baik aku mati. Daripada menjalani hidup penuh siksaan ini. Aku menyerah."

Rasa pusing Kinan tahan. Dia memilih bangkit. Tidak ada lagi alasan Kinan bertahan hidup. Bahkan papa tirinya saja tidak pernah menganggapnya ada.

Lagian untuk apa hidup jika orang-orang disekelilingnya hanya memanfaatkan dan menyakitinya. Untuk apa hidup jika satu satunya orang yang dia harapkan jauh dari sisinya.

Kadang Kinan menertawakan diri sendiri. Miris memang. Hidup bertahun-tahun dengan papa angkat tanpa pernah merasakan kasih sayang. Tidak dianggap sebagai anak melainkan sebagai orang asing. Malah Kinan dijadikan sorang pelayan di sebuah klub malam sejak usianya 15 tahun. Sering mendapat pelecehan saat dirinya sedang bekerja.

Setelah ini kepahitan apalagi yang akan Kinan dapatkan?

Cukup. Kinan tidak ingin memikirkan hal yang membuatnya sakit berkelanjutan. Mencoba mengambil napas, keputusan Kinan sudah bulat bahwa malam ini dia akan mengakhiri hidupnya yang kelam. Lantas kaki telanjang dengan darah yang sudah mengering itu berjalan ke tengah-tengah jalan saat mobil truk dari arah kanan melaju kencang ke arahnya.

Suara klakson dibunyikan berkali-kali oleh sang pengemudi. Kinan tak bergeming. Kinan seakan menulikan telinga. Lampu truk jelas menyorotnya terang-terangan. Kinan tak merasa silau sama sekali. Truk besar itu pun semakin dekat, dekat, dan dekat. Hanya tiga kata yang Kinan ucapkan dalam hati sebelum dirinya benar-benar pergi.

Selamat tinggal dunia.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang