TLLTY [9]

1.9K 259 204
                                    

Apakah diriku ini tak kasat mata? Sehingga kau tak melihat kehadiranku? Tolong lihat aku yang tengah berjuang mendapatkan balasan cinta darimu.

.......

Surat ketiga dariku.

Teruntuk Agra, sang pemilik wajah datar.

Aku suka dengan keindahan. Aku suka cerahnya langit pagi. Aku suka hamparan jingga berbaur orange, membentang kanvas langit menjelang petang. Aku juga suka terangnya sang rembulan menerangi apa saja yang ada di bawahnya. Dan yang paling aku sukai, melihat gemerlapnya malam Kota Jakarta dari atas atap gedung tertinggi.

Sayangnya, aku belum pernah melakukan hal terakhir yang paling kusukai bersama seseorang yang aku cintai. Aku selalu berharap bisa melihat keindahan itu, tapi aku tak ingin seorang diri, menyaksikannya. Karena itu hal yang sangat berkesan bagiku, aku ingin pergi melihatnya bersamamu.

Aku ingin pergi ke sana bersamamu. Menikmati pemandangan Kota Jakarta dari atas gedung dengan jemari saling menggenggam erat. Aku juga ingin bersandar di dadamu dengan kamu yang memelukku erat dari belakang.

Namun, semuanya sebatas khayalan semu. Nyatanya, kamu tak menginginkan kehadiranku. Aku seperti debu, hilang melebur bersama angin. Aku begitu tidak terlihat oleh kedua matamu. Meskipun itu menyesakkan dadaku, tidak apa. Aku akan terus berusaha agar diriku dapat terlihat, walau mendapat balasan menyakitkan.

Inilah perasaanku, untukmu, yang tak tersentuh, namun selalu aku mau.

Love.

Dari Kinan, yang sangat menyukaimu.

Layar ponsel yang tadinya menyala dan menampilkan rangkaian kata di atas kertas putih, langsung menggelap saat Kinan mematikan ponselnya kemudian memasukkannya ke dalam saku celananya. Kinan baru saja selesai membaca ulang surat cintanya untuk dia berikan pada Agra. Suratnya, sudah rapi bersembunyi di balik amplop hijau. Kinan tidak mau membukanya hanya sekedar mengeceknya sebentar. Makanya, dia memotretnya dengan ponsel. Jadi tidak perlu susah melipatnya kembali.

Kinan menyapu pandangan ke sekitar. Mata gadis berkucir satu itu berbinar, ketika tak sengaja melihat Agra berjalan santai di koridor penghubung menuju ruang dosen.

Agra mempunyai pesona tersendiri bagi Kinan. Wajah tampan dibalik mimik datarnya, badan tegap, cara Agra menatap lawan bicara, terpancar jelas ketegasan serta kewibawaannya. Tapi sayang, Agra terlalu sulit untuk Kinan gapai. Sifat dingin dan kecuekan yang melekat di diri Agra, salah satu alasan kenapa Kinan tidak bisa mendekatinya melalui cara biasa. Butuh cara luar biasa untuk sekedar bisa mendapat lirikan dari Agrata Razzan.

Itu 'menurut Kinan'.

Dengan berbekal beberapa potong roti lapis ditangannya, Kinan berlari kecil ke arah Agra yang tampak tenang berjalan, sambil menggulir layar ponselnya. Tidak terusik dengan keadaan sekitarnya.

Sangking senangnya melihat sosok Agra, Kinan sampai melupakan satu hal; saat ini, di jam 8 pagi ini, kelasnya sedang mengadakan kuis dadakan mata kuliah Ekonomi Manajemen, dipimpin oleh Dosen terkejam di Fakultas Ekonomi.

Efek Agra begitu besar. Sampai-sampai dia lupa akan niatnya datang ke kampus pagi hari ini.

Bahkan isi kepalanya sekarang, hanya ada nama Agra, Agra dan Agra. Seperti ada magnet dalam diri lelaki itu sehingga Kinan selalu tertarik mendekat. Tak ingin menjauh. Kinan tidak peduli jika Agra mengabaikannya.

"Agra!"

Teriakan Kinan sama sekali tidak mendapat respon. Kepala Agra tetap menunduk, memainkan ponselnya. Kinan pun mempercepat langkahnya, menghadang jalan Agra, membuat pria berbaju hitam itu mengerem mendadak. Kedua alis tebal Agra tertaut sempurna.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang