Apa dirinya sejahat itu?
Apa dirinya seenggakpeduli itu?
Apa dirinya sudah sangat keterlaluan?
Agra termenung memikirkannya. Perkataan Cakra entah kenapa membawa pengaruh besar untuknya.
Di perjalanan pun, matanya tetap fokus pada jalanan sementara pikirannya berkelana. Agra tidak tahu jelas bagaimana perasaannya. Intinya, Agra tidak tenang. Agra gelisah.
Siang terik yang terlalu membuat pening ini tidak lagi Agra pedulikan. Agra setia berdiri di depan gerbang hitam yang tertutup rapat. Memandangnya dengan tanda tanya besar.
Kenapa Agra tiba-tiba ada di rumah Kinan?
Maka jawabannya adalah kata hati. Agra hanya mencoba mengikuti apa yang hatinya perintahkan hingga kakinya terus melangkah sampai tiba di sini.
Agra ingin melihat wajah Kinan. Agra hanya ingin memastikan jika perempuan itu baik-baik saja dengan mata kepalanya sendiri. Mungkin ini terdengar mustahil. Mungkin lelaki jahat sepertinya tidak pantas merasakan ini. Agra...... merindukan Kinan. Ya, rindu.
Tapi Agra terlalu malu menunjukkan eksistensinya. Agra terlalu takut untuk memulai yang mana pada akhirnya Kinan tetap tersakiti. Membahagiakan Kinan terlalu sulit Agra lakukan. Agra tidak tahu kenapa.
Memantapkan niat, Agra melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Perlahan dia membuka pintu gerbang dan di saat itulah Agra mendapati punggung rapuh itu tengah menyiram tanaman. Posisi yang membelakangi menutup akses pandangnya. Agra mendekat tanpa suara. Membawa tubuhnya untuk memeluk Kinan dari belakang.
Kinan menegang sesaat. Hembusan hangat menerpa lehernya. Kinan mengulas senyum karena dia tahu siapa seseorang yang kini memerangkapnya dalam sebuah kenyamanan.
"Agra..."
"Hmm."
"Kenapa tiba-tiba ke sini?"
"Kangen."
Senyum Kinan semakin lebar lalu dia melempar selang di tangannya kemudian balik badan untuk membalas pelukan Agra.
"Aku juga kangen kamu."
Agra menarik napas panjang dan membuangnya lewat mulut, "Maaf."
Kening Kinan berlipat, "Untuk?"
"Semuanya."
Seakan tahu arti dari kata 'semuanya', Kinan menatap Agra dengan seulas senyum meneduhkan, "Kamu nggak perlu minta maaf. Kamu nggak salah, Agra. Selama kamu ada bersamaku, aku menganggapnya lebih dari cukup. Aku bahagia ada kamu di sini. Itu artinya kamu masih ingat sama aku."
"Kenapa kamu bisa sebaik ini sama lelaki yang tiada hari tanpa nyakitin kamu?"
"Karena aku tahu gimana kamu yang sebenarnya. Aku tahu kamu orang baik. Aku tahu kamu nggak sejahat itu. Mungkin karena kamu nggak suka sama aku makanya kamu bersikap buruk ke aku."
Sekali lagi Agra meminta maaf dan Kinan yang tidak pernah menaruh benci pun dengan cepat memaafkannya. Cintanya terlampau tulus sampai segala kesakitan yang dia terima layaknya angin. Datang lalu semudah itu pergi.
Bahkan jika suatu saat nanti mereka bisa hidup bersama, meski kesakitan itu terus mengikutinya, Kinan tak apa asal Agra tetap disisinya sampai Kinan menghembuskan napas terakhir.
"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat."
"Ke mana?"
"Ke tempat di mana cuma ada kita berdua," kata Agra, menatap Kinan lekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/145747531-288-k595399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter To You
Roman d'amourKisah ini tentang sebuah kepahitan hidup, tentang pengorbanan yang sengaja diabaikan dan tentang surat-surat cinta yang dibiarkan teronggok mengenaskan tanpa ada satupun yang terbalaskan.