TLLTY [29]

1.3K 127 41
                                    

Hal yang tidak bisa diputar adalah waktu. Jadi, nikmatilah waktumu bersama orang terkasih sebelum semuanya silih berganti.

......

Mobil hitam milik Agra memasuki basement apartemen di kawasan Kemang, Jakarta. Apartemen yang katanya mencapai harga ratusan juta itu benar-benar sangat megah jika dilihat dari jarak dekat. Kinan baru pertama kali menginjakkan kakinya di sana. Selama ini dia hanya berfokus pada Agra sehingga tidak mengetahui bila ada bangunan semewah dan setinggi ini.

Sangking terpesona akan desain basementnya, Kinan sampai lupa ingin menanyakan perihal kenapa mereka ada di sini. Di tempat yang jauh dari kastanya. Melihat Kinan terdiam dengan pandangan menelusuri area luar melalui kaca jendela, Agra tersenyum kecil dan segera melepas seatbelt. Agra juga membantu melepaskan punya Kinan, Kinan pun tersentak karena pergerakannya.

"Kamu mau menetap di sini terus? Ayo keluar. Katanya mau nonton, kan?" Agra berujar seraya mengusap surai Kinan yang tergerai panjang, menutupi punggungnya.

Kinan celingak-celinguk memandang sekitar. Dia bingung, "Tapi kenapa pergi ke tempat ini? Bukannya ke bioskop?"

"Kamu bakal tau setelah kamu masuk ke dalam. Kamu percaya aja sama aku. Aku pastiin kamu nggak bakal kecewa," sekuat itu Agra menyakinkan Kinan. Agra berani jamin Kinan akan merasa betah. Korbannya sendiri adalah dirinya.

"Ok. Awas kalau kamu bohong," Kinan turun, berjalan bersisian dengan Agra yang merangkul bahunya. Mereka menaiki lift, Agra menekan tombol menuju lantai 20. Selang berapa menit, pintu terbuka. Agra setia menuntun Kinan sampai di depan Apartemennya lalu memasukkan pin dan bunyi 'bip' terdengar, tanda berhasil terbuka.

Ya, selama ini Agra memang tinggal di tempat mewah itu. Tak ada yang tahu kecuali kedua temannya, kakaknya, sahabatnya dan mamanya. Di tambah Kinan sekarang. Pulang, menginap di rumah hanya sesekali saat sang mama ingin menghabiskan waktu dengannya.

"Kamu mau jumpain seseorang ya?" Kinan bertanya disambut Agra dengan gelengan kepala.

"Jadi?"

Bukannya dijawab, justru Agra mengacak-acak puncak kepalanya gemas, membuatnya mencebik kesal, "Bawel kamu. Aku nggak lagi janjian sama seseorang. Ini rumahku lah sayang," Agra mempersilahkan Kinan masuk kemudian permisi sebentar untuk berganti pakaian.

Sepeninggalan Agra, pandangannya menyapu ke seluruh titik Apartemen itu. Tidak satupun yang terlewatkan. Kinan menjatuhkan diri di sofa, depan tv dengan pikiran berkecamuk.
Kenapa Agra memilih tinggal sendiri dan jauh dari keluarganya sedangkan dia adalah anak lelaki satu-satunya?

"Ini minum dulu," Agra datang membawa nampan berisi segelas jus jeruk yang baru saja dia ambil dari dapur dan dia simpan di atas meja. Baju kemeja yang melekat di tubuhnya tadi sudah berganti dengan setelan santai ala rumahan.

"Serius kamu tinggal di Apartemen sebesar ini? Sendirian? Sejak kapan?" pertanyaan bertubi-tubi itu dilayangkan oleh Kinan. Sedari tadi dia dibuat mati penasaran.

"Satu-satu sayang nanyanya. Aku bingung mau jawab yang mana duluan," balas Agra ikut duduk di sebelah Kinan.

"Yauda, pokoknya jelasin ke aku."

Agra terkekeh melihat tampang cemberut Kinan, "Jadi intinya aku tinggal di sini hampir setengah tahun. Alasannya karena letaknya lebih dekat dari kampus. Tapi aku sering main ke rumah kok buat liatin nyokap sama kakak," jelasnya secara singkat, "Kamu heran, aku paham kok. Salah aku baru ngasih tau kamu,"

Kinan manggut-manggut mengerti dan tak ingin bertanya lebih yang besar kemungkinan Agra akan marah padanya.

"Terus kapan dong kita nontonnya?"

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang