Perkiraan part 60 cerita ini tamat.
Detik-detik menuju ending bakalan sepanjang kisah cintaku keknya guys. Jangan bosen ya bacanya:)Part ini ada unsur dewasanya. Dikit doang sih hehe. Diharap bijak dalam membaca.
Happy reading!!
~~~
Persetan dengan rasa malu. Agra tidak peduli dirinya menjadi pusat perhatian banyak orang yang saat ini mengerubunginya. Seolah tengah menyaksikan atraksi sirkus hingga sesekali mereka tertawa.
Entah apa yang lucu, Agra tidak mau tahu dan tidak akan mencari tahu. Dan jikapun mereka menertawakan Kinan yang bersimpuh di kakinya, Agra tidak peduli.
Bukankah itu bagus?
Artinya Kinan berhasil mempermalukan dirinya sendiri di depan umum tanpa Agra minta sekalipun. Memang dasarnya dari awal urat malunya sudah putus. Tidak heran untuk seukuran perempuan murahan, sudah ditolak berkali-kali tetap saja gigih mengejar.
Rasanya, membuka hatinya sedikit saja untuk Kinan, susah Agra lakukan. Ini semua tidak ada sangkut pautnya dengan Ana. Dengan apa yang terjadi di masa lalu. Mereka berbaikan, segala yang mengganjal di dadanya menguap.
Tapi tetap saja Agra tidak bisa mencintai Kinan sebagaimana perempuan itu mencintainya. Kalau waktu bisa terulang kembali, Agra tidak akan menolongnya yang ingin bunuh diri di tengah jalan. Seharusnya, Agra membiarkannya.
Mungkin terdengar kejam. Namun sepertinya, pilihan itu lebih baik daripada melihat Kinan tersakiti karena Agra sama sekali tidak bisa membalas perasaannya.
Seusai mengatakan pada Kinan untuk jangan menghubunginya lagi, Agra melangkah pergi. Meninggalkan Kinan yang kini menangis meraung-raung. Tangisan yang terdengar sangat memilukan itu membuat hati kecilnya tersentil. Agra mencoba menghiraukan dengan berjalan ke arah motor sport nya. Buru-buru memakai helm dan membawa dirinya keluar dari area kampus. Membelah jalanan siang di bawah naungan teriknya matahari menuju apartemennya.
Dia butuh sesuatu yang mendinginkan pikiran. Dia butuh istirahat.
Tak sampai lima belas menit, Agra tiba di gedung apartemennya kemudian memarkirkan motornya asal di basement lalu berjalan memasuki lift. Hanya butuh waktu cepat untuk lift terbuka, Agra mengambil arah kanan dan langsung mengetikkan kata sandi pintunya. Bunyi 'bip' menyapa, barulah Agra masuk.
Betapa terkejutnya dia saat mendapati Adira di dalam apartemennya. Perempuan bersetelan kemeja putih dipadu rok lipit selutut itu sedang duduk di sofa, menikmati secangkir teh hangat. Adira sama terkejutnya.
"Sejak kapan lo ada di sini?" serang Agra setelah menyimpan sepatunya di rak khusus sepatu tepat di pojok ruangan.
"Ah, kira-kira lima belas menit yang lalu," kata Adira santai dengan pandangan lurus ke layar plasma di depannya.
"Kenapa sama apartemen lo?" tanya Agra seraya melangkah ke dapur, mengambil sebotol air dingin di dalam kulkas lalu menegaknya sampai tandas. Posisinya berdiri di belakang meja pantri. Dari sini, Agra bisa melihat jelas tampang kusut perempuan itu.
"Tadinya gue mau mandi karena badan gue udah lengket banget. Tau kran airnya mati, nggak tau kenapa bisa gitu, yauda jadinya gue kemari mau numpang mandi. Boleh kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter To You
RomanceKisah ini tentang sebuah kepahitan hidup, tentang pengorbanan yang sengaja diabaikan dan tentang surat-surat cinta yang dibiarkan teronggok mengenaskan tanpa ada satupun yang terbalaskan.