TLLTY [44]

1.1K 100 47
                                    

Hai, sebelum ke inti cerita, aku mau curhat sedikit nih perihal kenapa aku kalau updet suka lama banget. Jadi gini, aku mau minta maaf sama kalian, para pembaca tllty, udah rela menunggu-nunggu updetanku. Aku sadar, aku ngecewain kalian, ngegantungin kalian sampai seminggu bahkan lebih. Aku sebagai penulis cerita ini sebisanya tetap up meski telatnya bikin pingin nampol, kan? :v

Diluar dari dunia orange ini, kesibukanku banyak gengs huhu. Aku sedang kuliah semester lima. Pastinya tugas-tugas kampus menanti belaianku. Aku juga jadi babysitternya adikku yang masih berumur sebelas bulan dari pagi diselingin beres-beres rumah sampai orangtuaku pulang kerja jam tujuh malam. Kadang juga aku bantuin kerjaan orangtua sampe ikutan lembur. Kebayangkan, gimana capeknya aku harus ngerjain ini itu sampai waktu nulisku berkurang banyak. Dulu, sebelum adikku yang terakhir belum ada, pagi, siang, malam, aku pergunakan buat nulis dan setelah dia udah lahir, bener-bener jarang punya waktu buat ngetik lanjutan dari cerita"ku.

Waktu nulisku cuma di tengah malam. Itupun dua atau tiga jam doang. Ngantuk plus lelah, cuy. Ide mentok banget kek jalan buntu. Meskipun sibuk, aku selalu mikirin kalian. Aku minta pengertian kalian. Jangan berhenti semangatin aku ya, karena semangat dari kalian sangat berarti bagiku❤

Happy reading!!

•••

Rasa takut menyekap Kinan saat langkah kecilnya memasuki area loker anak Akuntansi. Dimana salah satunya loker Agra.

Bukan kali pertama Kinan menyambanginya, tapi entah kenapa ketakutannya kian menjadi sampai kedua tangannya gemetar tak karuan.

Seperti biasanya, setelah menghabiskan malam panjang demi membuat surat cinta untuk Agra, Kinan dengan begitu pengecut menyisipkan suratnya di celah pintu loker Agra. Lebih tepatnya, surat kegalauannya selama mengenal Agra, baik sebelum jadian maupun sesudah jadian. Segala gundah gulana yang Kinan rasakan, menyatu bersama tulisannya.

Selalu begitu.

Alasan dia meletakkannya di sana karena nyali Kinan terlalu ciut sekedar memberikan surat itu kepada Agra. Kinan takut ditolak.

Mungkin yang orang lain ketahui tentang Kinan, dia sosok perempuan paling tegar yang tak pernah menyerah menghadapi sikap Agra yang keterlaluan, kejam dan tak punya hati. Namun, persepsi mereka salah kalau Kinan boleh bilang.

Sebenarnya Kinan tak seberani itu di depan Agra. Kadang saja, Kinan ingin mengadu, menangis dan kalau bisa berlari sejauh-jauhnya, meninggalkan Agra kala lelaki itu menyakiti hatinya. Tapi, Kinan berulang kali memikirkannya. Jika dia melakukannya, Agra akan semakin eneg melihatnya. Bahkan, Agra tak mau lagi berdekatan dengannya yang bersikap layaknya bocah SD seusai bertengkar dengan temannya. Jadi sebisanya Kinan membangun dinding kokoh agar apapun yang Agra goreskan pada hatinya, dia mampu berdiri tegak.

Kinan pribadi juga enggan menunjukkan sisi kelemahannya di depan orang lain. Kinan tidak mau dikasihani. Bersyukur sekali Kinan memiliki topeng kebahagiaan yang dia gunakan sejak sepeninggalan orangtuanya. Sejak hari dimana Brown mulai bertindak kasar dan mengangkatnya sebagai pelayan di klubnya. Topeng yang selalu bisa menutupi kesakitan yang dia alami. Hancur berkeping-keping pun di dalam sana, orang-orang tidak akan menyadarinya. Hanya dia yang tahu. Dan semenjak Kinan bertemu Agra, definisi bahagia yang dia kira tidak bisa dia temukan di diri siapapun, perlahan tersingkarkan. Agra adalah sumber kebahagiaannya.

Jelas saja Kinan bergantung pada Agra. Apapun Kinan lakukan agar Agra nya jatuh ke pelukannya. Kinan tidak akan menyerah sampai waktu yang mengambil alih. Kinan masih sanggup bertahan melawan badai. Kinan masih betah pada tujuannya, meluluhkan Agra dan menjadikannya satu-satunya raja di hatinya.

Melalui surat-surat itulah Kinan mengapresiasikan perasaannya. Senang sampai sedih membaur. Biarlah balasan tak Kinan dapatkan. Terpenting baginya, Agra membacanya tanpa mengenal kata bosan.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang