TLLTY [37]

1.3K 134 88
                                    

Kalau cinta sudah mengambil alih kendali, jatuhnya ada dua kemungkinan; menjadi bucin atau merelakan harta paling berharga.

......

Matahari perlahan terbit, menampakkan singgasananya. Seberkas cahaya mulai merambat masuk melalui celah-celah gorden yang sedikit tersibak. Hawa dingin dari mesin pendingin pun juga tak mempan membuat tubuh ringkihnya bergerak. Kinan terlalu letih sekedar menyibakkan selimut yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya, kecuali kepalanya.

Semalaman menangis, tentu menguras tenaganya. Bayangan dua orang yang saling bersenda gurau masih memenuhi ruang memorinya. Seakan betah menetap di sana. Kinan tidak bisa menampik bahwa Agra terlihat sangat bahagia bersama Adira, kalah banding jika dengannya. Tawa lepasnya sungguh menyesakkan dadanya. Kinan iri. Sangat iri.

Yang menjadi pertanyaannya saat ini, kenapa Agra mengingkari janjinya? Kenapa Agra selalu membuatnya menaruh harapan lebih? Kenapa Agra menerbangkannya setinggi langit lalu kembali dihempaskan ke dasar bumi?

Apa janji yang Agra ucapkan hanya main-main? atau karena sosok Adira terlalu penting bagi Agra sehingga dirinya dinomorduakan? Atau dua-duanya memang benar adanya?

Kinan butuh jawaban. Kinan membutuhkan itu tapi tidak berani menanyakannya kepada Agra. Kinan terlalu takut Agra marah lalu pergi meninggalkannya. Kinan takut usahanya putus begitu saja di tengah jalan. Kinan sudah mendapatkan hati dan perhatian lelaki itu. Kinan tidak ingin semuanya berakhir mengenaskan hanya karena keegoisannya hingga tak bisa mengerti hubungan persahabatan yang terjalin antara Agra dengan Adira.

Mungkin justru kebalikannya, Agra egois, memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaannya setelah diberi harapan palsu. Bahkan, setelah Kinan mencoba melupakan apa yang terjadi, seolah-olah Agra menyaksikan permainannya, Agra sama sekali tidak meminta maaf padanya. Ibarat Agra tak mempunyai kesalahan apapun. Yang Kinan lakukan, menunggu dan menunggu. Menunggu satu pesan masuk ke ponselnya, berisi penjelasan kenapa lelaki itu tidak ada saat dirinya tampil.

Sampai sekarang kehampaanlah yang Kinan dapatkan. Tidak ada pesan. Tidak ada panggilan telepon. Tidak ada Agra yang tiba-tiba datang dan menggumamkan kata maaf.

Kinan tahu, dia bodoh. Kinan tahu, dia mudah memaafkan. Kinan tahu, dia perempuan kuat yang kerjanya meredam segala sakit yang menderanya. Dan Kinan juga tahu kalau dirinya akan terus terluka karena mencintai Agra.

Ini pilihannya. Apapun konsekuensinya, Kinan harus menerimanya.

Termasuk tak dijadikan prioritas utama.

......

Rasanya butuh perjuangan untuk sampai di kamar mandi. Kinan menatap horor pantulan dirinya di depan cermin. Kedua mata sembab, hidung memerah, lingkaran hitam menggantung di bawah mata. Penampilan Kinan benar-benar kacau pagi ini.

Segera melucuti semua pakaian yang melekat di tubuhnya, Kinan menjatuhkan dirinya ke dalam bathup, beredam kira-kira lima belas menit agar penat yang dia rasakan berkurang. Seusai itu Kinan bangkit, mengambil handuk di belakang pintu kemudian melilitkannya ke tubuhnya.
Betapa terkejutnya Kinan saat mendapati Zerina sudah berdiri manis, menunggunya.

"Kinan, gue laperrrrr," rengek Zerina bergelayut manja di lengan Kinan, "Pingin pancake, Nan. Tapi nggak tau cara bikinnya," dia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

Kinan menyipitkan matanya, penasaran, "Terus kenapa ngaduh ke gue?"

"Buatin, ya?" Zerina memasang puppy eyes andalannya. Menghadirkan kekehan ringan dari arah Kinan. Kinan melepaskan gelayut Zerina dan melangkah menuju lemari baju, mengambil baju panjang berbahan rajut serta celana jeans hitam lalu memakainya. Menghiraukan permohonan sahabatnya itu. Kinan sengaja.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang