Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen, temen-temen. Buat silent readers, keluar ya.
~~~
Drama yang terjadi tidak lebih dari setengah jam itu benar-benar telah selesai sesaat setelah Ana berhasil membawa Nathan pergi meninggalkan kerumunan.
Bisikan-bisikan segelintir orang yang tadinya membicarakan seputar hubungan Kinan dengan Nathan dan berakhir menyeret nama Agra di dalamnya perlahan lenyap. Mereka membubarkan diri selepas memberikan beragam cacian serta tatapan kasihan pada Kinan yang saat ini menundukkan kepalanya, menahan rasa malu.
Perkataan Ana masih terngiang-ngiang diingatannya. Mengusiknya. Perkataan yang begitu ampuh sampai-sampai melukai hati kecilnya.
Seumur-umur dirinya tak dianggap sebagai anak dan diperlakukan layaknya budak oleh Mr. Brown, Kinan tak pernah sesedih sekarang. Kata demi kata yang Ana lontarkan sukses membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya.
Kinan sadar bahwa dia anak yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya. Bahkan mungkin sejak pertama kali Brown melihatnya. Lantas kenapa pria setengah baya itu mengangkatnya?
Rasa penasarannya semakin mendominasi. Selama bertahun-tahun menjalani hidup di tengah keluarga sambungnya, tak sekalipun Kinan diperbolehkan memanggil Brown dengan sebutan Papa.
Hubungan mereka lebih kepada hubungan antara karyawan dengan atasan. Malah lebih rendah lagi daripada karyawan. Pesuruh, budak, dan semacamnya itu lebih tepat menggambarkan dia di keluarga Brown.
Kinan mengingat jelas betapa menyedihkannya hidupnya dari beberapa tahun silam. Kasih sayang, cinta dan perhatian yang begitu dia harapkan dari seorang ayah, sampai saat ini tak dia dapatkan karena Brown hanya menganggapnya sebatas orang asing. Orang asing yang kebetulan beruntung bisa terpilih untuk tinggal satu atap dengan seseorang paling disegani kalangan para pembisnis.
Tanpa Ana ingatkan, Kinan cukup sadar diri kalau Nathan, satu-satunya orang yang membelanya, memberikan segala hal yang tidak dia dapatkan, menjaganya, selalu memihak padanya di saat orang lain membenci dan mengolok-olok dirinya. Dan Kinan berubah menjadi tidak tahu diri saat Nathan menyatakan perasaannya.
Kinan pikir semua bentuk perhatian yang Nathan berikan adalah bukti tanda sayang seorang abang ke adiknya, nyatanya tanda sayang seorang lelaki untuk wanitanya. Nathan melewati batas. Nathan menyimpan perasaan yang tak seharusnya tumbuh di hatinya. Mengingat sampai kapanpun hubungan mereka tetap lah saudara.
Terhanyut bersama beban pikirannya, Kinan berjalan tak tahu arah, menyeret kakinya kemana saja asal itu mampu membuatnya merasa lebih baik.
Melewati beberapa mahasiswa yang tak sengaja berpapasan dengannya di koridor lantai bawah. Tatapan sinis mereka layangkan. Beritanya sudah menyebar luas di sosial media. Siapa lagi pelakunya kalau bukan para penonton yang memang menyaksikan kejadian itu. Terlampau banyak yang mengarahkan ponsel ke arahnya sampai Kinan tidak bisa menghafal wajah mereka untuk dijadikan bukti.
Pusat perhatian sepenuhnya ada di Kinan. Kinan pun mempercepat langkahnya dan mengambil belok kiri yang dia ketahui arah mau ke perpustakaan. Saat itulah pergelangan tangannya ditarik paksa oleh lelaki berjaket hitam yang bagian kepalanya tertutupi oleh topi adidas putih dari arah berlawanan.
Cakra menggeram marah. Nampak dari betapa kuatnya dia menggenggam pergelangan tangan Kinan. Lelaki itu membuka langkah lebar dan tergesa-gesa, "Ikut gue!"
Perjalanan mereka diiringi dengan suara rintihan Kinan. Sungguh, apa yang Cakra perbuat menyakitinya, "Argh, sakit! Lepasin, Cakra!" dia mencoba menjauhkan tangannya, Cakra enggan melepaskan dan terus meremasnya, "Kamu apa-apaan sih?! Datang-datang main kasar gini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter To You
RomanceKisah ini tentang sebuah kepahitan hidup, tentang pengorbanan yang sengaja diabaikan dan tentang surat-surat cinta yang dibiarkan teronggok mengenaskan tanpa ada satupun yang terbalaskan.