TLLTY [72]

1.1K 96 22
                                    

🔞🔞🔞
Bijak dalam membaca ya guys.
Kadang ada readers yg gila. Udh ikutan baca eh abis itu ceritanya juga direport hadeh wkwk.

~~~

"Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan ke kalian. Satu jam lagi aku akan ke klub."

"...."

"Baiklah, sampai jumpa." Kinan mematikan sambungan telepon setelah mendapat balasan dari seseorang di seberang sana.

Tatapannya kembali berpusat pada cermin besar di hadapannya dengan sebuah sisir di genggamannya. Kinan menyisir rambut panjangnya terlebih dahulu sebelum kemudian mencepolnya dan menyisakan beberapa helai anak rambut di bagian depan. Kinan sengaja membikinnya tidak terlalu rapi karena dia akan berkunjung sebentar ke tempat kerjaannya.

Ralat. Mulai hari ini Kinan tidak akan lagi bekerja di klub. Kinan mengundurkan diri atas persetujuan dari Brown. Brown ingin Kinan fokus pada kuliahnya.

Brown sedang berusaha memperbaiki kesalahannya di masa lalu dengan membahagiakan Kinan. Terlebih hanya Kinan satu-satunya keluarga terdekat yang pria itu punyai. Kinan anak angkatnya. Brown ingin menebus dosa-dosanya dari hal terkecil misalnya mengijinkan Kinan memanggilnya papa juga memperlakukan Kinan dengan baik seperti dia memperlakukan Nathan. Semenjak Brown berubah, Kinan lebih terbuka dan lebih ceria.

Membalas pesan papanya, ponselnya dia simpan ke dalam tas tangannya. Kinan mematut dirinya sekali lagi. Spaghetti strap dress biru laut sebatas lutut dan memakai flatshoes pemberian Agra. Kinan tampak jauh lebih anggun apalagi wajah manisnya hanya dipoles bedak tipis. Tak lupa liptint terpoles di bibirnya.

Kurang satu sebenarnya. Kinan sama sekali belum memesan taksi. Memang sih, Brown meminjamkan mobil untuknya bepergian, tapi Kinan menolak keras niat baik sang papa. Tidak ada alasan untuk hal tersebut.

Melangkah hati-hati di anak tangga, Kinan terkesiap saat menemukan Cakra di ruang tamu rumahnya. Lelaki berkemeja hitam itu terlihat kusut ditambah keringat membanjiri keningnya. Cakra menoleh begitu mendengar langkah kaki mendekat. Cakra tersenyum samar sebelum dia bangkit berdiri.

"Gue perlu ngomong sama lo." Nada suaranya terdengar serius. Kinan menaikkan sebelah alisnya, heran. Seorang Cakra jarang sekali berkata di luar dari kata bercanda.

"Soal apa?"

Cakra mendesah berat, "Bisa kita cari tempat lain yang lebih tertutup?"

Kerutan di dahi Kinan semakin terlihat, "Kamu ada masalah apa sih? Tumbenan kacau gitu. Kamu abis berkelahi atau ada sangkut pautnya sama Adira?"

"Nggak usah banyak tanya, bisa?"

Kinan terdiam lalu melangkahkan kakinya ke taman belakang. Ke ayunan gantung di pinggir kolam renang. Kinan duduk di bantalan ayunan sementara Cakra berdiri membelakanginya. Pandangannya lurus ke pantulan cahaya lampu yang terpantul di permukaan air.

"Gue harap lo nggak benci ke gue setelah dengar omongan gue. Kalaupun lo benci gue itu hak lo. Gue sebagai manusia yang nggak luput dari kesalahan cuma bisa nerima keputusan akhir lo."

Kinan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Cakra. Otaknya lama memproses. "Gimana mau lihat responku kalo kamunya daritadi nggak ngasih-ngasih tau aku. Langsung aja ke intinya."

Berbalik, Cakra maju lebih dekat. Tiga jengkal di depan Kinan yang lagi duduk. Kepalanya menunduk disertai raut sendunya. Memandang Kinan dengan perasaan campur aduk.

"Sebenarnya...... bokap gue lah yang membunuh papa kandung lo." Kalimat itu meluncur bebas dari mulut Cakra. Bola matanya bergerak gelisah saat menyadari gestur Kinan yang mendadak linglung.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang